Brukk!
Suara kotak p3k terjatuh. Semua orang yang ada di sana menoleh ka arah suara. Tampak Rania sedang berdiri mematung, ia begitu syok dan tak bisa menerima kenyataan di depan matanya. Rania berharap ini hanya sekedar mimpi belaka.
"Ran kamu gimana sich?? Kenapa malah dijatohin kotak p3k-nya?" ucap Suci, membuyarkan pikiran Rania.
Rania mencoba menetralkan pikirannya yang sudah sangat kacau. Benci, kecewa, marah frustasi semua campur jadi satu. Akan tetapi, ini sekolah. Rania mencoba berpikir jernih setidaknya beberapa menit saja.
"Maaf ... maaf ... aku gak sengaja, tadi aku buru-buru waktu denger Kanaya nangis," jelas Rania sambil mengambil isi kotak obat yang berserakan.
"Hati-hati makanya,Ran. Gimana kalau, tuh, kotak kena kakimu? Bukan saja ngobati Kanaya tapi juga kamu nantinya," tutur Suci sambil membantu Rania membereskan isi kotak p3k yang berserakan.
Sedangkan Leo yang melihat Rania di hadapannya, tampak terus menatap Rania tak berkedip. Seakan-akan dia takut kalau ia mengedipkan mata Rania 'kan hilang dari hadapannya. Rasa rindu pada Rania sudah begitu dalam, ingin rasanya Leo langsung berdiri dan memeluk Rania. Namun, dia mengingat situasi dan kondisi tidak memungkinkan, sehingga dia hanya bisa menatapnya.
Beda lagi dengan Kanaya, dia malah menangis semakin keras.
"Hu ... wa ... hwa ... hwwwaaaa!"
Rania yang sudah memunguti kotak obat langsung menghampiri Kanaya.
"Kenapa nangis lagi Aya-nya? Sini, kasih plester dulu jidatnya!" ucap Rania berusaha bersikap normal.
"Sekarang di urut ya, biar cepet sembuh," sambungnya lagi tanpa pernah melihat ke arah Leo, meskipun dia tahu Leo sedang terus menatapnya.
Kanaya hanya mengangguk pasrah, perasaannya sama kacaunya seperti Rania. Pak satpam yang ahli dalam urut mengurut langsung membenarkan kaki Kanaya yang terkilir.
"Tahan sebentar ya, Sayang," ucap Pak satpam.
Spontan Kanaya berteriak saat pak Satpam mulai memijatnya,
"Awwww ... Bunda!" teriak Kanaya langsung memeluk Rania.
Hah bunda! ucap semua orang dalam hati masing-masing termasuk Leo.
Apa Rania orang yang dekat dengan Kanaya, yang selalu dia bilang untuk jadi pawang meong? tanya Leo dalam hati.
Rania yang di peluk hanya diam tanpa ekpresi.
"Selesai!" ucap pak Satpam kemudian.
"Terima kasih, Pak," ucap Leo.
"sama-sama, Pak. Gimana Kanaya udah enakan?" tanya satpam kepada Kanaya. Kanaya pun menganggguk.
"Kalau begitu saya permisi dulu, gerbang gak ada yang jaga Pak, Bu!" Pak satpam pamit.
Kanaya yang sadar sudah selesai dipijit melepaskan pelukannya dari Rania.
"Terima kasih, Bunda."
"Sama-sama," jawab Rania datar, tampak seburat kekecewaan di wajahnya.
"Saya permisi ke belakang dulu sebentar," lanjut Rania sambil beranjak pergi.
"Terima kasih," ucap Leo.
Rania mengentikan langkahnya dan tersenyum kecut terhadap Leo, lalu melangkah pergi ke toilet.
Rania masuk ke salahsatu bilik toilet lalu mengunci pintunya. Ia menangis sejadi-jadinya menumpahkan semua rasa yang dari tadi ia pendam.
Ya tuhan, takdir macam apa ini?? Mengapa aku bertemu dengan dia lagi di saat hidupku mulai baik-baik saja. Dan, apa yang ku lihat tadi? kenapa kenyataan ini sungguh menyakitkan? Anak yang selama ini bersamaku, kuanggap dia anakku sendiri ... dia adalah anak dari para penghianat itu.
Tubuhnya bergetar hebat, air mata tak lagi dapat terbendung, menghujani pipinya. Rania menangis tak sanggup menerima kenyataan. Ia merosot, terduduk lemas di kamar mandi. Sekelebat kejadian masa lalu mulai bermunculan.
"Awwwww ...." Rania memegang kepalanya yang mulai terasa berat.
Dengan sekuat tenaga ia mencoba bangun, Rania menyalakan air di wastafel dan membasuh mukanya yang sudah merah karna menangis. Lalu, ia keluar dan pergi ke ruang guru.
"Kamu kenapa Ran? Perasaan tadi gak apa-apa, kenapa sekarang terlihat sangat kacau?" tanya Suci yang juga sudah ada diruang Guru.
"Enggak kenapa-kenapa kok, cuma sedikit pusing kepalaku. Mungkin gara-gara kita panas-panasan tadi nyari perlengkapan guru," jelas Rania berbohong.
"Mau aku ambilin obat di UKS, Ran?"
Mendengar kata UKS Rania langsung melengos, rasa sakit di ulu hatinya datang lagi.
"Gak usah, Ci. Aku mo pulang aja. Bentar lagi sekolah juga bubar," tolak Rania.
Rania membereskan meja dan mengambil tasnya lalu pergi dari sana.
"Aku pulang duluan ya, Ci," ujar Rania dijawab anggukan Suci.
"Hati-hati," ucap Suci.
Raniapun pulang lebih awal.
Sementara itu, Kanaya masih menangis di ruang UKS, sampai-sampai Leo bingung untuk meredakannya.
"Bunda mana? Katanya sebentar tapi kok gak ke sini lagi?" tanya Kanaya.
"Mungkin masih di toilet, Ya."
"Bunda kelihatan marah dan kecewa ama Aya, Pa ... hikss ... hiksss." Kanaya menangis, "aku mau susul bunda ke toilet!" ucapnya.
Lalu Leo menggendongnya pergi ke toilet, tapi yang dicari tidak ada. Kanaya lalu menyuruhnya ke ruang guru, tetapi di sana juga tidak ada.
"Rania sudah pulang, Pak. Tadi katanya dia sakit kepala jadi pulang duluan," jelas Suci kepada Leo dan Kanaya.
Setelah mendengar penjelasan Suci, Leo pun pamit membawa Kanaya pulang.
Kayaknya ada sesuatu diantara Rania dengan papanya Kanaya. Wajah Rania berubah setelah kedatangan pak Leo, pak Leo pun tampak sangat terkejut melihat Rania. Bahkan Kanaya terus menangis seperti takut akan suatu hal. Ada apa dengan mereka bertiga? ucap Suci dalam hati, yang dari tadi memperhatikan ketiganya sewaktu di UKS.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Nur Syamsi
kasian Kanaya klaw Bu Rania jg kecewa sama Kanaya
2024-12-25
0
Devi Handayani
babak drama baru saja dimulai😌😌😌😌
2024-02-01
0
Ibroatul Hasanah
ibu suci kepo
2021-08-13
0