•••
Rendy mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.
Sekilas Rendy menatap Laura yang hanya diam dan menatap ke arah luar jendela.
"Apa lo sedih enggak bisa pulang bareng Bara?" Laura tersadar dari lamunanya dan menatap sekilas Rendy.
Laura hanya diam tanpa menanggapi ucapan Rendy.
"Bara orangnya dingin dan enggak pernah dekat sama cewek manapun dan itu semua bukan rahasia umum lagi," perkataan Rendy sukses membuat Laura memperhatikannya.
Rendy tersenyum miring, kala Laura mulai memperhatikannya.
"Tapi gue juga kaget waktu dia kali pertamanya ketemu sama Sela, seakan dia lupa akan sikap dingin dan cueknya sama cewek," kata Rendy santai menceritakan Bara.
"Apa selama ini dia belum pernah punya cewek atau pacar?" tanya Laura sangat antusias membuat Rendy menatap Laura sekilas dan tersenyum samar.
Rendy hanya menggelengkan kepalanya membuat Laura entah kenapa menghembuskan napasnya.
Rendy memberhentikan mobilnya tepat di apartemen besar.
"Nih udah sampai," kata Rendy membuat Laura menatap luar jendela, ternyata sudah sampai di depan apartemennya.
Laura keluar dari mobil Rendy tanpa mengatakan sepatah kata apapun.
"Laura," panggil Rendy membuat Laura menunduk dan menatap Rendy dari jendela.
"Kalau lo mau menengangi hati Bara," Rendy tidak melanjutkan ucapannya membuat Laura mengernyitkan keningnya.
"Lo harus bersaing sama Sela," kata Rendy dengan tawa renyahnya lalu melajukan mobilnya tanpa melihat respon dari Laura.
●●●
Bara sudah siap dan rapi dengan setelan jas warna hitamnya.
Setelah sarapan buru- buru Bara langsung turun ke lantai satu padahal baru pukul setengah 7 belum waktunya berangkat ke kantor.
Hari ini spesial karena itu Bara datang lebih awal dari biasanya.
Para bodyguard yang tadinya masih mengelap mobil lamborgini milik Bara terkejut saat Bara sudah turun ke bawah dan bersiap ke kantor.
"Bos, sekarang baru jam setengah 7 anda mau kemana, bukankah ke kantor 30 menit lagi?" tanya Reno yang bertugas mempersiapkan mobil Bara.
"Hari ini ada tamu spesial jadi tuan Bara harus datang lebih awal," sahut Rendy dari belakang Bara sambil membawa tas kerja milik Bara.
"Apa Barack Obama akan datang?" tanya bodyguard yang sedang mengelap mobil milik Rendy.
"Lebih tepatnya cewek yang nyebut dia anak Barack Obama," kata Rendy mengejek Bara.
Bugh
Bara memukul bahu Rendy karena terus mengejeknya.
"Maaf tuan saya salah, mari saya antar putri Barack Obama sudah menunggu," kata Rendy lalu bergegas menuju mobil Bara sebelum dia kembali memukul bahunya.
"Cih, dasar saudara laknat," gumam Bara pelan membuat Reno menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Sebenarnya yang datang Barack Obama apa putrinya sih?" gumam Reno bertanya pada dirinya sendiri bingung.
"Mungkin dua- duanya," sahut kawannya yang mendengar gumaman Reno.
Udara di pagi hari ini sangat segar dan sejuk.
Mood Bara untuk pagi ini sangat baik sekali dan bahagia.
15 menit mereka telah sampai di depan perusahaan besar dan tinggi milik Bara.
Bara keluar dari mobil lamborgininya disusul di belakang ada Rendy lalu 20 bodyguard yang mengawalnya.
Pesona dan karisma pada Bara benar- benar bisa memikat banyak wanita.
Bukan hanya wanita, tapi hampir semua orang tidak bisa memalingkan wajah dari pesona Bara.
Rendy bingung kala Bara berjalan menuju resepsionis bukan menuju lift.
"Selamat pagi tuan," sapa pegawai resepsionis dengan sopan dan terlihat wajahnya sangat kagum akan ketampanan Bara.
"Pagi. Saya hanya ingin menyampaikan, jika nanti ada cewek datang untuk mencari saya, antarkan saja langsung ke lantai atas," pesan Bara pada resepsionisnya.
"Baik pak akan saya laksanakan," lalu Bara berjalan menuju lift.
"Semua orang juga tahu kali kalau pertama dateng ke kantor nanya ke resepsionis buat cari bosnya," bisik Rendy pelan saat mereka sudah berada di dalam lift.
Bara hanya diam tanpa menanggapi ejekan Rendy.
Bara memasuki ruangan khusus meeting dan terlihat para pemegang saham juga kepala direksi sudah bersiap dan datang lebih awal. Dan beberapa perwakilan dari kepala departemen lainnya.
Bara datang tepat waktu, jam 7 tepat dirinya sudah sampai di kantor dan duduk manis di kantor untuk meeting.
"Makasih untuk kalian semua, datang tepat waktu," puji Bara pada mereka yang datang tepat waktu.
"Oke langsung saja kita ke intinya, kita akan membahas agenda untuk 2 minggu ke depan," kata Bara memulai meetingnya dengan membuka beberapa desain baju yang telah di rancang oleh desainernya.
"Apa perusahaan kita akan mengikuti proyek Tender besar itu tuan?" tanya salah satu kepala direksi.
"Benar, perusahaan kita mengikuti Tender Fashion yang diadakan oleh Clay, selaku CEO terbesar di negara Amerika," kata Bara menjelaskan pada proyektor yang dikendalikan Rendy.
"Minggu depan sebelum proyek dimulai saya akan terbang langsung ke Amerika untuk mengajukan proposal jika perusahaan kita ikut andil dalam proyek tersebut," kata Bara menjelaskan akan rencananya minggu depan.
"Kalau boleh saya tahu, proyek yang diadakan tuan Clay tentang fashion pada remaja bukan?" tanya Rendy pada Bara sambil mencatatat.
"Benar, saya sudah menyiapkan beberapa desain perpaduan antara budaya Kanada dan Amerika dan setiap desainnya memiliki unggul dan ciri khas tertentu," kata Bara sambil menyodorkan buku desain untuk dilihat semua staf dan karyawan.
"Bahkan anda sudah mempersiapkan sejak jauh dini, saya sangat setuju akan motif perpaduan itu," komentar Rendy menyetujui ide Bara.
"Kami juga setuju akan ide anda, tapi alangkah baiknya jika kita memiliki seorang model agar kita bisa mengaplikasikan secara langsung rancangan ini sebelum proyek kita dipajang untuk dipamerkan," saran dari mereka.
Bara hanya menganggukkan kepalanya, lalu mengecek jam tangannya.
"Untuk model serahkan pada saya, itu mudah," kata Bara membuat beberapa dari mereka menganggukkan kepala.
"Tuan saya dengar perusahaan Reynald juga mengikuti proyek besar ini," kata kepala pemegang saham.
"Saya tahu," jawab Bara santai sambil sesekali melihat jam tangannya.
Rendy yang menyadari kegelisahan Bara hanya tersenyum miring dan terkesan mengejek.
"Sudah tidak ada masalah untuk agenda minggu depan bukan?" tanya Bara pada semua staf dan karyawan.
Semua saling menatap satu sama lain.
"Tidak tuan, semua sudah jelas. Tinggal persiapan," kata Rendy lalu mengakhiri mencatatnya.
"Baik, meeting sudah selesai kalian bisa kembali ke ruangan masing- masing," suruh Bara, lalu satu persatu dari mereka meninggalkan ruang meeting.
"Kenapa dia belum juga datang?" tanya Bara gelisah sambil sesekali melihat jam tangannya.
Sela bilang jika dia akan ke kantornya setelah dari restoran sekitar pukul 9 dan sekarang sudah pukul 10 lewat.
"Bentar saya tanyakan pada resepsionis," kata Rendy langsung menghubungi resepsionis lantai 1.
"Tidak ada daftar tamu selama anda rapat," kata Rendy setelah mematikan sambungan telepon.
"Apa dia tersesat?" tanya Rendy pada Bara.
"Bagaimana mungkin orang sedewasa dia bisa tersesat, bukankah perusahaan besar di Kanada cuma satu, pasti dia tahu jika hanya bertanya pada tukang ojek," kesal Bara sambil melonggarkan dasinya.
"Apa anda lupa yang saya alami 3 tahun yang lalu saat pertama bekerja di perusahaan ini?" tanya Rendy seakan mengingatkan kejadian 3 tahun lalu.
"Lo salah masuk perusahaan Reynald sampai- sampai lo diusir 10 bodyguard cuma karena memukul wajah Reynald yang lo kira penipu," kata Bara masih ingat betul dengan kejadian 3 tahun lalu.
Rendy tertawa jika mengingat betapa bodohnya dirinya dulu.
"Kenapa enggak tuan samperin aja ke rumahnya," seketika energi Bara mendadak full.
Bara bangkit dengan cepat dan menyambar kunci mobilnya lalu berlari keluar meninggalkan Rendy tanpa sepatah kata.
"Gue nyesel kasih saran sama dia, ujung- ujungnya gue juga yang beresin ini berkas," gumam Rendy mendramatisir.
♡♡♡
Bara sudah sampai di depan rumah Sela. Pintunya masih tertutup rapat.
Bara mengetuk pintu Sela, berharap Sela yang membukanya.
Tidak ada jawaban ataupun teriakan dari dalam.
Sangat sepi.
"Permisi, apa anda sedang mencari Sela?" tanya warga yang sedang berlalu melewati rumah Sela.
"Benar bu, apa anda tahu di mana dia?" tanya Bara sopan sekali pada ibu yang sudah lanjut usia itu.
"Tadi pagi ibunya mendadak sakit, barusan Sela membawanya ke rumah sakit, belum lama juga," katanya menjelaskan keadaan tadi pagi.
"Kalau boleh tahu, ke rumah sakit mana Sela membawa ibunya?" tanya Bara sekali lagi.
"Mungkin dia membawanya ke rumah sakit besar Bradsiton," jawab ibu itu.
Kebetulan sekali, itu rumah sakit milik papanya.
"Terima kasih bu kalau begitu," kata Bara lalu bergegas masuk ke dalam mobil untuk menyusul Sela ke rumah sakit.
Bara melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Karena jarak rumah Sela ke rumah sakit besar itu lumayan jauh.
Tapi Bara pengendara yang handal, dia hanya butuh waktu 20 menit untuk sampai di rumah sakit.
Bara memarkirkan mobilnya di depan lobi, lalu bergegas untuk masuk ke dalam mencari keberadaan Sela.
"Selamat siang tuan Bara," sapa kedua perawat itu ketika melihat Bara datang dengan tergesa- gesa.
"Sus apa barusan ada cewek tinggi sedang membawa ibunya berawat disini?" tanya Bara pada perawat.
"Atas nama siapa tuan?" tanya perawat itu sambil memandang takjub Bara.
Bara menghembuskan napasnya pelan lalu menatap sekilas perawat itu.
"Sela," jawab Bara pelan.
"Ruang UGD no. 29 lantai 2," tanpa menunggu lama Bara berlari menuju lift untuk sampai di lantai 2.
"Ya tuhan tuan Aldebaran terlihat begitu sempurna," puji perawat itu setelah Bara berlalu pergi.
"Sayangnya dia udah punya kekasih," kata perawat satunya merasa putus asa.
Ting
Pintu lift terbuka, buru- buru Bara menuju ruang UGD dengan setengah berlari.
Bara berhenti saat melihat Sela sedang berjongkok di depan pintu ruang UG
Bara mengatur napasnya lalu berjalan pelan menghampiri Sela.
Terlihat jika Sela sangat mengkhawatirkan keadaan ibunya.
"Hei," sapa Bara yang jongkok di depan Sela.
Sela mendongak dan mendapati Bara di depannya.
Bara bisa melihat mata sembab dan hidung merah Sela.
"Apa ibumu baik- baik saja?" tanya Bara, Sela hanya menggelengkan kepalanya lemah.
"Dokter masih memeriksanya," jawab Sela lirih sekali, dengan air mata yang turun bebas begitu saja.
Bara menghapus pelan air mata Sela dan menatap iba pada Sela.
"Berdirilah," kata Bara sambil membantu Sela berdiri dan mengajaknya duduk di kursi tunggu.
Ceklek
Dokter yang menangani ibu Sela keluar sambil membuka maskernya.
Buru- buru Sela berdiri dan menghadang dokter itu.
"Apa anda putrinya?" tanya dokter itu pada Sela.
"Iya dok saya putrinya," jawab Sela dengan sangat antusias.
"Ibu Rina perlu di operasi sekarang juga karena kanker pada otaknya, jika tidak segera di operasi kemungkinan ibu Rina tidak akan bisa terselamatkan," kata dokter paruh baya itu menjelaskan.
"Lalu berapa biaya operasinya dok?" tanya Sela sambil menghapus air matanya.
"Lakukanlah operasinya, saya akan menanggung semua biayanya," sahut Bara membuat dokter itu tersadar jika ada Bara.
"Tuan Bara," sapanya lalu hanya dijawab anggukan oleh Bara.
"Lakukan yang terbaik," kata Bara sebelum dokter itu masuk ke dalam ruang operasi.
"Baik tuan," lalu kembali menutup pintunya dan lampu operasi kembali menyala, tandanya operasi sedang berjalan.
"Tuan...,"
"Duduklah," perintah Bara pada Sela, Sela hanya bisa menuruti perkataan Bara.
Bara melepaskan jas hitamnya lalu menutupi tubuh Sela.
"Tunggu sebentar," kata Bara lalu pergi entah kemana setelah memberikan jasnya pada Sela.
Sela hanya bisa diam dan menatap Bara yang perlahan berjalan menjauh.
Sela terus berdoa agar ibunya bisa selamat, hanya ibu yang Sela punya di dunia ini.
Ibu demi Sela, ibu harus kuat, batin Sela.
"Minumlah," kata Bara sambil menyodorkan kopi panas di hadapan Sela.
Sela hanya menatap kopi yang diberikan Bara tanpa berniat untuk mengambilnya.
"Percayalah, saya belum berniat untuk meracunimu," kata Bara membuat Sela melotot tidak percaya, lalu mengambil kopi panas di tangan Bara.
"Terima kasih," ucap Sela pelan lalu Bara duduk di samping Sela.
"Tuan, bagaimana anda tahu kalau saya berada di rumah sakit?" tanya Sela sambil meniup pelan kopinya.
"Itulah salah satu kehebatan saya," sombong Bara percaya diri membuat Sela memutar kedua bola matanya.
"Sebagai penguntit," lanjut Sela dengan masih meniup pelan kopinya.
"Bukankah saya seperti malaikat penyelamat bagimu?" tanya Bara sambil menatap wajah cantik Sela dari samping.
"Ya seperti malaikat, lebih tepatnya malaikat pencabut nyawa," ketus Sela yang benci dengan sikap sombong Bara.
"Tuan berapa uang yang harus saya ganti untuk biaya ibu?" tanya Sela pada Bara.
Bara berhenti meniup kopi panasnya, lalu merebut kopi yang berada di tangan Sela dan mengganti dengan kopi miliknya.
"Ini kopinya udah dingin," kata Bara menjawab kebingungan Sela saat kopinya ditukar dengan milik Bara.
"Jika ditotal semua sekitar 50 dolar," Sela menganga tidak percaya dengan ucapan Bara barusan, sebanyak itu.
50 DOLAR KANADA \=[552. 577, 50] Rupiah
"Bahkan dua ginjal saya mungkin tidak mencapai harga sebanyak itu," perkataan Sela sukses membuat Bara menyemburkan kopinya.
"Apa kamu berniat untuk mengganti uang saya dengan dua ginjalmu?" tanya Bara membuat Sela menepuk keras bahu Bara.
"Lalu jika saya mati tanpa ginjal, bagaimana dengan ibu saya," kata Sela ketus sambil mencebikkan bibirnya.
Bara tersenyum mendengar ucapan Sela.
Bara berpikir, kira- kira apa yang bisa membuat dia bisa selalu terikat sama Sela tanpa ada jarak di antara mereka.
Inilah namanya mencari kesempitan dalam kesempatan.
"Apa kamu membawa resume yang saya perintahkan?" tanya Bara yang hanya dijawab anggukan oleh Sela.
Sela lalu membuka tasnya dan mengambil map coklat.
Bara memeriksa dan menatap lekat resume tentang data diri Sela.
22 tahun.
Pantesan Sela selalu memanggilnya bapak bahkan om, karena dia merasa masih muda dari Bara.
"Apa karena kamu merasa masih muda jadi selalu manggil saya bapak?"tanya Bara sambil menatap kesal pada Sela.
"Bukankah saya harus menghormati orang yang lebih tua dari saya," ejek Sela membuat Bara tersenyum devil.
"Umur kita hanya beda 2 tahun, jika kita masih sekolah saya adalah kakak kelasmu yang terpaut 2 tahun," jelas Bara tidak terima disebut tua oleh Sela.
"Hmm," kata Sela malas menanggapi ocehan Bara.
"Apa kamu serius akan mengembalikan uang saya"? tanya Bara pada Sela.
"Tentu," jawab singkat Sela sambil menyeruput kopinya.
"Apa kamu mau bekerja bersama saya?" tanya Bara sekali lagi.
"Tapi saya hanya lulusan SMA, apa bisa saya bekerja di perusahaan tuan?" tanya Sela sambil menatap wajah Bara sekilas dengan sangat menggemaskan.
"Jadilah sekretaris saya," ucapan Bara membuat Sela tersedak.
Bara menepuk pelan punggung Sela agar batuknya berhenti.
"Apa anda kira kita masih sekolah? Apa anda berniat untuk menjadikan saya sebagai sekretaris kelas?" tanya Sela tidak percaya pada ucapan Bara.
"Diem bawel, datanglah besok pagi ke rumah saya, Rendy akan menjemputmu," kata Bara tak terbantahkan membuat Sela terdiam.
Bara menatap arah lain, berusaha kuat agar tidak tersenyum mendengar pertanyaan yang dilontarkan Sela.
Sangat lucu dan menggemaskan.
Setidaknya ini langkah pertama Bara untuk mengikat Sela agar selalu berada di dekatnya.
●●●
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Mas Sigit
Q ingin pas lg romantis ada gambarnya jg thorrr
2023-10-07
0
Bing Bing Remim
yes
2022-02-21
0
Dianita Indra
next thor
2022-02-20
0