•••
Walles sedang mengadakan rapat dengan beberapa karyawan dan juga pemegang saham.
Walles mengumpulkan mereka semua untuk merencanakan proyek AS yang sedang besar- besaran ini.
"Tuan, apa anda juga akan mengikuti proyek tuan Clay ini?" tanya sekretarisnya tentang proyek besar AS.
"Tentu saja perusahaan kita juga akan ikut serta dalam kompetisi besar ini," jawab Walles dengan memainkan bolpoin di tangannya.
"Tapi waktu kita hanya tinggal 2 minggu ini, apa perusahaan kita bisa?" tanya kepala direksi tidak yakin.
"Kenapa tidak, itu hal yang mudah," sombong Walles tanpa tahu kemampuan perusahaannya ini.
"Tapi tuan, karyawan kita tidak sebanding untuk menyelesaikan proyek besar ini, apa kita akan selesai tepat waktu?" tanya pemegang saham karena dia tahu karyawannya tidak terlalu banyak.
"Asal kita bisa memutar balikkan keadaan, kita pasti bisa memenangkan tender besar ini," perkataan Walles menimbulkan pertanyaan dibenak mereka.
"Kalian tahu bukan perusahaan Reynald tidak memiliki karyawan sebanyak perusahaan ATF, jadi saya pastikan mereka akan meminta bantuan pada kita," kata Walles membuat semua karyawan mengangguk paham.
"Dengan begitu kita bisa memutar balikkan keuntungan yang ada berbalik pada kita," terang Walles sambil tersenyum miring.
"Saya minta buat skandal tentang perusahaan Reynald, yang merekrut karyawan perusahaan orang lain, demi melancarkan aksinya pada proyek AS," kata Walles memerintahkan pada sekretarisnya.
"Saya minta kamu upload pada weibo Kanada sebelum h- 1 penilaian itu dilaksanakan," perintah Walles pada seketarisnya.
"Ok semua sudah jelas, kembalilah ke ruangan kalian," kata Walles membuat mereka satu persatu meninggalkan ruangan.
●●●
Reynald sedang sarapan bersama Dewa.
Namun, sejak tadi Dewa hanya diam tidak mengatakan sepatah katapun pada Reynald.
"Apa kamu sudah menyiapkan semua keperluan kuliahmu?" tanya Reynald disela sarapan mereka.
"Sudah," jawab Dewa singkat dan terkesan sangat dingin.
Reynald kembali melanjutkan sarapannya, karena hari ini dia akan mengantarkan Dewa ke kampus.
"Aku selesai," kata Dewa ketika dia sudah selesai sarapan lalu meraih tasnya dan menunggu Reynald di mobil.
Reynald hanya diam dan menatap kepergian Dewa yang terlihat sangat lunglai.
Reynald sudah selesai sarapan lalu pergi menyusul Dewa yang menunggu di mobil.
"Tuan apa perlu saya mengantar anda hari ini?" tanya bodyguardnya.
"Enggak perlu, saya akan mengendarai sendiri," kata Reynald lalu masuk ke dalam mobil.
Melajukan mobilnya menuju kampus Alberta, kampus baru Dewa.
Sepanjang jalan Dewa hanya diam dan memejamkan matanya dengan earphone ditelinganya.
Reynald mencabut earphone yang terpasang di telinga Dewa.
Membuat Dewa membuka matanya tanpa menoleh pada Reynald.
"Berhenti bersikap seperti anak kecil," kata Reynald yang sudah tidak tahan akan sikap Dewa yang seperti anak kecil.
Dewa hanya diam tanpa berniat untuk menanggapi atau menimpali ucapan kakaknya.
"Apa kakak selalu berkunjung ke makam papa dan mama?" tiba- tiba Dewa menanyakan hal itu.
Reynald menatap Dewa sekilas, terlihat Dewa sedang menatap ke depan dengan tatapan kosong.
"Tidak juga," jawab Reynald sambil mengalihkan tatapannya.
Mobil Reynald telah sampai di depan gedung besar Universitas Alberta.
"Apa Dewa boleh meminta sesuatu pada kakak?" tanya Dewa ketika Reynald akan membuka pintu.
"Apa?" tanya Reynald kembali memperhatikan Dewa dengan lekat.
"Dewa mau menuruti keinginan kakak untuk kuliah di Alberta, tapi satu," kata Dewa tidak melanjutkan ucapannya.
Mata Dewa seakan sayu dan memohon pada kakaknya.
Reynald bisa melihat mata yang penuh dengan permohonan itu.
"Tolong jangan kekang Dewa," kata Dewa pelan.
Deg.
Rasanya ada batu yang menghantam keras dada Reynald.
Ucapan dari Dewa yang penuh dengan permohonan.
Apa selama ini dirinya telah egois pada Dewa, tapi itu semua juga untuk kebahagiaan Dewa sendiri.
"Baiklah jika itu maumu," kata Reynald sambil menghembuskan napas besar dan menatap ke depan.
"Kalau gitu Dewa kuliah dulu," pamit Dewa pada Reynald lalu turun dari mobil panjero Reynald.
Dewa menatap sayu pada gedung tinggi di depannya.
Universitas Alberta.
Kini seakan Dewa memulai kehidupan barunya lagi.
Kembali ke tanah kelahiran, mencoba menghilangkan banyak kenangan dan kesedihan.
Dan memulai semua dengan yang baru.
Tatapan Dewa terhenti pada sosok yang tak jauh darinya.
●●●
Sela keluar dari ruangan ibunya dan terlihat Bara sedang berbicara pada bodyguardnya.
Sela duduk di kursi ruang tunggu sambil menunggu Bara selesai.
Ibu Sela belum kunjung sadar setelah dua hari selesai operasi.
Sela bersyukur bertemu dengan Bara, karenanya kini ibu Sela bisa menjalani operasi.
"Apa sudah selesai?" tanya Bara berdiri di depan Sela.
Sela mendongak menatap wajah tampan Bara, lalu hanya mengangguk pelan.
Bara duduk di samping Sela, menatap Sela yang terlihat murung.
"Lalu bagaimana, apa kamu setuju dengan tawaran saya?" tanya Bara pelan pada Sela.
Sela menatap ke depan, sesaat dirinya berpikir.
Inikah pilihan yang tepat yang Sela pilih?
Sela takut jika langkahnya salah, andai ibunya sadar pasti Sela tidak akan bimbang dan takut salah melangkah begini.
"Lalu berapa biaya selama saya tinggal di rumah anda?" Bara tertawa pelan mendengar pertanyaan Sela.
"Bukankah saya sudah bilang, kamu cukup menjadi asisten saya saat di rumah dan pergi ke kampus untuk mengejar impian mu," kata Bara terdengar sangat tulus sekali.
"Kenapa anda baik sekali sama saya?" tanya Sela membuat Bara seakan ingin terbang sekarang juga. Bara tersenyum kesenangan.
"Bagaimana apa kamu mau tinggal dengan saya?" tanya Bara seperti seorang suami yang menawari rumah pada calon istrinya.
Sela hanya diam dan menatap Bara, ya tuhan semoga yang Sela ambil ini bukanlah jalan yang salah.
Sela mengangguk pelan membuat Bara sontak berdiri dengan begitu senang.
"Kenapa anda begitu senang? Saya curiga jika anda sedang ngeprank saya," canda Sela membuat Bara menatap Sela tidak percaya.
"Apa saya segabut itu sampai- sampai saya harus ngeprank kamu?" tanya Bara kesal pada sikap Sela yang tidak bisa serius.
Sela tertawa melihat wajah dan telinganya yang merah, itu tandanya dia kesal.
"Ayo kita pergi," ajak Bara yang sudah bangkit dari duduknya.
"Kemana?" tanya Sela kembali menggoda Bara.
"Ngeprank Barack Obama," kata Bara kesal sambil berjalan terlebih dulu.
Sela menahan tawanya melihat Bara kesal, ternyata bukan cuma Sela yang tertawa mendengar ucapan Bara.
Para bodyguard yang sejak tadi berdiri untuk menjaga ruangan ibunya, menahan tawa melihat wajah kesal bosnya.
Sela menatap ruangan ibunya sekilas, setidaknya Sela bisa meninggalkan ibunya dengan tenang saat bodyguard Bara menjaganya.
Sela berjalan menyusul Bara yang sedang menunggunya di depan lift.
●●●
Bara melajukan mobilnya menuju rumahnya dan kini bersama Sela.
Sela hanya diam sejak dari rumah sakit tadi, entah apa yang sedang dia pikirkan.
"Apa ada sesuatu yang menganggu pikiranmu?" tanya Bara karena dia tidak suka saat didiamkan seperti ini.
Sela hanya menggeleng tanpa berniat untuk menjawab atau sekedar menoleh pada Bara.
"Lalu apa kamu sudah membawa semua baju dan peralatan mu," Sela kembali mengangguk tanpa menjawab.
Bara kembali fokus menatap ke depan, membiarkan Sela dengan pikirannya sendiri.
"Astagaaaa, Mike" teriak Sela membuat Bara terkejut.
Citttttt
Dugh
"Awww," Sela memegangi keningnya yang terbentur ke depan.
Buru- buru Bara memeriksa kening Sela, apakah terluka atau tidak.
"Apa kamu baik- baik saja?" tanya Bara sambil mengusap pelan kening Sela yang sedikit memerah.
"Apa anda kira saya terbentur di kasur?" tanya Sela kesal pada Bara.
"Salah siapa kamu berteriak sekeras itu," kata Bara sambil kembali ke tempat kemudinya.
"Pak tolong putar balik ke rumah saya, kasihan Mike dia sendirian di rumah," kata Sela memohon pada Bara.
Mike?
Siapa dia, awas aja nanti saat Bara bertemu dengannya.
"Apa kamu amnesia?" tanya Bara sambil memutarbalikkan mobilnya kembali ke rumah Sela.
"Kenapa?" tanya balik Sela pada Bara yang terlihat seperti menahan kesal.
"Setelah terbentur kamu kembali memanggil saya bapak, apa perlu saya benturkan sekali lagi agar kamu memanggil saya tuan," kata Bara membuat Sela memukul bahu Bara dengan keras.
"Kenapa anda tidak bisa bersikap lemah lembut sama wanita?" tanya Sela sambil menatap sinis Bara.
Mobil berhenti karena sudah sampai di perumahan Sela.
Bara melepaskan seal beatnya, lalu menatap sekilas Sela dan mendekat ke arah Sela.
Bahkan jarak mereka sangat dekat sekali, Sela tidak berani menatap mata Bara.
"Apa kamu menahan nafas?" tanya Bara tepat di depan wajah Sela.
Klik
Sealt beat sudah terbuka, Bara lalu kembali duduk ke kursi pengemudi sambil tertawa pelan melihat rona merah Sela.
"Karena itulah saya tidak pernah bersikap lembut pada wanita, mereka cepat sekali blushing," sindir Bara membuat Sela melotot.
Plak
Sela memukul lengan Bara dengan sangat keras.
"Aww, kenapa kamu hobi sekali memukul lengan saya?" tanya Bara serius pada Sela.
"Kenapa tingkat kepedean anda tinggi sekali, dasar buaya," kata Sela lalu turun dari mobil dan membanting keras pintunya.
"Astaga, bagaimana bisa saya bertemu sama perempuan modelan gini," gumam lirih Bara lalu turun dari mobil untuk menyusul Sela.
Sela membuka pintunya, kini pintunya sudah kembali seperti semula.
"Anda tunggu di luar," kata Sela sebelum Bara hendak masuk ke dalam rumah Sela.
Bara melotot tidak percaya sama Sela, bisa- bisanya dia membiarkan tamunya menunggu di luar.
"Dan jangan berniat untuk kembali mendobrak pintunya," peringat Sela sebelum menutup pintunya.
Bara menganga mendengar peringatan Sela, ya tuhan bahkan Bara tidak memiliki niat sebejat itu.
Bahkan Bara tidak memiliki niatan untuk masuk ke dalam rumah Sela lagi, sebelum mata indahnya kini ternodai oleh sesuatu yang haram.
"Mike sayang, kita akan pindah rumah, oke," kata Sela ketika keluar sambil menggendong anjing kesayangannya, Mike.
Ya tuhan ternyata Mike itu adalah anjing peliharaan Sela.
Hah, bisa- bisanya Bara cemburu sama anjing kecil ini.
"Apa dia anjingmu?" tanya Bara sambil berjalan sedikit menjauh dari Sela.
Sela hanya mengangguk dan menatap Bara bingung, kenapa dia terlihat seperti takut.
"Apa anda takut?" tanya Sela sambil berjalan mendekat kearah Bara berniat menggoda Bara.
"Tidak," bohong Bara sambil terus berjalan mundur menghindari Sela.
Sela tersenyum jahil pada Bara dan berlari kearah Bara dengan mendekatkan anjingnya pada Bara.
"Jauhkan anjing itu dari saya," kata Bara sambil memutari mobilnya untuk menghindari Sela.
"Kenapa, bukankah anda bilang tadi tidak takut?" kata Sela mengejek Bara yang terus menghindarinya dengan berjalan mundur.
"Saya akan menuntut kamu," kata Bara sambil menunjuk Sela.
Sela tertawa keras mendengar ucapan Bara yang akan menuntutnya.
"Karena anda takut anjing, anda akan menuntut saya?" tanya Sela menahan tawa melihat wajah Bara yang pucat pasi.
"Saya akan menagih biaya rumah sakit," Sela terdiam dan berhenti menakut nakuti Bara.
Bara berjalan mendekat kearah Sela dengan nafas terengah- engah.
"Wahhhhh," teriak Sela sambil melemparkan anjingnya ke arah Bara.
Bruk
Sela terdiam dan menatap Bara yang jatuh pingsan.
"Astaga, alamat dituntut ini," kata Sela langsung memasukkan mike ke tempatnya dan memasukkannya ke bagasi belakang.
Sela berjongkok dan menatap Bara yang masih pingsan.
"Ya tuhan, apa kata fans anda jika mereka tahu kalau anda pingsan hanya karna takut anjing," kata Sela sambil menatap Bara heran.
"Tuan bangunlah, apa anda akan tertidur di sini sampai nanti malam?" tanya Sela bukannya bantu bangunin malah bertanya.
"Saya bahkan tidak percaya jika kamu ini wanita," kata Bara yang tiba- tiba membuka matanya dan menatap Sela berjongkok di sampingnya.
"Anda pura- pura pingsan?" tanya Sela melotot tidak percaya sama sikap Bara.
"Bagaimana bisa kamu bertanya pada orang yang pura- pura pingsan," heran Bara sambil membersihkan kemejanya karena debu.
"Lalu apa saya harus membopong anda?" tanya Sela jengah pada Bara.
"Saya tidak bisa membayangkan jika kamu jadi dokter, apakah mayat yang di rumah sakit akan selalu kamu ajak ngobrol," kata Bara menatap Sela heran.
"Ya sudah tidak usah dibayangkan," kata Sela ketus lalu masuk ke dalam mobil Bara.
"Kalau mayatnya diajak ngobrol sih masih mending, nah kalau si mayat diinterview, semua orang bisa memasukkan dia ke RSJ, bukan," gumam lirih Bara sambil membayangkan hal konyol itu.
●●●
WF. FASHION STYLE INTERNASIONAL
Salah satu perusahaan dengan gedung pencakar langit.
Setiap tahunnya akan melaksanakan agenda tahunan untuk berbagai negara.
CLAY WAXILOUS BRADECK, CEO dari perusahan dengan gedung pencakar langit itu.
Bukan menjadi rahasia umum lagi saat Clay mengumumkan bahwa telah dibuka Fashion Year untuk berbagai kalangan negara.
Di mana acara tahunan ini sangat besar dan mewah.
Bagaimana tidak, karena acara ini juga akan dihadiri langsung oleh Presiden AS.
Bukan hanya itu tapi juga ada tamu dari perancang busana dari berbagai negara dan juga tamu- tamu besar lainnya.
Tidak kaget lagi saat Clay mengumumkan tentang festival besar ini.
Banyak dari berbagai perusahaan kecil hingga perusahaan- perusahaan besar, berlomba- lomba untuk mengikuti proyek besar ini.
Clay sangat senang akan antusias dari perusahaan yang ikut andil dalam proyek yang dia adakan setiap tahun ini.
Bagaimana tidak karena pemenang dari proyek ini akan mendapatkan banyak keuntungan.
• Karyanya akan dipajang saat pameran selama 10 hari.
• Dalam satu karya akan dipatok dengan label harga yang sangat meroket.
• Perusahaan yang menang akan dipertimbangkan untuk menjalin hubungan kerja sama dengan perusahaan Clay.
• Clay akan berinvestasi pada perusahaan yang masuk 3 besar.
Keuntungan yang sangat menggiurkan ini membuat perusahaan dari berbagai negara menggila untuk bisa mengikuti proyek besar Clay.
Bahkan berbagai cara apapun akan mereka lakukan demi bisa memenangkan tender besar ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Dianita Indra
next thor
2022-02-20
0
Yus Ys
segitu parnonya itu sultan🤣🤣🤣sama guk..guk...😅😅😅
2022-01-26
0
Yus Ys
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-01-26
0