Yah ... keburu pergi orangnya, padahal aku cuman mo bilang terima kasih. Ya sudahlah, mungkin lain kali bisa ketemu lagi. Leo bergumam sambil menatap kepergian Rania dan Dewi. Dia pun masuk ke mobil dan melanjutkan perjalanannya.
Sesampai di rumah tampak Kanaya sedang menonton film kartun si kembar favoritnya.
"Papa pulang!" teriak Leo, menghampiri Kanaya.
"Wah, tumben Papa gak telat lagi?" ucap Kanaya sambil salim.
"Enggak dong, kalau telat mulu entar anak Papa jadi bimoli! Owh, iya, nih, Papa beliin martabak kesukaan Aya!" Leo memberikan bungkusan martabak.
"Wah, martabak! Tahu aja Aya lagi pengen martabak." Kanaya menerima bungkusan itu.
"Bimoli apa Pa? Bukannya merek minyak goreng ya?" tanya Kanaya.
"Bibir monyong lima senti," ujar Leo sambil tertawa terpingkal-pingkal.
"Gakk lucu." Kanaya cemberut.
"Iya, maaf ... maaf. Papa cuma bercanda, udah jangan cemberut lagi entar jadi bomoli beneran." Leo terus menggoda Kanaya.
Kanaya tak mengindahkan ucapan Leo. Ia lebih memilih memanggil Oma yang sedang berada di dapur. "Oma, sini ada martaba! Kita makan bareng!"
Oma pun menghampirinya lalu makan martabak bersama.
"Hari ini masak apa mah untuk makan malam?" tanya Leo.
"Gak masak." Kanaya menjawab.
"Jenapa gak masak? Apa kita mau makan di luar?"
"Enggak juga, Khan. Tadi ada beberapa tetangga ngasih makanan, gak enak kalau ditolak. Jadi, malam ini bi Sumi gak masak." Oma Rita menjelaskan.
"Iya dasar emak-emak modus, pura-puranya mo nganter makanan taunya mo sekalian ngenalin kucing peliharaan sambil pdkt sama Aya," gerutu Kanaya dengan mulut yang penuh dengan martabak.
"Dambil menyelam minum air, Sayang," goda Leo lagi.
"Mending cantik, ini mah udah kayak ondel-ondel siap kontes," lanjutnya.
"Jayaknya Aya harus segera dapetin pawang meong deh, Om! Biar Aya gak pusing lagi sama meong-meong gatel yang mo deketin Papa," ucap Kanaya kepada oma Rita.
"Oma setuju,Sayang. Oma juga pusing di berondong pertanyaan sama permintaan aneh-aneh dari ibu-ibu sini mulu," timpal Oma.
Leo hanya mendengar keluh kesah anak dan mertuanya yang selalu di ganggu oleh orang-orang yang ingin dekat dengannya, menanggapi dengan santai.
"Pa, Aya cariin pawang meong ya?" ujar Kanaya.
"Gak usah 'kan udah ada kamu, Sayang."
"Cape ah, gak mau lagi Aya," tutur Kanaya, "Aya punya guru cantik dan baik banget, kayaknya ia cocok duech buat Papa. Aya juga suka sama dia. Aya setuju banget kalau dia jadi mama Aya, " jelas Kanaya panjang lebar.
"Emang cantik banget ya?" tanya Leo.
"Banget, Pa. Gak kalah sama Amanda manopo artis yang lagi terkenal itu. Meong-meong gatel pasti langsung minder kalau udah ketemu bunda," jelasnya lagi.
"Bunda?" tanya Leo sambil menyipitkan matanya.
"He ... he ... iya bunda. Aya suka manggilnya bunda. Papa mau ya Aya jodohin sama guru Aya??" Kanaya memelas.
Walaupun Kanaya bersikukuh ingin menjodohkannya dengan si guru, Leo tetap saja menolak.
"Papa belum mau menikah lagi, Sayang. Papa gak perlu pawang meong atau apapun itu, yang papa butuhin cuma kamu," ucap Leo sambil mencubit gemas pipi Kanaya.
Setidaknya sampai papa ketemu sama Tante Rania, batin Leo.
"Terserah Papa aja!" ucap Kanaya sambil mengibaskan tangan Leo yang mencubit pipi cubbynya.
Belum tahu aja Papa, guru Aya siapa? Kalau udah tahu dijamin pasti Papa mohon-mohon pengen dia jadi mama Aya. Gimana ya reaksi papa kalau yang aku jodohin sama papa itu bunda Rania? Orang yang paling dinantinya. Kanaya berucap dalam hati sambil senyum-senyum.
"Kenapa senyum-senyum, Sayang?" tanya Leo.
"Gak kenapa-kenapa cuma lagi ngebayangin meong-meong lagi di usir sama pawangnya dengan gaya ibu tiri yang kejam kayaknya seru," jawab Kanaya
Kanaya sangat berharap Papanya bisa bersatu dengan Rania.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Devi Aceng Ayu
semakin penasaran
2022-09-10
0
Ibroatul Hasanah
lucu aya
2021-08-13
0
Mimi Jamileh
aya..semangy ya
2021-06-12
1