"Kak bangun, Kak!" Dewi—adik Rania— mencoba membangunkan si kakak.
Rania yang dibangunkan tak mengindahkan teriakan Dewi. Matanya sungguh tak bisa diajak kompromi. Rania malah menarik mengeratkan selimutnya.
Ya ampun, susah banget sich bangunin kebo satu ini, giliran kesiangan aku yang di salahin, umpat Dewi dalam hati. Aha! Ada ide ....
Dewi pergi ke dapur membaca panci dan sendok, lalu dia kembali lagi ke kamar Rania. Sekali-sekali aku kerjain tak apalah.
"Kebakaran ... kebakaran ... kebakaran ...." teriak Dewi heboh sambil memukul-mukul panci di dekat telinga Rania.
Rania yang masih bergelut dengan mimpi spontan bangun dan langsung lari mendengar ada teriakan kebakaran.
"Hah kebakaran? Dimana kebakarannya?" teriak Rania panik sambil berlari keluar kamar.
Sesampai di ruang tengah tampak ayah sedang membaca koran.
"Katanya ada kebakaran, kok, Ayah santai aja?" tanya Rania bingung.
"Kebakaran di mana?" tanya Ayah, bingung pula.
Sedangkan yang bikin huru-haranya dengan santai menghampiri Ayah lalu duduk dan mencomot pisang goreng.
"Kebakarannya di mimpi lo, Kak!" Dewi terbahak-bahak.
"Kamu ngerjain aku, De?" Rania mencoba menelaah perkataan Dewi.
"Siapa suruh susah banget dibanguninnya. Noh, liat! Udah jam berapa? Masa, guru mencontohkan hal yang tidak baik pada muridnya?" Ujar Dewi sambil menunjuk jam dinding.
"O ... M ... G ... udah setengah tujuh, telat lagi deh kakak ke sekolah, De! Kenapa gak bangunin dari tadi, sih?" Rania mendumel, lalu pergi ke kamar untuk mandi dan beres-beres.
"Aku lagi yang disalahkan. Menyesal aku bangunin dirimu. Kenapa gak biarin aja sekalian? Biar tahu rasa!" protes Dewi.
"Sabar sayang. Kakak kamu 'kan memang seperti itu." Ayah menenangkan.
Setelah lima belas menit, Rania keluar kamar dengan menggunakan seragam guru dengan tas jinjingnya.
"Cepet banget, Kak! Gak mandi, ya? Ih... jorok banget," ucap Dewi.
"Kalau ngomong jangan asal jeplak, ya! mandi, dong!"
"Iya mandi, kadal lewat!" Ibu Menimpali.
"Owh ... ya ampun! Kenapa malah memojokkan kakak semua sih? Aku mandi lho! Meskipun kayak kadal lewat, harap maklumlah nanti aku telat jadi cari yang patas aja." Rania nyengir.
"Makanya biasain abis subuh jangan tidur lagi, jadi kesiangan 'kan, Kak?" ucap Ibu.
"Iya, Ibu bos. Kalau gitu kakak berangkat dulu ya!" Rania salam kepada ayah dan ibu, "Assalamualaikum."
"Emang gak sarapan dulu?" tanya Ayah.
"Gak sempet, Yah," ucap Rania sambil mencium tangan ayahnya.
"Ya sudah hati-hati. Waalaikumsalam."
Meskipun Rania sering berdebat dengan Dewi, mereka adalah keluarga harmonis saling mengayomi satu sama lain.
Rania langsung melajukan sepeda motornya menuju sekolah yang lumayan jauh, bisa memakan waktu sampai 30 menit.
Di tempat lain
Di rumah Kanaya tak kalah heboh, Kanaya yang sedang memakai seragam sekolah mencari kaos kakinya entah kemana.
"Pa, mana kaos kaki Aya??" rengek Kanaya.
"Kan udah Papa taro deket sepatunya, Sayang," jawab Leo sambil mengenakan dasi.
"Yang ini?" Kanaya menunjukan sepasang kaos kaki berbeda warna.
"O, ya ampun! Papa salah ambil Sayang. Sini, Papa ambilin lagi!" Leo mengambil kaos kaki putih, lalu mengenakannya pada kaki Kanaya.
"Udah beres. Anak Papa udah cantik, siap tuk sekolah," ucap Leo setelah memakaikan sepatu Kanaya.
"Anak siapa dulu?!" jawab kanaya.
Meskipun Leo tinggal bersama mamah mertuanya, kalau untuk urusan Kanaya selalu ia yang meng-handle. Setelah sarapan, Kanaya berangkat sekolah di antar oleh Leo.
"Oma, Aya berangkat dulu! Assalamualaaikum!" Kanaya pamit sambil salam, mencium tangan Oma Rita.
"Arkhan juga pamit, Mah. Assalamuaalaikum!" ucap Leo.
"Waalaikumsalam. Hati-hati, Nak," jawab Oma Rita.
Oma Rita memang lebih senang memanggil Leo dengan Arkhan dibanding memanggilnya Leo.
Di tengah perjalanan Kanaya melihat toko cupcake yang sudah buka.
"Pa, berhenti dulu didepan ya. Aya pengen cupcake!" pinta Kanaya.
"Aya 'kan udah bawa bekal," jawab Leo.
"Tapi pengen cupcake, mo makan bareng sama temen-temen, Pa."
Leo tak pernah bisa menolak keinginan Kanaya. Ia pun langsung berhenti di depan toko.
"Kanaya tunggu disini saja biar Papa yang beli," ujar Leo.
"Cupcake strobery, ya, Pa!"
"Ok." Leo masuk membeli cupcake. Setelah itu mereka melanjutkan perjalan kembali.
Sesampai di sekolah, Kanaya langsung turun dari mobil.
"Sayang tunggu!" Leo keluar dari mobil menghampiri Kanaya.
"Cupcakenya ketinggalan!" Leo memberikan bungkusan yang berisi cupcake.
"Owh iya lupa. Makasih Papa. Papa mau cupcakenya?"
"Papa udah manis gak usah makan cupcake." Leo berujar yang membuat Kanaya mendelik.
"Kalau terlalu manis nanti kau makin susah jadi pawang meong," lanjutnya.
"Yeh, pede banget, sih, Papa ini."
"Emang kenyataannya 'kan kamu selalu kewalahan ngurusin meong gatel yang deketin papa." Leo menggoda Kanaya.
"Iya juga sich. Ya udah, nanti Aya cariin pawang baru buat Papa. Aya mo pensiun dini."
"Maksudnya gimana?"
"Gak gimana-gimana. Jadi, bener nih gak mau cupcakenya? Enak lho!"
"Enggak, Papa gak mau cupcake. Papa mau cupsayang aja!" ujar Leo sambil menunjuk pipinya.
Kanaya yang mengerti maksud Leo langsung mencium pipi kiri dan kanan Leo.
Ketika Kanaya mencium Leo, Rania tiba di sekolah mengendari sepeda motornya melewati Leo dan Kanaya. Leo yang membelakangi jalan tidak melihat Rania begitupun sebaliknya. Tapi tiba-tiba.
Deg! Deg! Deg!
Jantung Leo berdetak sangat kencang dan terasa sangat berbunga-bunga seakan-akan bertemu orang yang sangat ia rindukan. Ada apa ini kenapa jantungku tidak beraturan seperti ini, batin Leo.
"Kenapa melamun, Pa? Mikirin meong gatel, ya?" tanya Kanaya membuyarkan lamunan Leo.
"Gak. Siapa yang lamunin meong gatel? Di hati Papa cuma ada Aya seorang!" ujar Leo sambil mencubit hidung Kanaya, pelan.
"Yakin cuma ada Aya seorang?" selidik Kanaya.
Leo tak menjawab. Ada satu orang lagi, Sayang. Tapi, belum waktunya kamu tahu, jawab Leo dalam hati.
"Udah siang sana masuk! Papa mo berangkat dulu, daaaahh ...." Leo mengalihkan pembicaraan. Pamit, lalu memasuki mobil dan berangkat ke kantor.
"Daaahhh ... hati-hati, Pa!" ucap Kanaya dijawab anggukan Leo.
Tanpa diberi tahu Leo pun, Kanaya tahu hati sang Ayah sudah ada yang memiliki bahkan sebelum Kanaya memilikinya. Dan ini babak awal Kanaya tuk menyatukan dua hati yang terpisah sangat lama.
Misi pertama di mulai... dapatkan dulu hatinya baru ku pertemukan dia dengan dirimu Papa.
Kanaya tersenyum memasuki gerbang sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Devi Handayani
good girl... cariin jodoh buat si papa tersayang🥰🥰🥰🥰
2024-02-01
0
Ibroatul Hasanah
umurnya brpa koh dhpinter
2021-08-13
0
Rina Hazrina
dewasa banget cara berpikir nya Aya, untuk anak yg baru berumur 7 tahun
2021-06-10
1