"Haerra, !!!" panggil seseorang dengan nada yang terlalu lembut, Haerra terkesiap dan mencari dimana sumber suara itu berasal.
Haerra mengedarkan pandangannya memutari sekeliling, terasa deru semilir angin berhembus memainkan rambut panjangnya.
Terdapat kabut-kabut tebal yang menghalangi pandangannya dari sekitar dimana kakinya berpijak, entah dimana kini ia berada, sebuah padang pasir luas tak berujung dipenuhi kabut serta angin yang menyapu lembut merasuk pori-pori kulitnya.
Haerra memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat tetap tak menemukan makhluk satupun kecuali dirinya.
"Haerra-ya!!! aku disini'' ucap seseorang yang kini berada dibelakangnya.
Haerra berbalik dan mendapati Leslie dengan pakaian serba putih, pria itu tersenyum penuh arti, hal yang tak pernah sekalipun diberikan padanya dan satu hal yang dapat ia tangkap dari wajah pria itu.
Tampan.
"Haerra, berjanjilah kau harus bahagia" ucapnya seraya membingkai wajah Haerra dengan kedua tangannya
"Apa maksud Tuan?"
"Apapun yang terjadi kau harus bahagia" ucapnya lagi, entah kenapa kata-katanya mengisyaratkan seakan pergi jauh.
"Tapi Tuan bahagiaku hanya bersamamu" lirih Haerra seraya menunduk.
"Tidak Haerra kau pasti bahagia tanpaku karena aku akan pergi bersama kakakku" tangannya mengarah pada sosok yang berdiri tak jauh darinya.
Haerra seketika menoleh kearah sosok itu. Dan dia adalah Demian, pria itu tersenyum
kearahnya.
Pria yang juga berpakaian serba putih itu lantas berbalik memunggunginya berjalan menuju sebuah cahaya putih, dan tak lama kemudian Leslie mulai mengikuti dibelakangnya.
ILUSTRASI VISUAL LESLIE DAN DEMIAN.
"Tidak Tuan! jangan pergi" Leslie menengok kearah Haerra sejenak kemudian kembali berbalik dan melangkah mengikuti Demian.
"Tuan kembalilah!"
"Kumohon,... Tuan aku mencintaimu!!" teriak Haerra diiringi tangis yang menderu.
"Tuan...!!"
Teriakan Haerra seakan bagai angin lalu, kedua pria itu tak menghiraukan kata apapun yang keluar dari bibir Haerra, keduanya bergeming dan tetap berjalan menuju cahaya putih yang berada diujung tempat itu
"Tidaaakkkkkkkkk!!!!!"
Haerra berteriak lalu terduduk seketika, ia merapatkan pandangan menyapu sekitar ruangan serba putih itu dengan tatapan bingung.
Haerra mencoba mengingat kenapa ia bisa mengenakan pakaian khusus pasien ini, padahal ia tidak terluka sedikitpun yang terluka adalah, seketika ia mengingat seseorang.
"Tuan!!"
Haerra melompat dari brankar dan berlari menuju ruang UGD dimana Dokter menangani pria itu, ingatan Haerra mulai terkumpul tentang kejadian malam itu.
Mungkin nyawanya akan melayang andai Tuan Besar Chung tidak datang, beliau datang tepat saat Nyonya Wang hendak menusuknya. Dengan satu kali tembakan dan tepat mengenai kepala Nyonya Wang. Wanita tua itu pun terkapar dengan kondisi mata melotot lebar.
Haerra tiba diruang UGD, bertepatan dengan beberapa perawat sedang mendorong brangkar, terdapat seorang pasien seluruh yang tubuhnya ditutupi oleh kain putih.
Seketika kaki Haerra merasa lemas, tubuhnya luruh terduduk di lantai. Kepalanya menggeleng cepat mencoba mementahkan apa yang baru saja ia lihat.
"Maldo andwae (tidak mungkin)!!" lirihnya, diiringi dengan gelengan kepala berkali-kali.
"Tuan kumohon jangan tinggalkan aku" teriaknya saat berada didepan kamar mayat,
Para suster mengehentikan langkahnya sejenak memberi kesempatan pada keluarga pasien untuk melihatnya sebelum dimasukkan kedalam ruang penyimpanan mayat pikirnya.
"Tuan jangan tinggalkan aku!!!" Haerra menangis meraung-raung memeluk tubuh yang telah tertutup kain putih itu.
Para suster dan perawat pria hanya bisa menggaruk tengkuknya yang entah gatal atau tidak, bahkan ada salah satu suster yang ikut menitihkan air mata melihat Haerra.
"Tuan aku mencintaimu kumohon buka matamu" Haerra semakin menjadi-jadi sampai ia tak menyadari seseorang telah melihatnya dengan tatapan tak percaya.
"Haerra apa yang kau lakukan?" Yura tiba-tiba berdiri dengan tatapan bodohnya dan dengan bibir yang menganga lebar.
Haerra seketika terdiam menatap kearah Yura. "Unnie (kakak)" lirihnya seraya sesenggukan.
"Siapa yang kau tangisi itu?" Haerra menoleh kearah wanita yang terlihat santai itu. Haerra mengusap pipinya kasar. Yura mengernyit
bingung lalu berjalan mendekat.
"Unnie, kau lihat saja sendiri" Haerra tak sanggup jika harus kembali melihat wajahnya. Yura semakin penasaran.
"Suster tolong buka kainnya"
Sesuai dengan permintaan Yura, suster perlahan membuka penutup kain dan membuka bagian kepalanya, sedetik kemudian Yura begitu terkejut saat melihatnya.
"Haaa!! Haerra-ssi apa kau mengenalnya?" tanya Yura mengernyit, Haerra menoleh kearah wajah mayat tersebut. Sejurus kemudian ia pun ikut terkejut dan berteriak
"Aaaa..."
🍁🍁🍁
Sementara itu Tuan Besar Chung Il Seok sedang berdiri memaku diruang penyimpanan
mayat, ditatapnya tubuh wanita yang terbujur kaku itu dengan tatapan nanar.
Wanita yang sangat ia kenal, wanita yang berasal dari masalalu, dan wanita yang pernah membersamainya dalam sebuah ikatan pernikahan. Meski hubungannya cukup singkat tapi cukup meninggalkan kenangan di memori otaknya.
Tidak ada yang mengetahui tentang hubungannya dengan wanita bernama Wang Geum itu, Tuan Besar Chung mempunyai alasan untuk menyembunyikan hubungan tersebut.
Kasta
Lebih tepatnya perbedaan kasta, pada kehidupan terdahulu. Perbedaan kasta sering kali menjadi dasar yang kuat untuk mempersatukan dua keluarga dalam ikatan pernikahan, namun tak jarang pula menjadi penyebab utama putusnya sebuah ikatan.
Saat itu Tuan Chung yang berasal dari keluarga bangsawan, mencintai Wang Geum yang berasal dari keluarga seorang budak yang melayani Keluarga besarnya.
Wang Geum adalah seorang gadis yang lemah lembut, bertutur kata sopan, pekerja keras, dan cantik. Terlepas dari statusnya sebagai budak siapapun akan merasa terpana saat pertama kali melihatnya termasuk
Tuan Besar Chung kala itu.
Perbedaan kasta yang terlalu jauh membuatnya mengerti jika orang tuanya pasti tak akan merestui hubungannya dengan wanita budak bernama Wang itu.
Rasa ingin memiliki yang terlalu besar membuatnya melakukan hal bodoh dengan melakukan pernikahan diam-diam, hingga tepat sehari setelah pernikahan rahasia itu, kedua orang tuanya membawa seorang gadis
berdarah bangsawan bernama Kang Sohee. Ibunda Leo saat ini.
Tuan Besar Chung lagi-lagi tak dapat menahan pandangannya karena Kang Sohee tak kalah cantik dari Wang Geum, Tutur kata yang sopan dan tegas sangat menunjukkan bahwa ia adalah seorang putri dari keluarga bangsawan.
Penyesalan pun mulai didepan mata karena nyatanya ia tak bisa menahan rasa bahwa ia telah jatuh pada gadis bernama Kang Sohee, hingga ia mulai melupakan Wang Geum.
Akhirnya Tuan Besar Chung memutuskan untuk menerima perjodohan dengan keluarga Kang, dan akan tetap mempertahankan pernikahan rahasianya dengan Wang Geum.
Namun ternyata Kang Sohee bukanlah seorang gadis bodoh, ia mencium keanehan saat melihat sikap Wang Geum yang tak lain budak Keluarga Besar Chung itu terhadap calon suaminya.
Sampai pada akhirnya Kang Sohee memerintahkan pada orang kepercayaan untuk menyelidiki ada hubungan apa budak itu dengan calon suaminya.
Dan kabar yang begitu mengejutkan ia dapat
dari orang suruhannya. Wang Geum telah melakukan sihir untuk memikat calon suaminya sampai melakukan pernikahan.
Mengetahui fakta itu, Kang Sohee pun murka, sebenarnya ia adalah gadis yang mudah menerima, andai Chung Il Seok sudah memiliki wanita lain.
Tapi Kang Sohee tidak akan tinggal diam jika ada sesuatu yang berhubungan dengan kejahatan.
"Dasar tidak tahu diri" geramnya.
"Sepertinya kau bermimpi menjadi seorang putri" desis Kang Sohee mematut dirinya didepan cermin.
"Akan kutunjukkan padamu siapa yang putri sesungguhnya"
Kang Sohee mulai mengumpulkan bukti kejahatan yang dilakukan oleh Wang Geum untuk memikat Jung Il Seok. Setelah cukup mendapatkannya, Kang Sohee memberikannya kepada kedua Orang Tua Chung Il Seok.
Para sesepuh Keluarga Chung pun marah besar, tanpa berpikir panjang mereka mengusir Wang Geum dan kedua Orang Tuanya.
Saat itu Chung Il Seok tak dapat berbuat apapun, ia bahkan tak melakukan pembelaan pada Wang Geum saat wanita itu diseret secara kasar oleh para penjaga.
Dan ternyata diamnya Jung Il Seok membuat Wang Geum menjadi murka hingga memiliki niat balas dendam. Jung Il Seok tak menyangka jika keegoisannya telah menyakiti hati seseorang dan berbuntut panjang dikehidupan putranya saat ini.
"Mianhahamnida (maafkan aku)" lirihnya, "aku hanya ingin melindungi anak-anakku" gumamnya yang masih setia berdiri disamping tubuh kaku Nyonya Wang.
🍁🍁🍁
Brakkk...
Pintu terbuka dengan sangat keras membuat Leslie yang kini terduduk dibrankar terlonjak kaget. Dahinya mengernyit saat melihat gadis dengan pakaian pasien sama sepertinya berdiri diambang pintu dengan mata yang berkaca-kaca.
"Huu..uuu...uuu .. Tuan..!" raungnya seraya memeluk erat tubuh kurus milik Leslie. Karena terlalu erat tanpa sadar pria itu mengerang kesakitan.
"Arggghhhh.. Haerra kau mau membunuhku ya" pekiknya. Haerra seketika mengurai pelukannya.
Ditatapnya wajah pria itu, kemudian mulai mencubit pipi tirus, dan hidung mancungnya "Tuan ini benar kau kan, kau masih hidup, syukurlah Tuan aku pikir kau sudah mati" ucapnya gamblang, Leslie mendelik tajam.
Haerra memeluk tubuh Leslie lagi, pria itu semakin melebarkan matanya, beraninya gadis ini memeluknya, tapi anehnya kenapa ia merasa senang.
"Unnie (kakak), kenapa kau tidak bilang jika Tuan Leslie masih hidup?" Haerra melepas pelukannya dan melempar pertanyaan pada wanita yang berdiri tak jauh darinya.
"Salah sendiri pingsan sampai tiga hari baru sadar" jawab Yura santai.
"Tiga hariii!!!" kejut Haerra, ia mulai mengingat-ingat tentang malam itu, setelah ia mendengar penjelasan dari dokter tentang kondisin terakhir Leslie tiba-tiba dirinya pingsan.
Haerra menggaruk kepalanya yang tidak gatal, diliriknya Leslie dengan ekor matanya, pria itu nampak bersungut kesal.
"Kau ini, aku sedang sakit kau malah asyik tidur, bangun-bangun malah mengira aku mati" cibir Leslie,
"Maaf Tuan, itu karena aku melihat__" Haerra menjeda kalimatnya.
"Melihat apa?" potong Leslie, pria itu nampak penasaran dengan kalimat lanjutan dari bibir Haerra, begitu juga dengan Yura wanita itu menunggu sambungan kata dari Haerra.
"Melihat arwahmu Tuan" lanjut Haerra lirih.
"Apa???"
"Kau ini benar-benar, aku masih hidup begini kau kira sudah mati!" cerca Leslie tak percaya.
"Maaf! lagipula semua itu terlihat nyata!" seru Haerra tak terima.
"Aaaa.. atau jangan-jangan kau ingin aku mati" cecar Leslie, Haerra mendongak.
"Tentu saja tidak,!" bantahnya lalu kembali memeluk Leslie, pria itu pun terhenyak.
Degh... degh...degh...
Suasana hening, Yura yang sedari tadi terdiam memilih untuk meninggalkan mereka, ia ingin memberikan ruang agar kedua orang
itu bisa saling lebih dekat.
🍁🍁🍁
"Buka mulut aaaaa!!" titah Yoojung pada kekasihnya. Tapi pria Hwang yang kini terbaring setengah duduk dibrankar itu nampak mengernyit dan membuang muka.
"Aku sudah kenyang" tolaknya lembut. Yoojung seketika menurunkan mangkuk berisi bubur abalon yang dibawakan oleh Yura.
"Baiklah" Yoojung meletakkan mangkuk tersebut lalu beranjak meninggalkan Anthony.
"Tunggu" cegah Anthony, Yoojung sontak menoleh "mau kemana?"
"Mau memanggil Yura unnie, aku ingin mengatakan jika kau tidak mau makan" jawabnya santai, pria itu melotot lebar.
"Ya baiklah, kembali ketempatmu!" pintanya yang terlihat kesal. Yoojung tersenyum penuh kemenangan, ia tau jika kelemahan satu-satunya pria ini adalah adiknya.
Sama seperti Tuan Leo, yang sangat takut pada istrinya itu, entah apa yang membuat kedua pria ini bagai kehilangan taring jika didepan Yura.
Yoojung kembali menyendok bubur abalon lalu menyuapkannya pada mulut kekasihnya itu. Tak lama kemudian, Yura muncul dari balik pintu.
"Eorabeoni (kakak), bagaimana keadaamu
apa masih merasakan sakit?" tanya Yura yang kini berdiri disisi kanan Anthony.
Anthony Hwang menggeleng lemah karena mulutnya penuh dengan makanan. Nampak hembusan nafas lega dari bibir Yura, setelah menelan makanannya Anthony Hwang mulai membuka suara.
"Bagaimana keadaan Leo, siapa yang menjaganya jika kau disini?"
"Dia sudah lebih baik, disana ada Ibu, dan juga paman Lee, Sunny juga sudah besar, pasti dia bisa membantu neneknya menjaga Leo" jawab Yura.
"Lalu bagaimana dengan Leslie dan Haerra?"
"Leslie sempat kritis, tapi mereka sudah baik-baik saja, bahkan sangat baik" ucap Yura.
"Lalu bagaimana dengan dukun tua itu?" tanya Anthony lagi, sepertinya ia tak ingin sedikitpun melewatkan kejadian malam itu.
"Dia sudah mati!" Jawab seseorang yang kini berdiri diambang pintu.
To be continued..
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Hamidah Skp
semangat
2021-03-04
0
Joe_Soe
waaah.. makin zukses aja thor, semangat terus yaa
2021-01-14
0
Jeon Mira
next
2021-01-14
0