Siang harinya Rio menemui Juna untuk memberitahukan informasi yang di dapatnya.
Tok tok (terdengar suara ketukan pintu dari luar ruangan juna.)
Cklek
Rio berjalan memasuki ruangan Juna sambil membawa bukti-bukti yang akan di serahkan kepada Juna.
"Selamat siang tuan, ini saya membawa informasi yang anda butuhkan." sambil memberikan map coklat kepada Juna.
Juna membuka map coklat itu, ternyata di dalamnya ada beberapa foto Rara yang sedang berada di tempat kerjanya.
dia terkejut ternyata istrinya bekerja di toko bunga milik kekasihnya.
bahkan disana terlihat foto kebersamaan Rara dan Luna.
Juna beralih menatap ke arah Rio.
"Apa ada informasi lain yang akan kamu beritahukan?" tanya Juna kepada Asistennya.
"Ada tuan, Mutiara Intan Permata, biasa di panggil Rara ternyata tinggal di Jl.X yang biasa saya mengantar jemput anda.
tepatnya di salah satu kontrakan yang ada di sana. mungkin anda pernah melihatnya karena anda juga sering turun disana." ujar Rio kepada atasannya.
"Sudahlah itu tidak penting, kamu keluarlah." Juna menyuruh Asistennya untuk keluar dari ruangannya.
"Baik" lalu Rio pergi meninggalkan ruangan atasannya.
Bisa gawat kalau Luna tahu hubunganku dengan rara." gumam Juna sambil menatap foto kebersamaan Rara dan Luna.
"Eh tunggu, kalau Rara bekerja di Luna Florist berarti jaraknya jauh dari kontrakan, terus dia naik apa dong kesananya?
aishhh sudahlah ngapain juga mikirin rara." Juna masih bergelut dengan pikirannya.
Lalu Juna kembali mengerjakan pekerjaannya.
°°°°°°
Jam pulang kerja telah tiba, semua karyawan bersiap-siap untuk pulang begitupun Rara. setelah dia melihat semua teman kerjanya pulang, dia melangkah pergi meninggalkan tempat kerjanya. memang sengaja dia mengulur waktu untuk pulang dan lebih memilih untuk duduk di kursi depan toko. karena dia tidak ingin teman kerjanya mengetahui jika dirinya pulang dengan jalan kaki.
Rara melanjutkan perjalanannya. bahkan ketika dia melewati halte bus, dia tetap jalan terus. dari kejauhan ada seseorang yang melihat Rara berjalan kaki. dia kira Rara akan menaiki bus karena tadi dia berjalan ke arah halte tapi nyatanya tidak. karena khawatir lalu dia menghampiri rLRara yang sedang berjalan kaki.
Tin tin (terdengar bunyi klakson dari arah belakang Rara.)
Rara menoleh, ternyata Akbar yang membunyikan klaksonnya. "Ada apa?" tanya Rara kepada Akbar yang sudah memberhentikan motornya.
"Kenapa kamu jalan kaki nona cantik?" tanya Akbar yang sedang duduk di atas motor maticnya.
"Lagi menghemat pengeluaran mas." Rara tersenyum ramah ke arah Akbar.
"Mau mas anterin" Akbar menawarkan Rara untuk ikut bersamanya.
"Tidak usah Mas nanti malah merepotkan." Rara menolak ajakan dari Akbar.
"Tidak sama sekali nona cantik, ayo naik." Akbar menyuruh Rara untuk naik ke atas motor miliknya.
Karena sudah merasa letih apalagi sedang berpuasa, akhirnya Rara menerima tawaran dari akbar.
Akbar ngendarai motor maticnya ke arah kontrakan tempat tinggal Rara.
"Masih jauh tidak?" Akbar bertanya jarak temoat tinggal Rara.
"Depan sana mas" sambil menunjuk ke arah depan yang tidak terlalu jauh dari arahnya.
Lalu Akbar terus melajukan kendaraannya dan berhenti tepat di dekat gerbang kontrakan.
"Ra, kamu tinggalnya jauh ko malah jalan kaki sih ke tempat kerjanya?" Akbar bertanya kepada Rara karena dia heran ketika mengetahui tempat tinggal Rara cukup jauh tapi dia lebih memilih berjalan kaki
"Lagi menghemat pengeluaran mas, lagian saya baru hari ini bekerja di toko. jadi saya belum ada pemasukan dan jika saya naik kendaraan umum akan menambah pengeluaran." Rara mengucapkan alasan dia berjalan kaki.
"Ya sudah mulai besok saya antar jemput kamu yah, lagian kita kerja bareng loh." Akbar berniat akan mengantar jemput Rara karena dia tidak tega melihatnya harus berjalan kaki setiap hari.
"Tidak usah Mas takut merepotkan." Rara menolak tawaran Akbar karena merasa tidak enak.
"Tidak merepotkan sama sekali nona cantik." Akbar tidak merasa di repotkan jika hanya sekedar untuk mengantar jemput.
"Tapi saya tetap tidak mau" Rara tetap menolak tawaran yang di berikan Akbar.
"Baiklah mau setuju atau tidak, saya akan tetap menjemput kamu besok pagi." Akbar tidak menerima penolakan.
"Bye bye nona cantik" lalu Akbar melajukan kendaraannya ke arah tempat tinggalnya.
Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang tidak sengaja melihat kebersamaan mereka.
Cihh dasar murahan" batin Juna yang melihat istrinya bersama lelaki lain.
"Lihat bos itu nona Mutiara dan sepertinya yang tadi kekasihnya." sambil menunjuk ke arah Rara yang masih berdiri melihat kepergian Akbar.
"Hm" Juna hanya meresponnya cuek.
Lalu Juna turun dari mobilnya dan segera menyuruh Rio pergi. setelah melihat mobil yang di kendarai Rio sudah menjauh, Juna langsung berjalan menuju ke kontrakannya.
Juna memasuki kontrakannya tanpa mengetuk pintu dan dia langsung masuk begitu saja.
"Rara" teriak Juna saat sudah menutup pintunya kembali.
Rara yang berada di dalam kamar segera keluar karena mendengar teriakan suaminya.
"Kenapa mas Juna baru datang malah teriak-teriak?" Rara bertanya kepada suaminya.
Juna tidak menjawab perkataan Rara.
PLAK
Satu tamparan mengenai pipi kiri Rara.
"Aww...kenapa Mas Juna nampar aku?
apa salahku Mas?" tanya Rara sambil memegangi pipinya yang tampak memerah.
"Kamu nanya apa salahmu hah" sambil menarik jilbab yang dikenakan Rara sehingga terlepas dan tergerai indah rambut hitam miliknya.
"Berani-beraninya pulang sama lelaki selain suamimu sendiri. apa itu yang namanya perempuan baik-baik hah." Juna membentak Rara sambil menarik rambut panjangnya.
"Ampun Mas ampun, kenapa kamu menyakitiku Mas?hiks..hiks.. kamu salah paham mas." sambil mengusap air matanya yang sudah menetes begitu saja.
Lalu Juna melepaskan tarikannya dan mendorong Rara hingga terjatuh ke lantai.
Rara segera bangkit menuju kamarnya sedangkan Juna sudah beranjak pergi dari tadi.
Karena merasa kepalanya sedikit pusing, Rara memilih untuk membaringkan dirinya di atas kasur kecil yang tergeletak di atas lantai. Rara tertidur dengan menahan rasa sakitnya.
Rara terbangun pukul 18:30, Rara membuka kedua matanya dan langsung melihat jam dinding yang terpasang di tembok kamarnya.
"Astagfirullah, adzan maghrib sudah lewat." Rara kaget karena dia tertidur hingga tidak mendengar adzan maghrib.
Rara segera keluar kamar dan mengambil air minum dari galon yang berada di dapur untuk membatalkan puasanya.
setelah minum air putih, Rara segera mengambil wudhu dan langsung melaksanakan shalat maghrib. setelah shalat, Rara memilih untuk membaca ayat suci al-qur'an hingga masuk waktu isya.
Setelah shalat isya, Rara berniat membeli nasi bungkus di warung depan karena sudah merasa lapar. Rara mengambil uang di dompetnya. syukurlah masih ada uang 23.000 sisa kemarin. sebelum pergi, Rara mengetuk pintu kamar suaminya tapi tidak ada jawaban dari dalam. akhirnya Rara membuka pintu yang tidak terkunci itu dan merlihat juna yang sedang tidur.
Setelah melihat keberadaan suaminya, Rara segera menuju warung untuk membeli dua nasi bungkus. setelah membeli nasi bungkus Rara segera pulang dan menata nasi dan lauknya di piring lalu menaruhnya di atas meja makan ukuran kecil.
Rara berniat mengajak suaminya untuk makan bersama jadi dia memberanikan diri untuk membangunkannya.
Rara sudah memasuki kamar suaminya.
"Mas bangun, ayo kita makan." sambil menggoyang-goyangkan badan suaminya.
Juna geram akan tingkah Rara yang sangat mengganggu waktu tidurnya.
"Ada apa?" tanya Juna dengan nada sedikit meninggi dan kedua mata yang masih tertutup.
"Ayo kita makan mas" Rara mengajak suaminya untuk makan malam bersama.
Karena penasaran istrinya menyiapkan menu makanan apa, Juna segera melangkah mengikuti Rara.
"Silahkan mas di makan" Rara mempersilahkan suaminya untuk segera makan.
Juna mancoba memakan makanan itu tapi baru suapan pertama langsung dimuntahkan.
"Kamu mau meracuni saya hah" Juna membentak istrinya hanya karena istrinya memberikan makanan yang bukan seleranya.
"Tidak mas" Rara sangat takut dengan suaminya yang berbicara keras.
"Kenapa kamu kasih saya makanan sampah kaya gini hah?" lalu Juna membanting piring yang berisi nasi dan lauk.
Pyar
Nasi dan pecahan piring sudah berceceran di atas lantai.
"Maaf mas, Rara hanya mampu membelikan mas nasi dengan lauk sayur pare dan orek tempe. Rara tidak punya uang yang cukup untuk membeli makanan enak Mas." Rara mengatakan seperti itu karena memang dirinya tidak memiliki uang lebih.
"Buang-buang uang saja jika makan tiap hari beli. kenapa tidak masak sendiri?" Juna bertanya kepada istrinya.
"Rara tidak punya uang untuk membeli peralatan masaknya mas." ucap Rara sambil menundukan kepalanya. karena dia tidak berani menatap wajah suaminya yang sedang marah.
"Mulai besok tidak usah menyiapkan saya makan. biar saya makan di luar saja." lalu Juna beranjak pergi dari hadapan Rara.
Setelah kepergian Juna, Rara segera membersihkan nasi yang berserakan di lantai dan membuangnya. lalu dia melanjutkan makan yang tadi sempat tertunda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 273 Episodes
Comments
Kendarsih Keken
Juna suami nggak ada akhlak , nggak ada bersyukur nya DENDAM nya Juna ke Rara mrmbuta kan mata hati nya 😪😪😪
2022-03-17
0
Annisa Nurshabrina
astagfirullah..astagfirullah..
2022-01-22
2
Sonya Noya Sonya
sebenarnya apa sih rencananya Juna ?
2022-01-21
1