○○○
Rendy dan Reno sedang duduk di pinggir jalan.
Istirahat sejenak karena capek setelah main kejar- kejaran sama bapak- bapak angkot tadi siang.
Sekarang sudah pukul 8 malam dan mereka belum juga pulang.
Rendy dan Reno sudah seperti orang pinggiran, muka melas dan wajah yang kusam.
"Ya tuhan gue enggak nyangka kalau bapak- bapak angkot itu kekuatan larinya ngalahin atlet lari," gumam Rendy sambil mengingat kejadian tadi siang.
"Tuan sih iseng segala pakai acara ngejar angkot, padahal ponsel dari tadi dalam saku," kata Reno yang kesal dengan sikap ceroboh Rendy.
"Gimana kalau kita balik ke bengkel aja, ngambil mobil gue, siapa tahukan udah selesai nyervisnya," saran Rendy membuat Reno menatap tidak percaya pada Rendy.
"Apa anda sedang bercanda?" tanya Reno dan Rendy dengan polosnya hanya menggelengkan kepalanya.
"Tadi siang kita udah jalan jauh- jauh, naik angkot desak- desakan buat sampai ke halte bus, dari halte bukannya naik bus yang ada ngejar angkot sama bapak- bapak dan sekarang anda bilang kita mau balik lagi ke bengkel?" tanya Reno yang sudah ngomel seperti orang ngerap.
"Apa kita segabut itu sampai enggak ada kerjaan, mending kita tiduran di bengkel aja kalau tahu ujung- ujungnya balik lagi ke sana," dume Reno sambil mengacak- acak rambutnya.
"Yaudah tunggu apalagi, ayo buruan jalan balik ke bengkel," ajak Reno yang sudah jalan terlebih dulu.
"Kok sekarang jadi galakkan si Reno daripada gue," gumam Rendy lalu menyusul Reno yang sudah berjalan di depan.
Mereka menyusuri jalan raya, hari juga sudah semakin malam.
Tiba- tiba Reno mendadak berhenti berjalan membuat Rendy yang tidak melihatnya menabrak punggung Reno.
"Kenapa berhenti?" tanya Rendy menatap Reno bingung.
"Tuan, kita puter balik apa lanjut jalan?" tanya Reno sambil menatap ke depan.
Rendy mengikuti tatapan Reno ke depan, ini namanya sebuah kesialan di tengah jalan.
3 anjing besar sedang menghadang mereka berdua.
"Ya tuhan dari sekian banyak orang, kenapa harus anjing yang malakkin kita, kenapa enggak perampok aja, kan bisa diajak tarung lah kalau anjing mana bisa," gumam Rendy menyesali kesialan mereka berdua hari ini.
3 anjing itu seakan tahu jika mereka berdua ketakutan.
"Nah kan nah, malah jalan kemari," kata Rendy sambil menarik baju Reno bagian belakang.
"Tuan, anda yang lebih tua, kenapa anda berada di belakang?" kata Reno bersembunyi dibalik punggung Rendy.
Ketiga anjing itu sudah mengepung mereka, seakan ingin mengajak mereka bermain- main.
Mereka tidak bisa lari ke mana- mana karena ketiga anjing itu memutari keduanya.
"Bentar Reno, gue kemarin habis streaming cara jitu hindari kejaran anjing," kata Rendy membuat Reno sedikit tenang karena Rendy bisa mengatasi.
"Lalu bagaimana caranya?" tanya Reno penasaran karena dia sudah sangat ketakutan.
"Gue belum sampai selesai nontonnya, bentar gue streaming lagi," kata Rendy mengeluarkan ponselnya untuk melanjutkan vidio kemarin.
"Tuan sekarang bukan waktunya ngelawak, kalau nungguin masih streaming yang ada saya dimakan duluan sama anjingnya," kata Reno panik karena ketiga anjing itu menatap lapar mereka berdua.
"Yaudah bentar gue cari di google aja," kata Rendy beralih membuka apk google.
"Ok google, bagaimana caranya hindari kejaran anjing," kata Rendy pada apk google.
"Lari," jawaban dari google singkat padat dan jelas.
"Bukan, itu bukan solusi, yang ada kalau kita lari mereka ngiranya kita ajak main mereka," sahut Reno menolak cara dari google.
"Nah, gue inget kita harus ngapain. Kita bisa menyerang tanpa menyentuh," kata Rendy membuat Reno melepaskan tarikan bajunya pada Rendy.
"Hah, bagaimana caranya?" tanya Reno bingung.
"Guk guk guk guk guk," Rendy mengonggong menirukan suara anjing.
"Ya tuhan, kalau aja anjing itu bisa bicara, pasti mereka bakal ngomong, kalau kita berdua kayak orang gila," gumam Reno sambil memegangi ujung baju Rendy.
"Guk guk guk guk guk," akhirnya Reno juga mengikuti cara Rendy juga meski dalam hatinya dia menyesali mengikuti cara Rendy.
"Mas," teriak bapak- bapak yang tidak sengaja lewat.
Rendy dan Reno berhenti mengonggong dan menatap bapak- bapak itu.
"Kalau mau lomba gonggong sama anjing jangan di sini, ngalangin jalan tauk," kata bapak itu sewot.
"Wahh dasar bapak gila, gue kerjai aja sekalian," gumam Rendy kesal sama bapak- bapak tua itu.
Rendy melepas sebelah sepatunya lalu meleparkannya pada bapak- bapak yang langsung berdiri di pinggir jalan.
Spontan anjing itu langsung berlari mengejar sepatu yang dilemparkan pada bapak- bapak tadi.
Dengan secepat kilat bapak- bapak itu berlari sebelum dia digigit anjing.
"Hah, kenapa enggak dari tadi aja kan gue enggak perlu repot- repot paduan suara sama anjing gila itu," gumam Rendy bisa bernapas lega karena ketiga anjing itu kini sudah mendapatkan mainan barunya, yaitu bapak- bapak tadi.
"Ayo tuan buruan kita ke bengkel," ajak Reno karena dia takut jika si anjing bakalan balik lagi.
Sekitar 15 menit mereka berjalan akhirnya mereka sampai juga di bengkel.
Untungnya bengkel masih buka dan lebih beruntungnya mobil kesayangan Rendy sudah selesai.
"Akhirnya kita bisa pulang," kata Reno yang sedang mengambil alih kemudinya.
"Hah capeknya, seharian penuh kita olahraga lari mulai dari ngejar angkot sampai di kejar balik sama bapak- bapak angkot," kata Rendy mengingat kejadian tadi siang.
●●●
Sela membuka matanya perlahan, suara alarm membuat tidurnya terusik.
Sela menatap sekeliling, ini bukan kamarnya, lantas apa ini kamar Bara.
Benar.
Sela tidur di kamar Bara, lalu Sela menatap jam di atas nakas.
Pukul 7 tepat, astaga dia sudah terlambat untuk berangkat ke kampus.
Buru- buru Sela keluar dari kamar Bara untuk turun ke lantai 2 dan bersiap- siap untuk kuliah.
"Tunggu," kata Bara yang sedang masak di dapur ketika melihat Sela terburu- buru dengan kakinya yang masih sakit.
"Tuan, kenapa saya bisa tidur di kamar anda? Lalu kenapa anda tidak membangunkan saya, saya jadi telat kan ke kampusnya," omel Sela pada Bara.
"Kemarilah," perintah Bara pada Sela, Bara menyajikan sarapan di meja makan.
"Wow nasi goreng seafood," kata Sela tidak lagi bisa menahan rasa laparnya terhadap makanan kesukaannya.
Bara tersenyum samar melihat perubahan emosi Sela setelah melihat makanan di depannya.
"Apa saya boleh memakannya?" tanya Sela seperti anak kecil, Bara hanya mengangguk sambil melepaskan celemeknya.
Sela langsung menyantap masakan Bara, sungguh lezat.
Bara lalu duduk di depan Sela memperhatikan Sela makan, tidak ada kata jaim dalam kamus Sela.
"Hari ini kamu tidak perlu ke kampus, tunggu sampai lukamu mengering," kata Bara melarang Sela agar tidak ke kampus.
"Tapi saya mahasiswa baru, masih banyak materi yang belum saya pelajari," kata Sela dengan makanan yang masih penuh di mulutnya.
"Telen dulu baru bicara," kata Bara membuat Sela langsung menelan makananya.
"Nanti akan saya ajari," kata Bara pelan namun Sela tidak begitu mendengarnya.
"Apa anda akan ke kantor?" tanya Sela sambil menatap Bara dengan tingkah lucunya yang sedang mengunyah.
"Kenapa?" tanya balik Bara sambil menatap gemas pipi chubby Sela yang dipenuhi makanan.
"Apa saya boleh ikut, saya di rumah tidak ada kegiatan," kata Sela meminta agar Bara membawanya ke kantor.
"Baiklah, cepat bersiap, saya akan mandi," kata Bara berdiri untuk bersiap mandi.
"Tuan, apa anda tidak sarapan?" tanya Sela setengah berteriak.
"Jatah saya sudah kamu makan," jawab Bara lalu masuk ke dalam kamarnya.
Sela menatap sepiring nasi goreng seafood di depannya.
Ya tuhan ternyata ini sarapannya Bara, bagaimana bisa Sela jadi liar gini saat dia melihat makanan kesukaannya.
Sela tidak jadi menghabiskan sarapannya, Sela bergegas turun ke lantai 2.
Nanti dia akan menggantinya, Sela buru- buru untuk bersiap karena dia akan ikut ke kantor.
Sela melihat sekeliling lantai 2, kenapa sepi sekali, kenapa tidak ada bodyguard sama sekali yang tidur di lantai 2.
Lalu kemana Rendy dan Reno, apa mereka sudah bersiap di bawah.
Sela langsung saja masuk ke dalam kamarnya, segera mandi lalu bersiap.
15 menit Sela sudah selesai dan siap lalu keluar dari kamarnya.
Bukannya kembali ke lantai atas untuk membantu Bara bersiap.
Sela malah menuju dapur untuk memasak.
Sela membuka kulkas, ok semua bahan lengkap dan sangat komplit.
Buru- buru Sela masak sebelum Bara turun ke bawah.
Sekitar 20 menit Sela sudah selesai dengan acara memasaknya.
Sela lalu kembali ke kamar sambil membawa kotak makanan dan dimasukkan di dalam tas.
"Apa kamu sudah selesai?" teriak Bara dari arah luar.
Sela langsung menyambar tasnya dan keluar dari kamarnya.
"Apa kamu sakit?" tanya Bara pada penampilan Sela yang serba hitam.
"Saya hanya tidak ingin digosipkan sama fans anda," gumam Sela berjalan menghampiri Bara yang masih setia berdiri sambil menenteng tasnya.
Tanpa berbicara, Sela langsung merebut dasi di tangan Bara lalu memasangkannya.
Setelah selesai, Sela membantu Bara memakaikan jas hitamnya lalu merebut tas kerja milik Bara.
"Untuk satu hari ini, saya akan menjadi sekretaris magang anda," kata Sela lalu berjalan terlebih dahulu untuk masuk ke dalam lift.
Bara tersenyum mendengar ucapan Sela barusan.
Ya tuhan cewek di depannya ini benar- benar beda.
Di mana saat banyak cewek yang dekat dengannya ingin sekali mendapatkan ketenaran dan popularitas, beda dengan ini.
Berusaha agar orang lain tidak mengenalnya, padahal Bara tidak masalah jika digosipkan, asal sama dia.
.
.
.
.
KANTOR ATF
Ternyata benar saat Bara datang dan di sampingnya ada Sela yang memakai baju serba hitam kacamata juga masker.
Mereka semua seakan langsung heboh dan memotret sana- sini.
Bara menatap sekilas Sela yang berjalan di sampingnya.
Sela berusaha untuk jalan di belakang Bara namun dengan cekatan Bara selalu menarik Sela agar jalan di sampingnya.
Bara langsung menuju lantai atas, hari ini semua persiapan untuk proyek AS akan dimulai.
Sebelum itu Bara akan melakukan briefing pada mereka semua sebelum melakukan persiapan awal.
"Kalian bisa berjaga di ruangan saya saja," perintahnya pada kelima bodyguardnya.
Bara membawa Sela ke ruangannya, karena Bara akan melakukan briefing pada semua staf dan karyawannya.
"Kamu tunggulah di sini, saya akan melakukan briefing, hanya sebentar," pesan Bara pada Sela lalu keluar menuju ruangan meeting.
Sela menatap ruangan Bara, ya tuhan sangat indah dan mewah sekali.
Sela hanya diam, tidak melakukan apapun karena ponsel jadulnya tadi ketinggalan.
Sedangkan di ruang meeting, Bara dan semua karyawan sedang berdiskusi dan melakukan briefing.
"Tuan hari ini kita sudah memasang panggung standar untuk model kita nanti saat latihan fashion show," lapor fotografer yang terlihat masih muda itu, Bara hanya mengangguk.
"Saya juga sudah mulai membeli kain seperti yang anda pinta tuan, nanti sekitar jam 9 akan segera datang dan penjahit kita akan segera melakukan pekerjaannya," lapor desainer andalan Bara.
"Saya juga sudah mengumpulkan semua desainer pilihan anda untuk membantu pengerjaan ini," lapor Rendy yang sejak tadi mencatat.
"Semua sudah siap tuan, kini kita tinggal menunggu model dari anda, apa sudah ada tuan?" tanya kepala direksi setelah melihat semua persiapan sudah siap dan kurang model.
Bara terdiam sambil berpikir sejenak, kira- kira siapa yang cocok jadi model.
Tok tok tok
Semua menoleh ke arah ambang pintu, di mana di sana ada Sela yang sedang tersenyum manis.
Bara langsung berdiri dan menghampiri Sela yang mendatanginya.
"Maaf saya menganggu," kata Sela merasa merepotkan Bara.
"Apa ada masalah," syukurlah Sela kira Bara akan marah padanya.
"Perut saya sakit, di mana toiletnya?" tanya Sela sambil memegangi perutnya.
Bara langsung menarik pelan tangan Sela kembali ke ruangannya.
Bara membawa Sela ke toilet yang berada di ruangannya.
"Makasih," kata Sela setelah diantar ke toilet sebelum menutup pintunya Sela berpesan pada Bara.
" Tolong tunggu saya jangan kemana- mana," pesan Sela sambil sesekali meringis.
"Di dalam apa di luar?" tanya Bara menggoda Sela.
Brak.
Pintu tertutup dengan keras membuat Bara tertawa pelan.
Bara menunggu Sela di ruang kerjanya sambil berpikir sesuatu mengenai model yang akan Bara tampilkan.
Sela sudah selesai lalu menghampiri Bara yang sedang melamun di kursi kerjanya.
"Apa ada masalah?" tanya Sela pada Bara, Bara hanya menggelengkan kepalanya.
"Apa sudah selesai?" tanya Bara Sela hanya mengangguk.
"Apa boleh saya ikut anda ke ruang rapat tadi, saya di sini bosan," kata Sela lalu hanya diangguki Bara.
Bara kembali ke ruangan meeting bersama Sela di sampingnya.
"Maaf saya ada urusan sebentar," kata Bara sambil menatap mereka semua.
"Tuan, apa dia modelnya?" tanya fotografer muda itu sambil menatap Sela kagum.
"Bukan," jawab Bara ketus pada fotografer muda itu.
"Maaf nona apa boleh kamu membuka masker dan kacamatamu?" tanya desainer itu sambil mengamati Sela.
Sela perlahan membuka maskernya dan kacamata hitamnya juga topinya.
"Wow nona anda sangat cantik sekali, sangat sempurna dan juga memiliki tubuh yang cocok sebagai seorang model," puji desainer itu pada Sela.
"Tuan bagaimana jika nona ini saja yang jadi model kita nanti?" tanya kepala direksi memberikan usulan.
"Tidak...,"
"Saya bersedia membantu," jawab Sela memotong ucapan Bara.
Bara spontan langsung menatap Sela terkejut.
"Tidak kakimu masih sakit," kata Bara sambil melirik sekilas lutut Sela.
"Tidak masalah," jawab Sela santai.
"Baik kalau begitu, bagaimana kalau kita mulai mengajarinya tentang photoshoot tuan?" tanya desainer itu meminta persetujuan Bara.
"Saya pernah mengikuti photoshoot sewaktu SMA, jadi saya tahu sedikit tentang gaya photoshoot," kata Sela membuat beberapa orang kagum pada Sela.
"Ya sudah kita langsung saja melakukan photoshoot dan latihan fashion show," kata desainer itu lalu menggandeng Sela untuk berganti gaun.
"Baik, semua sudah jelas semoga persiapan kita ini semua berjalan dengan lancar, sampai sini briefing hari ini, kalian bisa kembali," kata Bara menutup meeting pagi ini.
Semua meninggalkan ruangan kini menyisakan Rendy dan Bara.
"Wih si calon bini gue mau photoshoot, pasti cakep," gumam Rendy menggoda Bara.
Bara menarik kerah belakang Rendy yang hendak pergi sambil melotot kearahnya.
"Jangan harap lo bisa lihat," kata Bara membuat Rendy tersenyum devil.
Bara melepaskan tangannya dari kerah Rendy, Rendy langsung pergi namun, sebelum menutup pintunya Rendy mengejek Bara.
"Ganteng doang, punya pacar kagak, yuhuuuui," kata Rendy lalu menutup pintunya dan bergegas berlari menjauh sebelum avatar mengamuk.
"Awas aja lo," gumam Bara lalu keluar dari ruangan menuju studio foto untuk melihat Sela.
Ternyata Sela sudah siap dengan gaunnya dan sedang melakukan photoshoot.
Ya tuhan, membawa Sela kemari juga kesalahan besar bagi Bara.
Lihatlah dia memakai pakaian haram itu lagi, keenakan fotografernya dong.
"Tuan, lihatlah hasilnya sangat bagus dan memuaskan," kata fotografer itu menunjukkan hasil jepretannya.
Memang tidak bisa dipungkiri, Sela sangat cantik dan elegan.
"Tuan sekarang waktunya untuk latihan fashion show, bagaimana jika kita gunakan gaun ini sebagai latihan?" tanya desainernya pada Bara.
Bara menatap penampilan Sela yang sedikit terbuka, tidak para buaya pasti melihatnya, termasuk si Rendy.
"Tidak ganti dengan pakaian panjang," perintah Bara lalu pergi untuk melihat panggung yang telah mereka siapkan untuk latihan fashion show.
Beberapa menit kemudian Sela keluar dengan baju panjang seperti permintaan Bara.
Desainer itu lalu mengajari Sela beberapa cara jalan dengan anggun dan elegan.
Sela mulai mencobanya, beberapa orang sesaat terkesima dan terhipnotis dengan penampilan Sela.
Sela benar- benar memiliki bakat dalam dunia model.
Bara tidak bisa mengalihkan tatapannya pada Sela.
Sangat cantik dan elegan.
Beberapa menit setelah selesai melakukan latihan beberapa jalan fashion show Sela berganti dengan pakaiannya kembali.
Bara mengajak semua untuk kembali ke ruang meeting begitu juga Sela.
"Untuk persiapan yang telah kalian lakukan benar- benar sangat bagus," puji Bara pada karyawannya.
"Dan untuk model hari ini," Bara menatap Sela yang tersenyum ke semua orang yang ada, sangat manis.
"Sangat bagus," puji Bara lalu kembali menunduk.
Sedangkan Sela sedang bertos ria dengan Rendy yang duduk di sebelah Bara.
"Tuan bagaimana jika nona ini saja yang kelak akan menjadi model dalam proyek AS ini?" usul desainer karena dia merasa jika Sela memiliki jiwa yang kuat dalam model.
"Nanti akan saya pikirkan lagi, hanya itu yang saya sampaikan, kalian bisa kembali ke ruangan," semua orang meninggalkan ruangan begitupun Rendy.
Kini hanya menyisakan Bara dan Sela.
"Apa sudah selesai?" tanya Sela pada Bara.
"Apa kamu ingin pulang?" tanya Bara takut Sela kecapekan.
Sela menggelengkan kepalanya, lalu menarik baju Bara, garis bawahi baju bukan tangannya.
Sela melepaskan tangannya ketika mereka keluar dari ruangan meeting dan sadar jika mereka masih di kantor dan banyak yang melihat.
Bara menahan senyumnya melihat sikap Sela.
Bara masuk ke dalam ruangannya lalu duduk di sofa menunggu Sela yang sedang mencari sesuatu di dalam tasnya.
Sela mengeluarkan kotak makan yang berisi nasi goreng seafood buatannya.
"Ini sebagai gantinya sarapan tadi pagi," kata Sela sambil menyodorkan kotak makanan ke depan Bara dengan menunduk malu mengingat kejadian tadi pagi.
"Apa ini sisa makanan mu tadi?" tanya Bara membuat Sela sontak mendongak dan menatap tajam Bara.
"Baiklah- baiklah, jangan marah, saya akan memakannya," kata Bara lalu memakan nasi goreng yang Sela masak dengan lahap.
Sela menahan senyumnya melihat Bara memakan masakannya dengan lahap.
Semoga aja enggak sakit perut dianya.
Karena buru- buru dan takut ketahuan Bara kalau dia sedang memasak, jadi Sela lupa berapa cabe yang ia potong tadi.
Apa sekitar 30 cabe atau lebih?
Taulah Sela juga lupa.
Intinya jika Bara sampai sakit perut berarti cabe yang Sela potong 30 lebih kalau enggak ya aman- aman aja.
-----------☆☆☆☆------------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Tari Ari
emang gk ad taksi tor
2023-02-08
0
Yus Ys
jadi hilang ngantuk saya...ngakak terus....🤣🤣🤣
2022-01-26
0
Nina Herlina
bara bara kau sedang jatuh cinta tuh
2022-01-08
0