Setelah acara perjodohan kemarin yang dipenuhi berbagai macam drama, akhirnya Memet memutuskan untuk berusaha mengambil hati Bety dengan pendekatan terlebih dulu.
Seperti pagi ini Memet masih berpikir keras untuk mencapai tujuannya. Memikirkan cara untuk mendekati Bety yang sangat sulit sekali baginya. Padahal, kalau ia mau, masih banyak cewek yang mau menjadi pacarnya, tetapi hatinya hanya berlabuh untuk my Bety sweety seorang.
Memet memang terkenal ganteng, kaya, dan pintar. Sudah paket komplit untuk menjadikan seorang Memet sebagai pacar idaman. Cewek-cewek sering mendekatinya atau sekedar bertegur sapa mencari perhatian. Tetapi ia tidak pernah membiarkan mereka semua masuk kedalam kehidupan asmaranya, cukup Bety, tidak boleh ada yang lain.
Memet semakin gundah memikirkan bagaimana cara untuk mendekati Bety, yang sekarang ini masih marah kepadanya. Ia merasa frustasi menghadapi miss barbar itu, tapi kalau ia tidak berusaha dari sekarang, kapan lagi? Takutnya nanti malah keduluan oleh lelaki lain.
Memet semakin gusar membayangkan kalau seandainya Bety tetap bersikeras menolak perjodohannya, ditambah lagi Dian, yang kurang suka dengan perjodohan ini. Memet mulai bergerak bangun. Ia tidak boleh putus asa sebelum mendapatkan gadis impiannya. Ia melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah ini ia akan pergi ke rumah gadis punjaannya itu.
Setengah jam sudah berlalu, Memet telah rapi dan wangi. Ia turun ke kebawah, meminta ijin ke mamanya untuk pergi menemui Bety. Setibanya di lantai bawah, hanya ada bibi May, yang sedang menyapu.
“Bibi, mama di mana?” kata Memet, melihat ke sekeliling.
Bibi May menoleh. “Eh, Memet. Tadi ibu pergi ke rumah bu Rika, katanya,” jelas bibi May.
Kerumah Bety dong, pikir Memet.
Memet segera mengambil kunci motor di atas meja lalu berjalan ke garasi di samping rumahnya. Ia menebak jika mamanya sudah pergi ke rumah Bety, pasti melanjutkan lagi perbincangan kemarin yang masih tertunda. Memet menghidupkan motor ninja berwarna hijau kesayangannya, lalu mengendarainya ke rumah Bety, yang tidak jauh dari tempatnya.
Setelah memasuki gerbang rumah Bety, ia memarkirkan motor itu di samping garasi. Lalu, ia melangkah menuju pintu, tetapi langkahnya terhenti mendengar suara sesorang yang menyebut namanya.
“Aku juga mau menerima perjodohan ini mah, tapi tolong jangan katakan di depan Memet. Aku gak mau kalau dia berpikiran aku suka sama dia. Mama sama tante kan tahu sendiri kalau Memet orangnya usil, nanti malah dia akan mengejek, aku,” suara Bety terdengar dari balik pintu.
“Tapi kamu jangan berantem terus sama dia. Kalian akan menikah sebentar lagi, sekarang sebaiknya kalian berdua mulai pendekatan biar nanti tidak ada kecanggungan lagi,” kata mama Rika.
“Pendekatan bagaimana? Setiap hari kita berantem terus di sekolah.”
“Bukan pendekatan seperti itu yang mama maksud. Kalian itu coba belajar agar lebih memahami perasaan satu sama lainnya. Coba untuk lebih terbuka supaya kalian bisa saling mengerti,” jelas mamanya lagi.
“Yes!” kata Memet senang.
Ia tidak menyangka miss barbar itu mau jujur, menyukai perjodohan itu juga. Sebentar lagi Memet akan mengeluarkan jurus pamungkas untuk mendapatkan hati gadis pujaannya itu. Memet mendekatkan kembali telinganya ke pintu, menguping pembicaraan orang-orang di dalamnya.
“Jadi begini, kalau menurut saya bagaimana kalau setelah menikah, mereka akan tinggal di rumah ini saja,” kata Dian, ikut menambahkan.
Nah. Itu yang memet takutkan. Jangan sampai mamanya menerima tawaran itu, harap dalam hati.
“Kalau itu, coba nanti kita tanyakan kepada orangnya saja. Karena kalau kita yang tentukan, belum tentu Memet akan menerima,” kata mama Ida, memberi pendapat.
Bagus ma, kata Memet senang. Ia sangat bersyukur mamanya mengatakan itu, jadi dia tidak perlu berpikir untuk mencari alasan, menolak penawaran Dian itu.
Di saat Memet merapat ke pintu, tiba-tiba ada yang mengejutkan dari belakang.
“Woi! Pintar ya, menguping pembicaraan orang.”
Memet terperanjat, punggungnya disentak ke belakang hingga ia hampir terjengkang, jika saja tidak memegang handle pintu. Rupanya si pelaku adalah Bety, yang keluar lewat pintu belakang.
“Apaa sih, Bety. Aku mau masuk, bukan menguping!” kata Memet, memberi alasan.
“Kalau mau masuk kenapa merayap-rayap mirip cicak gitu? Alasan! Sudah sana, kamu masuk.”
Bety menarik kerah baju Memet, mengikuti langkahnya masuk ke dalam rumah. Ia tadi mendengar bunyi suara motor masuk ke gerbang rumahnya.
“Bety, jangan tarik-tarik kerah baju aku dong! Nih, melar baju kesayangan aku,” kata Memet, mencoba menarik lepas dari tangan gadis itu.
“Diam!” bentak Bety, memelototi Memet agar berhenti bergerak.
Sebenarnya Bety malu karena ia sudah ketahuan oleh Memet, menyetujui perjodohan itu setelah banyak darama penolakan darinya kemarin.
“Mah, ini ada tukang nguping. Tadi dia merayap-rayap di pintu mencuri dengar obroran kita,” Bety melepaskan tarikan tangannya di kerah baju laki-laki itu.
Memet meringis malu, sentakan tangan Bety memang super dahsyat hingga kerah baju kesayangannya itu koyak seperti cakaran harimau. Buas sekali sentakan gadis itu. Ia merasa kesal melihat kerah baju kesangannya sudah tidak berbentuk.
“Met, ngapain kamu nguping segala. Ini juga acara kalian yang sedang kita bahas, jadi kamu juga harus ikut. “ mama Ida menepuk tempat kosong di sebelahnya, menyuruh anaknya untuk duduk.
“Iya, mah.” Memet pun duduk di sebelah mamahnya.
Semuanya sudah berkumpul. Memet dan Bety hanya diam mendengarkan apa pun yang di katakan oleh ketiga orang dewasa itu. Mereka hanya mengikuti saran-saran yang telah diusulkan.
Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya ditentukan juga waktu yang pas untuk pernikahan keduanya, yaitu dua puluh lima hari dari sekarang. Memet dan Bety hanya bersitatap mencari celah agar cepat keluar dari perbincangan ini, karena mereka sudah bosan mendengarkan orang-orang dewasa itu berunding. Memet yang menangkap adanya kebosanan dari wajah gadis itu, mencari alasan untuk segera mengajak Bety keluar.
“Mah, tante. Aku mau ajak Bety keluar boleh, kan?” katanya meminta ijin.
Mereka menatap karah keduanya. “Mau kemana?” tanya Dian.
“Mau membahas masalah ini dengan Bety.”
“Ya sudah.” Dian mengijinkan.
“Ayo, Bety.” Memet menarik tangan gadis itu, mengikuti langkahnya keluar.
“Mau kemana, sih?” kata Bety, berusaha melepaskan pengangan tangan Memet darinya.
“Ada lah. Nanti aku ajak ke tempat menyenangkan,” kata Memet, berusaha untuk tidak melepaskan tangan gadis itu.
Mereka menaiki motor, menuju tempat yang sangat cocok untuk mendiskusikan apa saja yang patut mereka lakukan. Mereka berhenti di sebuah taman yang tidak jauh dari komplek perumahan Bety. Memet mematikan motornya dan langsung turun.
“Ayo, turun.” Memet menyuruh Bety turun dari motornya.
“Gendoong,” kata Bety maja, mengangkat tangannya untuk segera diurunkan.
“Kan, kebiasaan banget manjanya.”
“Biarin. Kan sama calon suami sendiri, ini.” Bety menampakkan wajah memelasnya.
Memet mengangkat bokong bulat itu, menurunkan tepat di hadapanya. Jantungnya berdebar. Ia khilaf, merasakan lekukan feminin dari gadis itu yang selama ini sering ia lihat di acara kesukaannya.
“Hei! Turunkan aku, Met!” Bety memukul kepala Memet yang sempat bengong mengangkatnya.
Memet tersadar, “Eh, iya.”
“Kamu mikirin apa barusan? Awas kalau mesum!” tunjuk Bety, menuding ke dahi Memet dengan tatapan horornya.
Memet bergidik ngeri melihat tatapan Bety yang seperti mau menerkam orang itu. baru saja ia merasakan kenikmatan surga, tapi tiba-tiba saja dapat ancaman maut dari gadis itu. ia hanya tersenyum sinis mendapat tatapan maut dari gadis itu, berharap setelah menikah nanti Bety tidak akan menyiksa dirinya dengan sikap jagoan yang gadis itu miliki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Dhina ♑
👌👌👌👌
2021-04-30
0
ANAA K
nexttt
2021-02-25
1