Memet berada di kamarnya, setelah kencan pertama mereka dua hari yang lalu, Bety tidak pernah menghubunginya lagi. Ia menatap langit-langit kamar sambil melamun, hingga ia tidak mendengar ibunya masuk ke dalam kamarnya.
Ibu Ida sengaja datang ke dalam kamar anaknya itu sambil membawa segelas susu coklat, lalu ditaruh di meja . Ia melihat wajah Memet yang tampak murung dan tidak bersemangat seperti biasanya. Sebagai seorang ibu, ia tetap saja khawatir dan selalu memantau kondisi anaknya itu.
Ibu Ida menatap Memet dengan bingung, sekaligus heran mengapa anaknya itu melamun sampai ia mengetuk pintu pun tidak terdengar. Akhirnya ia mendekat untuk mengagetkan Memet yang sedang melamun.
“Hayo! Mikirin apa?” ibu Ida mengagetkan Memet dengan menepuk pahanya yang lagi selonjoran.
Memet terlonjak kaget, “ Ah! Mama bikin kaget saja,” Memet terbangun duduk sambil mengelus dadanya.
“Mama sejak kapan di sini? Kok Memet enggak dengar ada yang masuk atau ketok pintu,” kata Memet merasa heran dengan kedatangan tiba-tiba ibunya.
“Kamu tuh yang melamun. Gimana? Kok nggak semangat begitu wajahnya,” kata ibu Ida mempertanyakan keadaan anaknya itu.
“Mama tenang saja. Memet enggak apa-apa kok.”
“Kok melamun saja. Mikirin apa? Cerita sama mama dong.”
Memet terkekeh karena ibunya yang selalu saja perhatian kepadanya.
“Memet bingung mah,” kata Memet sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Bingung kenapa? Cerita sama mama,” kata ibu Ida duduk di samping Memet.
“Ayo cerita apa yang membuat kamu bingung?” kata ibu Ida memaksa Memet untuk bercerita.
“Menurut mama, gimana caranya mendapatkan hati perempuan yang kita sukai, agar dia suka sama kita. Atau hal-hal romantis apa yang harus kita lakukan?” kata Memet mengungkapkan kegundahan hatinya sedari tadi.
Ibunya tertawa terpingkal-pingkal mendapati pertanyaan itu. Ia tidak menyangka anak semata wayangnya itu sedang galau memikirkan masalah asmara. Apakah Memet selama ini kaku sekali dalam masalah perempuan, pikirnya menebak.
“Nah, kan… mama gitu sih. Anaknya lagi kesusahan, tapi malah diketawain. Males ah cerita sama mama!” kata Memet pura-pura ngambek.
“Iya-iya, maaf. Habisnya kamu lucu sih. Masa iya tidak punya cara untuk mengambil hati Bety. Kamu harus berusaha dong.”
“Ajak ke tempat yang romantis,” kata ibu Ida memberi saran.
“Kalo kaya gitu sudah pasaran, mama. Aku maunya yang berbeda.”
“Iya juga sih. Tapi mama punya saran yang bagus buat yang satu ini,” kata ibu Ida sambil menceritakan kenangan lamanya dulu bersama suaminya.
Memet fokus mendengarkan cerita lama orangtuanya dulu. Ia tak menyangka almarhum ayahnya adalah tipe orang yang romantis. Pantas saja mamanya tidak bisa berpaling untuk mencari ayah tiri untuknya, walau ayahnya sudah meninggal.
“Waktu itu kami sempat putus, dan…”
“Terus.. ma,” kata Memet yang terdengar antusias.
“Papa kamu ke rumah mama. Saat mama membukakan pintu, dia berlutut dengan membawa bouquet bunga, dan mengucapkan sebuah rangkaian kata-kata yang membuat mama jatuh hati,” kata ibu Ida menjelaskan.
“Wah, papa keren ya ma? Memangnya seperti apa kata-kata yang papa ucapkan saat itu ma? Mama masih ingat nggak?” kata Memet penasaran dengan apa yang papanya ucapkan dulu , sehingga mamanya mau menerima papanya kembali.
“Waktu itu papa kamu kasih sebuah surat buat mama. Isi surat itu menjelaskan semua isi hati papa kamu kepada mama. Dan dia meminta mama untuk menyimpan surat itu, hingga sekarang surat itu masih ada,” kata ibu Ida sambil mengingat almarhum suaminya itu.
“Mama, aku boleh lihat nggak? Kali aja bisa membantu aku buat mendapatkan hatinya Bety,” Memet sangat bersemangat sekali ingin melihat surat itu.
“Baiklah. Kamu tunggu sebentar, mama ambil dulu ke kamar.”
Ibu Ida turun dari ranjang lalu segera meninggalkan kamar Memet untuk mengambil surat itu.
Sementara Memet, ia sangat penasaran dengan isi surat itu. Dalam hati ia berharap kalau surat itu bisa membantunya untuk mewujudkan keinginannya, mendapatkan perhatian dari Bety.
Ibu Ida kembali ke kamar sambil memegang kertas di tangannya, dan memberikan kepada Memet.
“Ini suratnya. Kamu lihat dulu,” kata ibu Ida, dan ia segera meninggalkan Memet sendiri di kamarnya.
Sedangkan di tempat Bety. Ia memikirkan pernikahan. Pernikahan itu membutuhkan pikiran dan keputusan yang matang. Pernikahan itu sakral dan mengikat seseorang tanpa batas dan waktu.
Tetapi di sisi lain pernikahan ini dianggap sebagai proses alami kehidupan. Bukan mengikat satu orang saja, tetapi dua keluarga akan disatukan dalam hubungan itu. Tidak mungkin ia akan menjalani pernikahan terpaksa, mengingat calon suaminya adalah teman sepantaran dengannya.
Bety sudah tidak sanggup membayangkan akan menjadi ibu rumah tanggan dan istri yang melayani suaminya setiap hari. Tapi kalau dipikir-pikir kembali, menikah juga bukan hal yang buruk. Ia bisa saja mencari tempat tinggal baru bersama Memet dan menyewa pembatu untuk meringankan tugasnya.
Yang menjadi pikiran baginya, apakah Memet akan bisa menjadi suami yang bisa melindunginya jika mereka menikah nanti? Melihat kebiasaan Memet yang tidak cakap dalam bekerja, apalagi ditambah dengan mengemban tanggung jawab besar sebagai kepala rumah tangga. Tetapi Bety tidak punya pilihan selain melanjutkan itu.
Memet bersiap-siap, ia terlihat lebih rapi dari biasanya. Padahal ia tidak pernah terlihat lebih dari ini sebelumnya ketika akan pergi. Malam ini ia ingin terlihat keren di depan gadis pujaannya. Dengan mengunakan parfum, dan gel rambut, ia sudah sangat tampan sekali tampak dari cermin.
Lelaki itu terlihat sangat bersemangat, ia menuruni tangga dengan langkah cepat. Tanpa sadar, ia melewati ibunya yang tengah duduk santai di ruang tamu.
“Memet, kamu mau kemana” teriak ibu Ida, memanggil anaknya.
Langkah Memet terhenti mendengar suara ibunya itu. Ia berbalik, ternyata ia tidak sadar jika ibunya tengah duduk santai di kursi tamu.
“Eh, mama. Aku kira nggak ada orang,” kata Memet cengengesan, ia mencium punggung tangan ibunya untuk segera berpamitan.
“Memet ke rumah Bety dulu ya mah. Mau melanjutkan yang mama ajarkan tadi. Doakan anakmu ini ya, mama,” kata Memet dengan senyum cerianya.
“Hati-hati.. semoga berhasil!” teriak ibu Ida setelah anaknya itu pergi keluar.
Di tengah perjalanan, Memet membeli satu bouquet bunga untuk diberikan kepada Bety nantinya. Setelah itu ia kembali mengendarai motornya ke perumahan tempat tinggal Bety. Ia berharap semoga yang ia persiapkan ini berhasil, dan Bety menyukainya.
Saat ini ia sangat gugup sekali. Entah mengapa ia merasa tidak punya nyali untuk bertemu dengan Bety dan mengatakan isi hatinya. Ia takut kalau kata-kata yang telah dihapalnya sedari siang, akan lupa di saat ia bertemu muka dengan Bety. Dan harapan terakhirnya adalah, semoga Bety yang membukakan pintu rumah.
‘semoga aku tidak salah ucap ya, Tuhan. Dan tolong berikan aku keberanian untuk mendapatkan hati wanita yang aku sukai, yang sebentar lagi akan menjadi istriku,” itu lah harapan doa Memet dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Dhina ♑
😍😍😍🤣🤣🤣
2021-04-30
0