Dua hari telah berlalu. Bety sekarang berada di rumah mertuanya. Rencananya hari ini mama mertua akan mengadakan syukuran setelah pernikahan mereka.
“Bety, hari ini bisa bantu mama pergi belanja ke pasar? Mama perlu mengundang orang panti jompo dan panti asuhan ke rumah. Jadi mama tidak bisa pergi ke pasar sekarang,” kata ibu Rika berbicara di ruang tamu bersama Bety.
“Hmm, baik ma!” jawab Bety antusias.
“Ya sudah, kamu minta Memet yang menemani ke pasar ya? Biar mama ambilkan tas belanja sama uangnya,” ibu Rika beranjak pergi.
Di dalam kamar Memet masih tidur. Ia begadang semalaman karena terlalu asik bermain game online. Entahlah, hobinya itu sudah membuat Bety muak selama beberapa hari ini. Ia sama sekali tidak mau mendengarkan keluhan Bety. Game lebih penting. Sampai-sampai makan pun sering terlambat.
“Memet bangun. Memet!” Bety mencoba menarik selimut agar Memet bangun.
“Memet! Ayo bangun. Kita mau ke pasar, bantuin mama buat belanja.”
“Hmmmm, apa?” jawab Memet dengan suara serak, khas orang bangun tidur.
“Ke pasar!” kata Bety kesal.
“Ngapain? Aku masih ngantuk, Bety.”
“Sudah tidurnya. Sekarang kamu mandi. Setelah itu kita belanja ke pasar. Aku tunggu sepuluh menit harus siap!” kata Bety, kemudian dia keluar kamar.
Memet segera bangun. Ia mengambil handuk dan bersiap-siap untuk mandi. Matanya masih terasa berat untuk dibuka. Tetapi kalau ia tidak menuruti Bety, wanita itu akan terus mengomel hingga kepalanya meledak, mendengarkan ocehannya.
Di dalam mobil Bety membaca catatan belanja. Ia melihat daftar bahan apa saja yang akan dibeli.
“Brokoli, wortel, kentang…”
“Kerja tuh yang ikhlas. Jangan kayak keberatan begitu,” timpal Memet mencibir Bety.
“Aku ikhlas loh ya. Kamu tuh yang nggak ikhlas! Muka ditekuk kayak gitu, boro-boro mau ikhlas. Terpaksa yang ada!” kata Bety tak terima.
Setelah selesai berbeanja, Memet kesal setengah mati. Ia tidak suka dengan suasana pasar yang becek dan bau. Berkali-kali dia hampir muntah karena bau pasar yang sangat tak sedap. Lelaki itu sangat jengkel karena diberi tugas menemani Bety ke pasar.
“Huh. Kalau aku tahu bau pasar kayak gini, nggak bakalan aku ikut ke dalam. Ih, jijik. Hoek!”
“Dasar kamu lebay! Selama ini kamu nggak pernah belanja ke pasar ya?” kata Bety yang berada di belakang Memet.
“Mana pernah aku ke sini. Mama yang sering ke pasar bersama bibi!” Memet bersungut-sungut, ia meletakkan semua barang belanjaan ke mobil.
Tiba di rumah, Bety segera membawa semua belanjaan ke dapur. Ia membantu bibi May memasak. Ia juga sangat suka melakukan pekerjaan itu. Di rumah ia sering membuat menu makanan ala-ala chef di televisi.
“Kamu ikutan masak?” tiba-tiba saja Memet memeluk pinggangnya dari belakang.
“Memet! Kaget tahu,” kata Bety terperanjat dan reflek memukul tangan Memet.
“Kamu bisa masak? Sini aku mau lihat.”
“Bisa dong. Lihat saja, nanti kamu cicipi masakan aku ya?” kata Bety yang terus asik memotong-motong sayuran, sementara Memet tidak melepas pelukannya.
Bibi May hanya tersenyum melihat kemesraan keduanya. Semenjak Memet menikah dengan Bety, ia merasa kalau anak majikannya itu lebih ceria dari biasanya. Mungkin Bety telah membawa pengaruh yang baik untuk Memet.
“Memet coba kamu ambil kacang panjang itu. aku mau memotongnya,” pinta Bety seraya menunjuk sayuran panjang itu.
Memet pun ikut membantu mengaduk makanan. Ia sangat antusias melakukan pekerjaan dapur itu. Selama ini ia hanya makan masakan yang telah jadi saja, tidak pernah melihat bagaimana proses membuatnya.
Dengan adanya Bety di rumah ini, ia akan melakukan sesuatu hal yang baru, yang belum pernah dilakukannya. Melihat keterampilan masak Bety yang sangat cekatan, Memet terpesona sekali. Ia membayangkan kalau Bety memotong sayuran bergaya seperti chef profesional. Gerakan tangannya yang sangat lincah, pas, dan tanpa ada pemborosan bahan. Semuanya tertata rapi dan bersih.
Hampir dua jam mereka menghabiskan waktu memasak di dapur. Sebagian masakan telah masak ditata di atas meja. Sekarang hanya tinggal nasi yang belum matang.
“Memet, coba kamu cicipi makanan ini dulu?” kata Bety memberikan satu mangkok kecil kepada Memet.
Memet menerima, ia mencicipi sedikit. Itu adalah sup daging sapi. Begitu air kaldu itu diseruputnya. Pertama-tama yang dirasakannya adalah kaldu sapi yang sangat pas di lidah. Semua perpaduan rempah-rempah terasa menyatu dengan dagingnya. Saat ia memasukan potongan daging ke mulut, begitu lembut dan terasa meledak bersama kuah kaldunya.
Memet ternganga karena saking enaknya. Ia tak menyangka keahlian memasak Bety yang begitu sempurna. Tidak salah ia mempunyai istri, sudahlah cantik, pintar masak pula. Semua plusnya ada di Bety.
“Enak! Aku sangat suka masakanmu sayang!” Memet berseru girang, ia langsung mencium pipi Bety senang.
“Terima kasih pujiannya tuan,” kata Bety menggoda.
“Bibi May, setelah ini aku mandi dulu ya? Bibi tidak apa-apa aku tinggal kan?” Bety berkata kepada bibi May.
“Iya Bety. Ini sudah mau selesai. Biar bibi yang teruskan,” jawab bibi May dengan senyum tulusnya.
Bety segera beranjak pergi ke kamarnya. Badannya terasa lengket dan gerah karena memasak di dapur. Ia berencana berendam sebentar di kamar mandi. Sedangkan Memet, lelaki itu masih asik mencicipi semua makanan yang ada di dapur.
“Bibi, masakan Bety enak ya? Memet jadi sangat suka, ingin mencicipi semuanya,” kata Memet memakan perkedel kentang buatan Bety.
“Iya. Bibi juga tidak menyangka kalau Bety pintar memasak. Bibi pikir Bety orangnya manja, tetapi ternyata dia sangat berbakat dalam memasak,” jawab bibi May senang.
“Kalau begini terus, bisa-bisa Memet gendutan karena banyak makan. Jujur Memet sangat suka makan ini.”
Bibi May hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Memet. Ia tak berhenti melihat Memet yang sangat lahap memakan masakan Bety, bahkan sekarang sudah nambah empat kali nasi. Selama ini Memet sering pemilih untuk makanan. Bahkan lelaki itu sering membeli makanan jadi, yang sering dipesan lewat delivery.
Ibu Rika telah tiba di rumah. Ia langsung menuju dapur, melihat apakah bibi May telah selesai memasak. Tetapi begitu sampai di dapur, pemandangan yang tak pernah dilihatnya ada di hadapannya. Memet, anak laki-lakinya yang malas makan itu sekarang sangat lahap menikmati makanan.
Memet menyadari ibunya berada di sampingnya. Ia menyengir malu, melihat ibunya yang tak berkedip memandangi piring nasinya.
“Eh, mama. Sudah pulang ya ma?” kata Memet menyapa ibunya.
“Kamu serius makan sebanyak ini? Gak pernah mama melihat kamu selahap ini,” kata ibu Rika tak percaya dengan yang dilihatnya.
Memet hanya cengengesan. Ia kembali menghabiskan suapan terakhirnya. Rasanya ia telah menyiksa diri dengan makan sebanyak itu. Sekarang perutnya sangat penuh, bahkan berdiri pun ia sudah tak sanggup. Dengan sangat terpaksa ia menaruh kakinya ke atas kursi dan bersandar kekenyangan menunggu Bety turun.
“Bibi May, ini siapa yang masak? Kok selesainya cepat?” tanya ibu Rika menatap semua masakan.
“Tadi Bety yang memasak, bu. Bahkan, saya hanya membantu mengupas bumbu saja. Dia sangat pintar memasak bu. Lihat saja Memet sudah kekenyangan mencicipi semua masakannya,” bibi May mengulum senyuman, melihat Memet yang sudah tak berdaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
KULID
aku update malam yah 😗
2021-01-17
0