Bunyi ketokan pintu kamar terdengar dari luar. Memet yang sedang bermain game di smartphone menoleh. Ia melihat ke samping. Terlihat Bety sedang tertidur pulas. Wanita itu mengatakan kalau badannya masih pegal-pegal setelah acara seharian kemarin.
Dengan langkah malas Memet turun dari ranjang dan segera membuka pintu. Rupanya Dian yang datang dengan membawa kotak makanan di tangannnya.
“Memet, Bety mana? Ini aku bawa makanan untuknya. Tadi dia tidak sarapan, kan?” kata Dian memberikan kotak makanan itu.
“Ada bang. Dia sedang tidur. Mau masuk dulu bang,” tawar Memet mempersilahkan masuk.
“Nggak usah. Aku mau keluar dulu bersama yang lainnya. Mereka pengen jalan-jalan katanya. Kamu mau ikut?”
“Hmm, sebenarnya sih aku pengen ikutan. Tapi Bety sendirian di sini. Nggak usah deh bang, aku disini saja temani Bety. Bilang sama mama aja ya, bang.” Memet menolak dengan tidak enak hati.
“Ya sudah, aku pergi dulu.”
Memet kembali menutup pintu kamar dan melanjutkan permainannya yang sempat terhenti. Ia meletakkan makanan itu di atas meja. Melihat wajah Bety yang tertidur pulas di sampingnya, ia merasa seperti terhipnotis dengan kecantikan Bety.
Wanita itu tampak nyaman sekali. Entah apa yang merasuki Memet sehingga ia dengan beraninya mengulurkan tangan menyentuh pipi Bety. Sepintas ia ingin mencium Bety yang sedang terlelap. Secara perlahan ia memajukan wajahnya dan mengecup pelan pipi lembut itu.
Setelah itu Memet buru-buru mengalihkan pandangannya pada mata Bety. Untung wanita itu tidak menyadari kelancangannya. Walau Bety adalah istrinya, tapi mereka belum terbiasa sedekat ini. Dengan jantung yang berdebar-debar, Memet mencium wangi rambut Bety. Wangi buah yang menguar di indra peciumannya membuat Memet memejamkan mata menikmati aroma shampoo itu.
Perlahan Memet merebahkan badannya, meluruskan tubuhnya agar sejajar dengan Bety. Ia menarik selimut sebatas pinggang dan memeluk Bety dari samping. Ia merasa lelah juga dan ingin menikmati waktu tidur bersama Bety, tanpa ada gangguan.
Jam satu siang Bety terbangun dari tidurnya. Ia merasakan kalau perutnya dipeluk. Dengan mengernyitkan mata dan menyibakkan selimut, ia menoleh ke belakang. Rupanya Memet yang memeluknya dan lelaki itu tampak tertidur.
Rasa hangat pelukan Memet membuat Bety merasa nyaman. Ia bisa mencium aroma tubuh Memet yang sangat memikat. Aroma feromon yang bisa mengundang daya tarik seksual. Bety secara tak sadar mendekatkan wajahnya ke lipatan dada Memet, menghirup sebanyak mungkin aroma itu. Ia merasa nyaman berada dalam pelukan Memet.
Apakah ia sudah mulai terbiasa berdekatan dengan Memet, sehingga bau yang keluar dari tubuh Memet membuatnya tertarik.
“Sudah cukup cium-ciumnya?” suara Memet membuat Bety tersentak.
“Eh, Memet. Kamu sudah bangun, ya?” kata Bety salah tingkah karena telah tertangkap basah.
“Masa kamu Cuma berani mencium di saat aku tidur. Itu namanya curang!”
“Aku nggak cium kamu, Memet. Tadi itu aku hanya kedinginan, makannya merapat ke tubuh kamu.”
“Alasan, bilang saja kalau kamu mau peluk-peluk aku yang sedang tidur. Hayo ngaku?” Memet menggoda Bety, membuat wanita itu malu dan menyembunyikan wajahnya di balik selimut.
Bety langsung menutup wajahnya dengan selimut. Malu sekali rasanya karena ketahuan mencium wangi tubuh Memet. Saat ini ingin sekali rasanya Bety menenggelamkan tubuhnya kedalam lautan samudera, saking malunya.
Mengingat tadi pagi ia menolak permintaan Memet untuk berhubungan. Tetapi sekarang malah ia kepergok sendiri mencium lelaki itu di saat ia tertidur. Mendengar suara Memet yang menertawainya, Bety segera menggelitik pinggang lelaki itu agar segera berhenti menertawainya. Tetapi Memet malah semakin mengejeknya.
“Memet sudah dong! Aku tadi benar-benar nggak ada niat begitu,” kata Bety menahan malunya.
“Cius…. Atau kamu mau mencium ketek aku, ya? Sini cium, baunya wangi loh!”
“Iih, kamu jorok banget sih!” Bety segera duduk dan memukul Memet menggunakan bantal.
“Ngajak perang nih? Ya sudah, hayao siapa takut.”
Memet tidak mau kalah. Ia membalas pukulan Bety dengan bantal guling. Keduanya melakukan aksi kejar-kejaran di ruangan kamar itu. Semuanya tampak berhamburan dan berantakan. Tetapi mereka tidak ada yang mau mengalah duluan, hingga tidak sengaja kaki Bety tersandung di papan ranjang, membuatnya tersungkur di lantai. Tetapi apa yang terjadi, tangan Bety tak sengaja menarik pinggang celana Memet, membuat celana itu melorot.
“Aduh!” lutut Bety terantuk.
“Bety!” Memet segera menarik tangan Bety untuk bangkit.
Bety menatap ke bawah. Sedetik kemudian kedua matanya terbelalak kaget. Sesuatu yang tak pernah dilihatnya sebelumnya terpampang jelas tepat di hadapannya saat ini. Merasa ada yang aneh dengan arah pandangan Bety, Memet juga melihat ke bawah celananya. Dalaman berwarna kuning dengan motif angry birds terpasang di sana. Buru-buru Memet berjongkok dan memasang kembali celananya.
“Maaf!” Memet malu karena Bety sekarang sudah melihat motif dalamannya.
“Angry birds?” kata Bety membeo seperti orang linglung.
Muka Memet berubah merah saking malunya. Ia merasa terkutuk sekali karena telah membawa dalaman itu. Kenapa ia tidak kepikiran setelah mereka menikah akan sekamar? Sekarang pasti Bety akan menertawakan seleranya yang seperti bocah SD.
Sepuluh detik berikutnya Bety benar-benar tertawa terbahak-bahak memegangi perutnya. Wanita itu sangat puas sekali menertawakan wajah Memet yang sudah memerah yang tak tahan menahan malu. Tapi dengan secepat kilat Memet mendekat, memegang kedua pundak Bety. Ia memajukan wajahnya dan langsung menyambar Bety dengan ciuman intens, hingga membuat Bety kehilangan detak jantungnya karena terlalu tiba-tiba.
Bety memukul-mukul pundak Memet, tetapi tidak dihiraukan oleh lelaki itu. Ia terus saja memperdalam ciumannya, membuat Bety tersendak menahan nafas.
“Memet! Kamu cabul ya!” Bety berhasil melepaskan diri dan membentak Memet dengan tatapan kesal.
“Siapa suruh kamu menertawakan aku. Kamu mau tertawa lagi? Silahkan… setelah itu terima hukumannya,” Memet menampakkan seringaian kepuasan di wajahnya.
“Kamu cabul! Awas ya? Kalau berani nyosor-nyosor lagi!” ancam Bety marah.
Bety berjalan ke meja. Ia membuka kotak makanan itu. kebetulan saat ini ia sangat lapar karena belum sempat menghabiskan sarapannya tadi pagi. Dengan cepat ia mengambil sendok dan duduk di kursi. Ia tak menghiraukan Memet yang masih diam memperhatikan gerak-geriknya.
“Aku nggak di tawarin makan, nih?” kata Memet menaik turunkan alisnya dengan tatapan mengejek.
“Aku lapar.”
“Aku juga lapar. Kamu tega suami kamu yang tampan ini terkapar karena kelaparan?”
“Beli sendiri,” kata Bety sambil mengunyah makanan nya.
“Ya sudah, aku nanti akan bilang kalau kamu nggak mau mengurus aku!” kata Memet merebahkan tubuhnya di ranjang.
Bety pun tak tega. Ia bangkit dan membawa makanan yang ada di tangannya itu ke tempat tidur.
“Sudah, duduk sini.”
Memet bangun. “ kenapa?”
“Buka mulut. Aku suapin saja. Nanti kalau kamu yang suap sendiri bisa habis semua makanan aku,” Bety menyuapkan satu sendok ke mulut Memet.
“Kok nasinya saja? Lauknya mana,” Memet mengerutkan alisnya mengunyah nasi.
“Lauknya buat aku. Kamu nasinya saja.”
“Kan nggak enak kalau nggak pake lauk, Bety. Kamu tega sama aku?”
“Mau makan atau nggak!” Bety memelototkan matanya, pura-pura marah.
Akhirnya Memet menurut. Walau sedikit diberi cabe di nasinya, ia tetap mengunyah dan menelannya sampai habis. Ia benar-benar lapar. Baguslah, dengan begini ia bisa merasakan kedekatan dengan Bety, walau wanita itu selalu mengerjainya, tetapi diam-diam hati Memet berbunga-bunga melihat istrinya itu mulai akrab dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
KULID
disini aku akan membuat ceritanya seperti kehidupan nyata, ya. tidak seperti cerita novel romantis kebanyakan...
jadi jangan sungkan kasih saran yang membangun... oke 😘
2021-01-14
0