Tiga hari lagi Memet dan Bety akan menikah. Mereka tidak diperbolehkan lagi untuk bertemu. Sementara semua sanak saudara Bety telah hadir di rumah besarnya. Mereka sangat gembira mendapat kabar bahwa Bety akan menikah.
“Bety, kamu sudah makan belum?” tanya Nur, sepupu Bety yang seumuran dengannya.
“Belum. Tapi sebentar lagi aku akan ke bawah untuk makan,” kata Bety yang masih berbaring di ranjangnya.
“Ya sudah. Aku ke bawah dulu ya. Kalau perlu apa-apa panggil saja aku, ya!” kata Nur bergegas keluar.
Bety kembali memejamkan matanya. Memikirkan sebentar lagi hari pernikahannya yang akan tiba. Semua orang-orang di rumah ini sibuk melayaninya. Padahal ia bisa mengerjakan semuanya sendiri, tetapi mereka mengatakan, tidak baik kalau calon pengantin kelelahan. Bety merasa bosan karena semua yang akan di lakukannya selalu di larang.
Kata ibunya, ia tidak boleh bertemu dulu dengan Memet karena sekarang mereka dalam masa pingit. Entah lah, ia hanya menuruti semua perkataan ibunya itu. Apakah Memet juga merasakan hal yang sama dengannya. Atau lelaki itu sedang senang-senang menikmati waktunya saat ini.
‘kenapa aku jadi galau sendiri’ kata Bety pada diri sendiri.
Memikirkan pernikahan, ia telah mempersiapkan semuanya. Termasuk semua baju-baju dan alat-alat makeup. Semuanya serba baru, karena ia ingin setelah menikah nanti semua kembali pada awal baru, jadi semua harus serba baru.
Di rumah Memet. Semua sanak saudaranya juga telah berkumpul. Tetapi Memet sangat tak bersemangat. Sejak pagi tadi ia uring-uringan ingin bertemu dengan Bety walau sebentar. Tetapi kata ibunya, ia tak boleh keluar dari rumah. Apalah tradisi ini sehingga membuatnya bosan menunggu hingga hari pernikahan tiba.
Dodo juga berada di dekatnya. Temannya yang satu itu terus saja mengoceh, membicarakan hal-hal yang membuatnya jengah.
“Kamu nanti jangan lupa beli jamu kuat ya, Memet. Kemarin aku sudah baca-baca, kalau jamu itu sangat ampuh untuk membuat stamina kita tetap terjaga di saat malam pertama,” kata Dodo sambil memperlihatkan isi artikel yang di telusurinya lewat smartphone.
“Alah! Itu cuma kata-katamu doang. Lagian aku masih muda gini, masa ia harus pakai-pakai yang begituan. Lebih baik aku memikirkan bagaimana membuat Bety terpesona padaku saat malam pengantin kami,” Memet membusungkan dadanya sambil menepuk dengan sebelah tangan.
“Kamu yakin kalau kamu itu sudah siap. Perlu seks education dari aku nggak? Gini-gini aku jago loh kalau mengenai masalah begituan… hahaha.”
“Dasar kampret! Malu tau sama orang. Kamu nggak lihat tuh orang-orang pada lalu lalang. Nanti kalau mereka dengar gimana?” Memet melihat ke sekeliling.
Dodo menutup mulutnya, ia lupa kalau sekarang mereka duduk di ruang tamu Memet. Semua keluarga dari ibu Memet lumayan ramai hadir di rumah itu.
“Jadi kamu sudah tahu caranya?” tanya Dodo yang masih penasaran.
“Ya tahu dong.”
“Wah, hebat kamu Memet. Aku juga mau dong!” kata Dodo dengan antusias, mendekatkan dirinya ke arah Memet.
“Terus saja berteriak! Biar ucapanmu barusan kedengaran ke semua orang,” Memet jengkel dengan sikap Dodo yang serampangan, alias tak tahu tempat.
“Ups. Maaf Memet, aku khilaf. Biasalah kalau masalah beginian mata sama telinga aku serasa menyatu.”
“Kita ke kamar saja yuk,” ajak Memet berdiri.
“Hah! Ke kamar? Emang eyke cowok apaan?” Dodo berekprsi seperti perawan.
“Situ sinting? Sakit, apa demam berdarah! Jangan ngadi-ngadi. Hayok!” Memet menarik tangan Dodo dengan paksa agar lelaki itu menurut patuh.
Di dalam kamar Memet mengunci pintu. Ia berjalan untuk segera duduk di atas ranjang. Sementara Dodo terlebih dulu merebahkan tubuhnya memeluk guling.
“Jadi gimana? Kamu sudah siap?” tanya Dodo menatap serius Memet.
Memet melempar wajah Dodo dengan guling.
“Kamu bisa nggak sih serius. Malas bercandaan mulu. Aku lagi galau nih,” kata Memet menatap sahabatnya itu dengan tatapan kesal.
“Oke, oke! Slow beb. Jadi gimana? Mau aku bantuin apa!”
“Jadi kamu tahu kan di bawah semua orang melarang aku ketemuan sama Bety. Sementara aku sudah nggak tahan ingin bertemu denganya. Kamu ada ide nggak supaya aku bisa bertemu Bety… sebentar doang nggak apa-apa,” Memet berkata dengan penuh berharap.
Dodo mengernyit bingung. Bagaimana caranya meloloskan Memet keluar dari rumah ini, sementara rumah dalam keadaan ramai. Pasti mereka akan ketahuan.
“Gimana kalau kamu video call saja. Kan kalau bertemu langsung nggak boleh, kalau telepon atau video call pasti gak apa-apa dong?” kata Dodo menemukan saran yang aman.
“Tapi aku pengen ketemu langsung. Bukan lewat handphone!”
“Ya udah gampang itu! sini, kamu berdiri di balkon kamar, nanti di hitungan ke tiga aku tendang pantatmu sampai terbang ke rumah…..”
Plak!
“Kurang asem banget sih kamu Dodo! Aku serius, nggak pengen becandaan! Yang benar aja dong,” Memet bersungut-sungut masam setelah menampar jidat Dodo, karena saking kesalnya.
“Pis Memet, pis. Aku becanda doang, kamu serius banget sih. Gini aja. Gimana kalau kamu turun kebawah, setelah itu lihat situasi. Kalau sudah lengah sedikit, kamu langsung cepat lari keluar. Nanti aku akan tungguin di kamar.”
“Ide bagus! Aku ke bawah dulu. Kamu benaran di sini ya. Nanti kalau ada yang nanya, bilang aku lagi mandi,” Memet langsung bersemangat.
“Oke. Tapi jangan lama-lama. Siapa yang akan percaya kalau kamu mandi kayak gadis perawan. Lima belas menit udah ada di sini, oke!”
“Iya-iya, dasar bawel.”
Memet pun keluar dari kamarnya. Ia melangsungkan misinya untuk melarikan diri sebentar menemui Bety. Setelah lima menit duduk di ruang tamu, melihat situasi. Ia bergegas keluar mendorong motornya ke luar pagar.
Setelah sampai di samping rumah Bety, ia mengeluarkan handphone untuk menghubungi Bety. Sambil celingak-celinguk melihat sekeliling, teleponnya pun di angkat.
“Bety, aku sekarang di samping rumah kamu. Kamu bisa ke teras nggak?” Memet langsung saja nyerocos begitu telepon diangkat.
“Memet! Kamu kenapa ke sini. Bety nggak boleh keluar dulu.”
Degh!
Itu bukan Bety, melainkan ibunya yang mengangkat. Mampuslah, ia sudah ketahuan karena menyelinap menemui Bety.
“Eh, Tante.. hehe. Memet cuma pengen lihat Bety sebentar saja kok. Setelah itu Memet pulang.”
“Kamu ini, sudah nggak sabar ya? Sabar dong Memet, cuma tiga hari lagi kalian bakalan halal. Setelah itu kalian bebas mau ngapain aja.”
Tawa ibu Bety di seberang telepon seperti meledek Memet yang seperti lelaki tak sabaran. Padahal ia hanya bosan dan jenuh berada di rumah terus. Tetapi apa boleh buat, ia harus menurut sekarang.
“Baiklah Tante. Aku titip salam buat Bety aja ya? Sampaikan kalau Memet mencintai Bety dengan sepenuh hati ya, Tante.”
“Kamu ini ada-ada saja, Memet. Baiklah, itu terserah kepada orang yang sedang kasmaran saja, anggap yang lainnya mengontrak.”
Memet tertawa canggung mendengar ibu Bety yang berhasil menggodanya. Tidak kah ia merasa malu untuk sesaat karena telah kelepasan mengatakan sesuatu yang sangat membuatnya malu. Setelah ini ia akan menjadi menantu, tetapi karena masalah kasmaran yang tak terkendali telah membuatnya kehilangan muka.
“Jangan dipikirkan. Tante paham kok, Memet. Kamu pulang saja dulu, nanti Tante sampaikan. Oh iya, jangan lupa hapalin kalimat ijab kabulnya. Jangan samapi salah! Jika kamu mau Bety tetap bersamamu.”
Panggilan dimatikan. Memet menatap layar handphone di tangannya yang layarnya telah berubah gelap. Untuk sesaat ia melupakan masalah penting itu, karena terlalu memikirkan Bety yang tak bertemu beberapa hari dengannya. Ia jadi lupa masala hijab Kabul. Buru-buru Memet menghidupkan motornya dan segera pulang untuk menghapal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Dhina ♑
👰👰👰
2021-04-30
0