Jangan Posesive Bara

○○○

Reynald sedang bersantai di ruang keluarga sambil menikmati secangkir coklat panas.

Brak.

Dewa baru saja pulang dari kampus, mukanya terlihat lelah.

"Udah pulang?" tanya Reynald membuat Dewa tidak jadi menaiki tangga dan berjalan menghampiri Reynald.

Dewa melemparkan tasnya ke sembarang arah.

Dewa berkali- kali menghembuskan napasnya membuat Reynald menatap Dewa.

"Apa ada masalah sama kuliahmu?" tanya Reynald sambil menyesap coklat panasnya.

"Bukan cuma masalah tapi kesialan," gerutu Dewa sambil memainkan ponselnya.

"Kenapa?" tanya Reynald kembali menatap layar laptopnya.

"Bisa- bisanya dia pindah kelas dan duduk di depan bangku gue, makin enek gue ngelihatnya," dumel Dewa membuat Reynald tersenyum miring.

"Mungkin dia suka sama kamu," ucapan Reynald membuat Dewa menatap jengah kakaknya.

"Itu bukan suka tapi obsesi dia semata," komentar Dewa sambil memutar kedua bola matanya malas.

"Minggu depan kakak akan pergi ke Amerika, apa kamu ingin ikut?" tanya Reynald memberitahukan kepergiannya.

"Ngapain?" tanya Dewa bangun dari rebahannya.

"Kakak akan mengurus proyek," jawab Reynald menutup laptopnya.

"Taulah," kata Dewa pergi naik ke atas tangga dengan langkah gontai.

Reynald meraih ponselnya di meja, mendial nomor seseorang.

"Walles," sapa Reynald sambil berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

"Bagaimana persiapanmu? Apa sudah selesai?" tanya Reynald sambil merebahkan tubuhnya di king size.

"Selama saya ke Amerika, kamu ambil alih sementara," perintahnya pada Walles.

"Cepat persiapan semuanya," perintah Reynald lalu mematikan sambungan telepon dengan sepihak.

Reynald melemparkan ponselnya ke sembarang arah.

Menatap langit- langit kamar, bayangan kedua orang tuanya seakan terlintas sekilas.

Perlahan mata Reynald mulai terpejam sambil membayangkan wajah kedua orang tuanya.

Rindu.

●●●

Mobil Bara berhenti tepat di depan lobi rumah sakitnya.

"Hah, anda serius membawa saya kemari?" tanya Sela tidak percaya pada sikap Bara.

Bara hanya diam tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan Sela.

Bara membuka pintu Sela, Sela menatap ke dalam rumah sakit, keringat dingin mulai mengaliri tubuhnya.

"Buruan turun," kata Bara ketus, Sela masih enggan untuk keluar.

"Tuan, kita pulang aja ayo, kita obati di rumah, lagian ini gapapa kok, cuma merah doang," Sela mencoba mencari alasan agar Bara kembali pulang.

"Turun," perintah Bara terdengar tegas dan dingin.

Sela seakan terhipnotis sama perkataan Bara, Sela perlahan keluar dari dalam mobil.

Bara berjalan terlebih dahulu, sedangkan Sela masih berdiri di tempatnya.

"Ya tuhan sudah 9 tahun, gue enggak pernah masuk rumah sakit dan ketemu sama yang namanya jarum, tapi kini gue bakal nostalgia lagi sama kejadian tahun lalu," gumam Sela sambil jalan dengan pelan karena lututnya sangat perih.

Bara berdiri di depan lift menunggu Sela yang berjalan dengan perlahan.

Ting

Pintu lift terbuka, Bara dan Sela langsung masuk untuk naik ke atas.

"Tuan, kita pulang aja ya," bujuk Sela yang kesekian kalinya.

Dan masih sama, Bara hanya diam tanpa mau menjawab ucapan Sela.

"Ngeselin banget sih jadi orang, dari tadi diajak ngomong juga diem aja," gerutu Sela yang bisa didengar oleh Bara.

Bara melirik sekilas wajah jutek Sela, terlihat lucu dan menggemaskan saat marah.

Ting

Pintu lift terbuka, Bara menarik pelan tangan Sela keluar.

Bara berjalan menuju ruang perawatan.

"Permisi," kata Bara sambil mengetuk pintu, dokter muda yang tadinya sedang fokus beralih menatap ambang pintu.

"Tuan Bara," sapanya langsung berdiri menyambut Bara dan Sela dengan ramah.

"Apa anda sakit?" tanya dokter bernama Reza itu.

"Bukan,tapi dia" kata Bara sambil menatap Sela.

"Ohh baik, silahkan akan saya periksa anda," kata Reza mempersilahkan Sela.

Sela hendak berjalan menuju brankar namun, Bara menahan tangannya.

"Di mana dokter Lia?" tanya Bara membuat Sela menatapnya heran.

"Ada tuan, apa perlu saya panggilkan?" tanya dokter Reza.

Bara hanya mengangguk, dengan cepat Reza keluar untuk memanggil dokter Lia.

"Tuan, bukankah dia juga dokter, lalu kenapa anda memanggil dokter lain?" tanya Sela heran sambil melepaskan genggaman tangan Bara.

"Sesuai aturan, pasien cewek diperiksa dokter cewek dan sebaliknya," jawab Bara sambil duduk di dekat meja dokter.

"Hah, emang sejak kapan ada peraturan seperti itu," kata Sela tidak percaya sama ucapan Bara.

"Saya yang membuatnya, kenapa?" tanya Bara ketus.

"Dasar bapak- bapak tua," gerutu Sela sambil berjalan menuju brankar.

"Padahal dokter tadi sangatlah tampan, kan lumayan bisa cuci mata," kata Sela membuat Bara mengangkat sebelah alisnya.

"Kamu ingin cuci mata?" tanya Bara pada Sela, Sela mengangguk senang.

"Nanti akan saya bawa kamu ke tempat laundry," jawab Bara membuat Sela mendengus sebal.

"Permisi," kata dokter Lia yang baru saja datang.

"Tuan Bara mencari saya?" tanya dokter Lia sambil tersenyum manis kearah Bara.

Bara hanya mengangguk tanpa menatap wajah Lia yang terus menatapnya.

"Tolong periksa pergelangan tangannya," suruh Bara pada dokter Lia.

Dokter Lia langsung menghampiri brankar Sela dan melihat pergelangan tangannya.

Hanya memerah dan sedikit memar.

"Oh, ini akan baik- baik saja saat diolesi salep nanti," kata dokter Lia sambil tersenyum manis ke Sela.

Sela merasa malu karena sikap Bara, hanya memar gini aja sampai dibawa ke rumah sakit.

Emang sih, Sela tahu kalau ini rumah sakit punya Bara, tapi ya enggak gini juga kali.

Dokter Lia tidak sengaja melihat celana jeans Sela yang terlihat sedikit basah.

"Sepertinya lututmu juga terluka?" tanya dokter Lia membuat Sela menatap dokter Lia terkejut.

"Hah, bukan ini hanya basah karena air," alibi Sela membuat Bara geram dan kesal.

Bara maju mendekati brankar Sela, lalu menyingkap celana Sela dengan menggulungnya ke atas.

Darah.

Bara menatap tajam Sela, Sela yang takut tatapan Bara beralih menatap dokter Lia seakan meminta tolong padanya.

"Sebentar akan saya bersihkan terlebih dahulu," kata dokter Lia mengambil kapas untuk membersihkan lutut Sela.

"Apa kamu kira kampus seperti taman kanak- kanak?" tanya Bara sengit.

"Hah?" tanya Sela tidak mengerti.

"Kenapa kamu berlarian di kampus?" tanya Bara membuat Sela menahan kuat tawanya.

Dokter Lia menyingkap celana Sela sedikit ke atas agar dia bisa lebih leluasa untuk membersihkannya.

Sela meremas kuat lengan Bara untuk menahan rasa perih di lututnya.

Bara menatap tangan Sela yang meremasnya kuat untuk menahan rasa sakitnya.

Bara tersenyum geli melihat wajah takut Sela, seperti anak kecil.

"Sudah selesai," kata dokter Lia setelah selesai menutup luka Sela dengan perban kecil.

Sela turun dari brankar dengan keringat yang mengalir di pelipisnya.

"Kalau gitu saya permisi," pamit Bara setelah semua selesai.

Sela berjalan sedikit tertatih padahal lukanya sudah dibersihkan tapi rasa perih masih terasa.

Bara memencet tombol lift untuk turun ke bawah.

Ting

Pintu lift terbuka, Sela terkejut saat di dalam lift ada Gabriela.

"Gabriela," panggil Sela membuat Gabriela mendongak dan menatap Sela.

"Sela," panggilnya lalu keluar dari lift untuk memeluk Sela.

"Kamu ngapain di rumah sakit?" tanya Sela sambil menatap kantong plastik di tangan Gabriela.

"Biasa ambil obat ayah," jawab Gabriela lalu menyadari keberadaan Bara.

"Ya ampun, anda tuan Aldebaran itu bukan, miliader nomor 1 di Kanada," teriak Gabriela histeris membuat Sela menatap Bara.

Bara hanya mengangguk dan tersenyum tipis.

"Kenalin saya Gabriela," kata Gabriela mengulurkan tangannya.

Bara menatap Sela yang menatap kearah lain, apa dia cemburu, batin Bara.

"Bara," kata Bara tanpa menyambut uluran tangan Gabriela.

"Sel, gimana keadaan ibu lo?" tanya Gabriela beralih pada Sela.

"Ibu sudah melakukan operasinya, kini tinggal menunggu beliau sadar," jawab Sela sendu.

Gabriela mengelus pundak Sela menyalurkan kekuatan pada Sela.

"Lo kok udah enggak kerja lagi di restoran tuan Roy?" tanya Gabriela membuat Sela bingung untuk menjawabnya.

"Dia sekarang kuliah," jawab Bara membuat Gabriela terkejut dan menganga.

"Lo seriusan sekarang kuliah?" tanya Gabriela Sela hanya mengangguk.

"Maaf kami tidak punya waktu, kita lanjut lain waktu," kata Bara pada Gabriela lalu menarik tangan Sela untuk masuk ke dalam lift.

"Aku duluan ya La," pamit Sela dan hanya diangguki oleh Gabriela.

Senyum getir yang tercetak di bibir Gabriela ketika mendengar jika Sela kuliah.

Bagaimana bisa, untuk biaya hidup aja Sela sebelas dua belas dengannya.

Apa mungkin jika Aldebaran yang membiayai semua kuliahnya.

Gila bukan.

Sungguh beruntungnya Sela bisa bertemu daj dekat dengan Aldebaran.

Gabriela berjalan menuju ruang perawatan untuk menemui dokter yang merawatnya.

.

.

.

Mereka sudah sampai di rumah, Bara hendak membantu Sela berjalan namun dia menolaknya.

Bara memencet tombol lift menuju lantai 3 yang artinya itu ruangan khusus miliknya.

Sela belum menyadari saat Bara memencet tombol lift menuju lantai paling atas.

"Kamu tunggu di ruang tv dulu," perintah Bara pada Sela.

Sela hanya mengangguk lalu berjalan menuju ruang tv dan baru menyadari jika dia berada di lantai atas, ruangan Bara.

Ya tuhan nuansanya sangatlah indah dan begitu mewah.

Sela duduk di sofa sambil mensejajarkan kakinya agar tidak terlalu kaku.

"Apa kamu lapar?" tanya Bara sambil meletakkan susu coklat pada Sela.

Sela mengangguk dengan sangat antusias karena dia memang sangat lapar.

"Minum," perintah Bara lalu pergi meninggalkan Sela ke dapur untuk memasak.

Sela menatap heran sikap Bara barusan, sangat aneh.

"Apa dia sehat?" gumam Sela bertanya pada dirinya sendiri.

Sela meminum susu coklat yang dibuatkan oleh Bara.

Sela meraih remote yang terletak di meja lalu menyalakan TV.

Sela memencet tombol TV untuk mencari channel yang dia suka.

"Tuan, kemana Rendy dan Reno pergi?" tanya Sela pada Bara yang sibuk mencuci sayuran, Bara berhenti mencuci sayurannya ketika mendengar Sela memanggil Rendy dan Reno seperti teman biasa.

"Kenapa kamu memanggil mereka seperti teman sebayamu?" tanya Bara sambil menatap Sela.

"Bukankah mereka memang teman sebayaku?" tanya Sela membuat Bara mendengus sebal.

"Apa Rendy yang mengatakannya?" tanya Bara lalu Sela hanya mengangguk.

"Kenapa kamu mencari mereka?" tanya Bara sekali lagi sambil memotong sayuran yang sudah dia cuci.

"Aku rindu mereka," Bara langsung menatap Sela tidak percaya.

Takk

Bara memotong wortel dengan sangat keras hingga menimbulkan suara yang membuat Sela terkejut.

"Ahhh, wortel ini sangat keras sekali," gumam Bara pada dirinya sendiri.

Bara terus memotong wortel dengan suara yang sangat berisik sekali.

"Kenapa dia selalu bersikap aneh sekali, apa dia seorang alien?" tanya Sela pada dirinya sendiri.

Sela lalu fokus menonton acara TV favoritnya, apalagi yang paling menyenangkan selain nonton drakor.

Sela merebahkan dirinya di sofa sambil mengamati acaranya.

Mata Sela tidak kuat lagi, seakan ada lem yang melekat di matanya.

Sela tertidur dengan TV yang masih menyala.

Sedangkan di dapur Bara baru saja selesai dengan acara memasaknya.

Bara membawa sop buntut yang dia buat ke ruang TV.

Bara meletakkan sop buntutnya di meja lalu menatap Sela yang tertidur di sofa.

Bara mengambil selimut di kamarnya untuk menutupi tubuh Sela.

"Dasar bocah," gumam Bara pelan lalu jongkok di samping Sela menatap lekat wajah cantik Sela.

Bara menyingkirkan rambut Sela yang menghalangi wajah cantiknya.

Bibir ranum dan merah itu menyita perhatian Bara.

Bara terus menatap wajah cantik Sela lalu tersadar akan sesuatu dan sontak langsung berdiri.

"Enggak Bar, lo enggak boleh khilaf, mending lo makan aja itu sop buntutnya," gumam Bara lalu kembali membawa sop buntutnya ke meja makan.

Bara duduk di meja makan sambil menikmati sop buntut yang dia buat.

Bara mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang.

○○○

Rendy sejak tadi terus saja menggerutu dan ngoceh tanpa henti.

Bagaimana tidak, tiba- tiba saja mobil panjeronya mogok dan ban depan belakang juga bocor.

Udah siang- siang panas gini lagi, capek banget rasanya habis dari kantor.

Rendy sayang banget sama tuh mobil, jadi dia lebih milih jalan kaki daripada harus telpon bodyguard rumah untuk menjemputnya.

"Tuan, kita naik angkot aja yaa?" tanya Reno sambil menyeka keringatnya yang terus mengalir.

"Terserah lo deh," jawab Rendy terlihat sangat pasrah.

Reno mencari angkot yang lewat, melihat kanan kiri jalan.

"Bang angkot," teriak Reno sambil melambaikan tangannya saat ada angkot yang kebetulan lewat.

"Mari tuan," ajak Reno pada Rendy, dengan langkah gontai Rendy masuk ke dalam angkot.

Ya tuhan sesak sekali, penumpangnya sudah terlalu banyak tapi si kernet masih aja cari penumpang.

Rendy terus mengibaskan tangannya di depan mukanya.

Sangat gerah sekali, ingin sekali Rendy loncat dari angkot ini.

Tapi dia masih sayang sama tubuhnya, jadi acara loncat dari angkot ditunda aja dulu.

"Kiri bang," teriak Reno pada sopir dan angkot menepi ke kiri jalan tepatnya di halte tempat mereka menunggu bus.

Karena angkot tidak bisa masuk ke dalam perkotaan hanya bisa mengantar sampai di halte bus.

Beberapa bapak- bapak juga ikut turun, Rendy menunggu Reno yang masih memberikan uang pada kernetnya.

Rendy dan Reno berdiri sambil menunggu bus yang menuju perumahannya.

"Reno, ponsel gue ketinggalan di angkot," teriak Rendy membuat bapak- bapak yang berdiri di sampingnya terkejut dan ikut panik.

"Kok bisa sih tuan," heran Reno pada sikap Rendy yang sangat ceroboh.

"Ren ayo buruan kejar," teriak Rendy yang sudah berlari terlebih dulu mengejar angkot yang tadi mereka naiki.

"Mari tuan saya bantu kejar," kata bapak- bapak itu ikut mengejar angkot yang tadi mereka tumpangi.

Rendy berhenti sejenak, untungnya si angkot jalan dengan sebentar- sebentar berhenti jadi setidaknya Rendy masih bisa mengejarnya.

"Ayo tuan," ajak Reno yang ikut berhenti dan menunduk sambil mengatur napasnya yang terengah- engah.

Ketiga bapak- bapak itu terus berlari mengejar angkot yang berhenti tidak jauh dari mereka.

Rendy dan Reno melanjutkan larinya dengan napas yang tidak teratur.

Kring kring kring

"Reno ponsel lo bunyi, siapa tahu dari si bos," kata Rendy membuat Reno langsung meraba saku celananya.

Tidak, ponselnya tidak bergetar ataupun berbunyi, lalu?

"Tidak, ponsel saya tidak berbunyi," kata Reno membuat Rendy berhenti berlari dan menatap Reno.

"Kalau itu bukan ponsel lo terus yang bunyi ponsel siapa?" tanya Rendy dengan wajah tololnya.

Rendy langsung meraba saku celananya, yap ponselnya sedari tadi ada di dalam saku.

"Astgaaaaaa tuan, saya tahu anda capek tapi jangan segabut ini, sampai harus ngerjai bapak- bapak itu buat lari di siang bolong gini" kata Reno sambil melotot tidak percaya pada Rendy.

"Lebih baik kita balik aja ke halte bus, sebelum bapak- bapak itu gebukin kita," kata Rendy menarik Reno untuk berbalik arah.

"Hei tuan, kenapa kalian berdua balik arah?" teriak bapak- bapak yang berhenti berlari untuk mengatur napasnya.

"Maaf pak, ternyata ponsel saya di saku celana," jawab Rendy berteriak tak kalah kerasnya.

"Oh bocah edan," teriak bapak- bapak itu sambil melemparkan sandalnya.

Rendy dan Reno berlari dengan cepat sebelum sandal si bapak kena kepala mereka.

Rendy mengangkat panggilan dari Bara.

"Halo," sapa Rendy dengan terus berlari.

"Telponnya nanti aja ya, gue lagi berjuang buat lari dari amukan bapak- bapak," kata Rendy mematikan panggilannya dengan sepihak.

------------------------------------------

Terpopuler

Comments

Al Maira Naysa

Al Maira Naysa

🤣🤣 R2 emng bikin ngakak
koplak habis 🤣🤣

2023-04-22

0

Mayanti Setiadi

Mayanti Setiadi

ngakak wkwkwkwkwk

2022-02-08

0

Yus Ys

Yus Ys

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2022-01-26

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Kemewahan Aldebaran
3 Debaran Aneh
4 Jodohkah Kita
5 Penyelamat
6 Pergi Ke Mal
7 Bara Caper
8 Kesempatan
9 Rumah Sela
10 Tinggal Bersama Bara
11 2R Bikin Heboh
12 Kehebohan Kampus
13 Laura Berulah
14 Jangan Posesive Bara
15 Kantor Bara
16 Pesta
17 Kemarahan Bara
18 Gabriela Kuliah
19 Ketakutan Sela
20 Pobia Kegelapan
21 Gabriela Menginap
22 Emosi Bara
23 Perhatian Ini Uwu
24 Kemah
25 Kecemasan Bara
26 Balasan Bara
27 Tingkah Gila 2R
28 Kehebohan di Wahana
29 Sela Cemburukah
30 Terlalu Cemburu
31 Tindakan Bara
32 Reynald & Sela
33 Tunda Perasaan
34 Persiapan Penilaian
35 Berkat Sela
36 Flashback
37 Pertengkaran Kecil
38 Beasiswa Luar Negeri
39 Jebakan Gabriela
40 Berkunjung
41 Pengakuan Sela
42 Please Jangan Bengek
43 Ciee Yang Cemburu
44 Kabar Duka
45 Di Luar Dugaan
46 Dinner
47 Tantangan Reynald
48 Pertarungan
49 Ingatan Sela
50 Bela Diri
51 Balap Motor
52 Pak Bos Merajuk
53 Baberque Time
54 Sultan Liburan
55 Kesalahpahaman
56 Pergi
57 Pengumuman
58 Bertemu Sela
59 Dia Sakit
60 London Punya Cerita
61 Jadi Tahanan Bara
62 Perpisahan
63 Galau Bikin Ulah
64 Kecelakaan
65 Kekecewaan Bara
66 Pengumuman
67 3 Tahun Kemudian
68 See You Again
69 Berubah
70 Club
71 Mengundurkan Diri
72 Pindah Rumah
73 Pesta
74 Rindu Bagai Candu
75 Panik Enggak
76 Flashback
77 Keseruan di Bahama
78 Kesedihan Sela
79 Mabuk
80 Ulah Gabriela
81 Kecelakaan
82 Ternyata •••
83 Clue
84 Siasat Penculikan
85 Penembakan
86 Penembakan 2
87 Pilu
88 Bara & Reynald
89 Hari Bahagia Jessy
90 Stella Island
91 Pernikahan Jenald
92 Idul Fitri
93 Rencana Kejutan
94 Wedding Bala
95 Weeding Bala 2
96 Unboxing
97 Honeymoon Sweet
98 Momen 2R
99 Prewed
100 2R Nikah
101 Hadiah Honeymoon
102 Hello Daddy
103 Mamud Ngidam
104 2R Jadi Pengasuh
105 Kebahagiaan Mereka
106 Tingkah Suami
107 Baby Boy
108 Bumil Buat Rusuh
109 Semua Kena Imbas
110 Bara Junior
111 Bara Junior 2
112 Kejutan Untuk Baby
113 Keluarga Kecil
114 2R Jadi Daddy
115 Baby Sister
116 Lembaran Baru
117 END: Inilah Kisah Kami
118 UCAPAN TERIMA KASIH
119 S2 Coming
120 Cerita Baru
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Prolog
2
Kemewahan Aldebaran
3
Debaran Aneh
4
Jodohkah Kita
5
Penyelamat
6
Pergi Ke Mal
7
Bara Caper
8
Kesempatan
9
Rumah Sela
10
Tinggal Bersama Bara
11
2R Bikin Heboh
12
Kehebohan Kampus
13
Laura Berulah
14
Jangan Posesive Bara
15
Kantor Bara
16
Pesta
17
Kemarahan Bara
18
Gabriela Kuliah
19
Ketakutan Sela
20
Pobia Kegelapan
21
Gabriela Menginap
22
Emosi Bara
23
Perhatian Ini Uwu
24
Kemah
25
Kecemasan Bara
26
Balasan Bara
27
Tingkah Gila 2R
28
Kehebohan di Wahana
29
Sela Cemburukah
30
Terlalu Cemburu
31
Tindakan Bara
32
Reynald & Sela
33
Tunda Perasaan
34
Persiapan Penilaian
35
Berkat Sela
36
Flashback
37
Pertengkaran Kecil
38
Beasiswa Luar Negeri
39
Jebakan Gabriela
40
Berkunjung
41
Pengakuan Sela
42
Please Jangan Bengek
43
Ciee Yang Cemburu
44
Kabar Duka
45
Di Luar Dugaan
46
Dinner
47
Tantangan Reynald
48
Pertarungan
49
Ingatan Sela
50
Bela Diri
51
Balap Motor
52
Pak Bos Merajuk
53
Baberque Time
54
Sultan Liburan
55
Kesalahpahaman
56
Pergi
57
Pengumuman
58
Bertemu Sela
59
Dia Sakit
60
London Punya Cerita
61
Jadi Tahanan Bara
62
Perpisahan
63
Galau Bikin Ulah
64
Kecelakaan
65
Kekecewaan Bara
66
Pengumuman
67
3 Tahun Kemudian
68
See You Again
69
Berubah
70
Club
71
Mengundurkan Diri
72
Pindah Rumah
73
Pesta
74
Rindu Bagai Candu
75
Panik Enggak
76
Flashback
77
Keseruan di Bahama
78
Kesedihan Sela
79
Mabuk
80
Ulah Gabriela
81
Kecelakaan
82
Ternyata •••
83
Clue
84
Siasat Penculikan
85
Penembakan
86
Penembakan 2
87
Pilu
88
Bara & Reynald
89
Hari Bahagia Jessy
90
Stella Island
91
Pernikahan Jenald
92
Idul Fitri
93
Rencana Kejutan
94
Wedding Bala
95
Weeding Bala 2
96
Unboxing
97
Honeymoon Sweet
98
Momen 2R
99
Prewed
100
2R Nikah
101
Hadiah Honeymoon
102
Hello Daddy
103
Mamud Ngidam
104
2R Jadi Pengasuh
105
Kebahagiaan Mereka
106
Tingkah Suami
107
Baby Boy
108
Bumil Buat Rusuh
109
Semua Kena Imbas
110
Bara Junior
111
Bara Junior 2
112
Kejutan Untuk Baby
113
Keluarga Kecil
114
2R Jadi Daddy
115
Baby Sister
116
Lembaran Baru
117
END: Inilah Kisah Kami
118
UCAPAN TERIMA KASIH
119
S2 Coming
120
Cerita Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!