Seminggu ini Memet disibukkan dengan ujian nasional. Ia telah belajar dengan rajin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk menjawab soal-soal ujian yang memusingkan kepala, tetapi berkat usahanya yang rajin selama ini ia tidak merasa kesulitan dalam menjawab semua soal-soal itu.
“Memet, gimana setelah ujian ini? Kamu mau kuliah di mana?” tanya Dodo sahabatnya.
“Aku belum ada rencana, Do. Kamu gimana?”
“Belum tahu sih. Aku lagi pengen rehat dulu sementara. Bosan harus lanjut kuliah dulu.”
Memet juga bingung memikirkan kedepannya. Mamanya hanya menyerahkan kembali pada keputusannya, tapi saat ini ia tidak ada minat untuk langsung kuliah setelah jenuh belajar selama tiga tahun ini. Ia ingin menikmati waktu dengan bersantai sambil membantu usaha kontraktor mendiang ayahnya.
Ayah Memet dulu mempunyai usaha kontraktor dan bisnis kontakan rumah petak setelah beliau meninggal, mamanya yang melanjutkan. Melihat mamanya yang kerepotan mengurus semuanya sendirian, ia jadi berpikir untuk mengambil alih usaha itu membiarkan mamanya istirahat di rumah. Hanya mamanya lah satu-satunya keluarganya saat ini, karena ia adalah anak tunggal dan tidak mempunyai saudara lagi.
“Eh, Met. Itu cewe loh tuh,” kata Dodo, menujuk ke arah Bety yang lagi duduk dan berbincang di koridor bersama temannya.
“Cewe apaan! Asal aja loh.”
“Yah, selama ini kan dia deket terus sama loh. Udah kayak surat sama perangko .. hahaha,” Dodo tertawa mengingat Bety yang sering dekat dengan Memet ketika di kelas.
Selama ini Memet dan Bety sering bertengkar atau sekedar menjahili satu sama lain. Mereka selalu membuat suasana kelas heboh dengan perang mulut atau aksi kejar-kejaran. Kalau dilihat-lihat, Memet menyukai Bety tapi ia malu untuk mengatakan yang sebenarnya. Dodo sering memergoki Memet yang diam-diam memperhatikan Bety kalau sedang belajar tetapi, ia hanya menanggapi itu dengan senyuman.
“Kamu gak ada niat buat ungkapin ke dia. Jangan dipendam-pendam terus Met, nanti keburu ada yang ambil,” kata Dodo memprovokasi.
“Kamu kira barang diambil-ambil. Nanti saja kalau aku sudah mapan, baru deh lamar sekalian.”
“Wuih! Udah ada rencana buat serius nih! Mantap dah,” seru Dodo riang.
“Ya dong, ngapain pacar-pacaran gak jelas. Enakan langsung nikah bisa grepe-grepean, ya gak? Hahaha.”
“Terserah orang yang jatuh hati lah, kita penonton mah kasih jempol empat sama kaki,” kata Dodo mengangkat kedua kaki dan tangannya untuk meyakinkan.
“Gak usah angkat-angkat kaki juga kali! Bau tuh kaus kaki loh!” Memet menutup hidungnya.
Sebenarnya Memet sudah lama menyukai Bety gadis barbar itu. Walau pun Bety barbar, Memet tetap menyukai gadis itu, entah kenapa rasa suka hadir begitu saja saat mereka sering menghabiskan waktu bercanda dan tertawa bersama. Awalnya ia tidak menyukai sifat Bety yang seperti preman pasar itu tetapi makin kesini ia semakin merasakan hadirnya cinta untuk Bety.
“Betyyyy! Nih bambang Memet mau lamar katanya!” teriak Dodo mengatakan dari jarak lima meter tempat duduk mereka saat itu.
Memet terperanjat kaget mendengar teriakan sahabat kucrutnya itu.
“Bagsat!” Memet menempeleng kepala Dodo kesal.
“Kenapa lo bilangin sih, Dodo!”
“Becanda doang mah, suer.” Dodo mengedipkan mata, mengangkat tangannya.
Memet melihat ke arah Bety yang tampak berdiri, berjalan ke tempatnya. Ah, mampus, katanya menepuk dahinya. Malu sekali rasanya Memet saat ini gara-gara mulut ember Dodo, terbongkar sudah rahasianya selama ini. Ia kesal sekali kepada Dodo yang saat ini kabur begitu saja setelah melihat Bety berjalan ke arahnya. Tamat lah sudah! Memet harus siap mendengar ocehan dari nenek gerondong ini.
“Eh, Bety,” Memet menendang-nendang kaki kirinya pelan, ia salah tingkah di hadapan gadis itu.
“Apa maksud Dodo barusan?” tanya Bety berkacak pinggang.
“Ah, dia cuma becanda doang itu.” Elak Memet.
Bety memperhatikan tingkah Memet yang terlihat malu-malu menekuk kepalanya. Ada apa dengan lelaki ini, katanya dalam hati. Ia merasa heran dengan tingkah lelaki itu yang tidak biasanya seperti itu. Biasanya Memet akan seperti kucing kawin yang terus merongrong kalau berhadapan dengannya.
“Kenapa kamu malu-malu gitu?” kata Bety, melihat wajah Memet yang sudah memerah seperti kepiting rebus.
“Panas nih, kok mataharinya terik banget ya?” Memet melihat ke langit, berpura-pura mengibaskan tangannya mengalihkan pandangan Bety.
“Dasar aneh!” Bety segera meninggalkan Memet yang masih celingak-celinguk seperti orang bodoh.
"Ah, syukur lah itu nenek gerondong lekas pergi kata Memet lega."
Setelah itu ia akan menghajar mulut sahabatnya dengan ulekan cabe biar tidak sembarangan lagi berkata, membuat ia malu. Tetapi, untung Bety tidak bertanya yang aneh-aneh atas ucapan Dodo, biasanya cewek itu akan selalu kepo dengan urusan apa pun.
Memet membayangkan jika Bety menikah, pasti dia akan menjadi ratu gosip karena keingintahuannya pada masalah orang sangat tinggi. Tetapi Memet tetap menyukai semua yang ada pada gadis cantik itu, walau pun banyak kekurangannya.
Memet melangkah mencari keberadaan teman nakalnya itu, andai saja ia tidak menceritakan perasaannya kepada Dodo pasti tidak akan membuat dirinya canggung dekat dengan Bety. Sahabatnya itu benar-benar keterlaluan becandanya. Mulutnya komat-kamit mengeluarkan sumpah serapah karena saking kesalnya, tetapi orang yang dicari tidak menampakkan tanda-tanda keberadaanya.
****
Sekarang adalah hari kelulusan bagi seluruh siswa dan siswi kelas Xll. Memet dan sahabatnya Dodo tengah berkumpul di lapangan sekolah mendengar pengumuman dari kepala sekolah, ia juga harap-harap cemas menanti namanya dipanggil. Teman-temannya yang lain telah mendapat satu persatu amplop berisikan kertas kelulusan, ada yang berteriak riang, menangis haru, dan ada yang marah karena tidak lulus. Beruntung Memet lulus ia sangat senang sekali.
“Memet, aku lulus. Kamu pasti lulus juga dong,” kata Dodo cengengesan.
“Iya.”
“Ayo kita gabung sama yang lain mereka sudah siap untuk kumpul-kumpul,” ajak Dodok, menarik tanganya.
Biasalah, kalau sudah dapat tanda kelulusan ujung-ujungnya coret-coret baju pakai cat warna-warni. Memet mengikuti saja kemauan temannya itu, ia juga ingin menikmati masa-masa indah ini dengan teman-temannya yang lain. Belum sempat ia melangkah ke tempat temannya berkumpul ia dikejutkan dengan sesuatu yang mendarat di kulit wajahnya.
Phssssssk!
Wajah Memet kena semprot cat warna kuning. Siapa lagi pelakunya kalau bukan cewek barbar yang menjadi pujaan hatinya ia merasakan bau cat kuat menusuk hidungnya. Dilihatnya cewek di hadapannya sedang tertawa bahagia karena berhasil menyemprotkan ke wajahnya.
“Betyyyy!!!! Kenapa muka aku disemprot.” Memet berteriak kesal pada Bety yang terbahak-bahak melihat wajahnya berwarna kuning.
“Bagus Met. Sini! Aku tambahin warna ijo biar mirip hulk,” Bety tidak hentinya tertawa memegang perutnya yang sudah tegang menertawai Memet.
“Awas ya,” Memet segera merebut cat itu dari tangan Bety, dan menyemprotkan kembali kepada wajah Bety.
“Ah, Memeeeet! Kenapa ke muka aku.” Sama halnya dengan wajah Memet tadi, wajah Bety juga berubah jadi kuning.
Setelah itu mereka kejar-kejaran perang cat. Dodo hanya memperhatikan kedua temannya itu, ia juga melakukan hal yang sama dengan teman-temannya yang lain, saling bertukar tanda tangan di baju masing-masing. Itu semua sebagai kenang-kenangan di masa SMA, kenangan indah yang tidak akan bisa kembali kita temui lagi. Di masa itu siswa-siswi mempunyai kisah cinta putih abu-abu, suka duka bersama, mempunyai kenangan bersama guru, dan masih banyak lagi kalau mengingat masa putih abu-abu itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Dhina ♑
👍👍👍
2021-04-30
0
ANAA K
nama nama tokohnya lucu - lucu semua.. thor kreatif! 😉
2021-02-25
1