"Mommy....!"
Jasmine menerobos masuk ke dalam kamar Catherine.
"Mom, katanya Mom terluka?" seru Jasmine melihat Catherine yang tengah tiduran di atas ranjangnya.
"Mommy gak apa-apa kok, Mine."
"Tapi katanya semalam Mommy terluka. Siapa yang lukain Mom? Biar Jasmine kasih dia pelajaran!" seru bocah itu dengan begitu lucunya membuat Catherine terkekeh dan merasa sangat lucu melihat tingkah gadis kecil berusia 5 tahun.
"Kamu ini anak perempuan, kenapa begitu arogant," kekehnya.
"Mommy malah mentertawakanku. Aku serius lho, aku tuh mau jagain Mommy."
"Benarkah?" goda Catherine.
"Serius Mom. Bukankah kita hanya berdua saja. Jadi kita berdua harus saling menjaga satu sama lainnya. Aku tidak punya Daddy yang akan selalu jagain Mom dan aku."
Deg
Ucapan Jasmine menyentil hati Catherine hingga membuat senyumannya lenyap. Ada rasa sesal juga sakit di hatinya karena menyembunyikan fakta tentang ayahnya. Tapi kalau Aiden mengetahui semua ini, akankah ia menerima dirinya juga Jasmine.
"Mom..."
Catherine tersadar dari lamunannya dan tersenyum kecil pada Jasmine.ia membelai pipi putrinya dengan lembut.
"Apa Mine ingin punya Daddy?" tanya Catherine.
"Ingin, tapi tidak mau uncle Robert. Dia itu tidak baik," seru Jasmine.
"Lalu Jasmine ingin Daddy yang seperti apa?" tanya Catherine.
"Emmm...." Jasmine tampak berpikir keras dan terlihat begitu menggemaskan.
"Aku ingin Daddy seperti Uncle tampan. Dia itu sangat baik, dan Jasmine merasa sangat nyaman di sampingnya. Selain itu Mine juga merasa aman saat dengannya," seru Jasmine.
Darah memang lebih kental daripada air...
Catherine tersenyum kecil seraya merapihkan rambut Jasmine. Jasmine sendiri sudah dapat merasakan kedekatan dengan Ayahnya sendiri.
"Mom, Mine punya ide cemerlang," seru Jasmine sangat antusias.
"Apa itu?"
"Bagaimana kalau Mom aku temuin sama Uncle Tampan. Kita undang dia untuk makan malam, gimana?" serunya sangat antusias.
"Memangnya kamu tau alamat Uncle itu? Atau no teleponnya?" pertanyaan Catherine berhasil membuat Jasmine terdiam dan berubah menjadi lesu.
"Aku tidak punya," serunya lemah.
Ada senyum bersalah di bibir Catherine. Bahkan sampai detik ini dia masih belum bisa mengatakan yang sebenarnya.
"Sudahlah, sebaiknya kita tidur saja. Masalah Uncle itu kita pikirkan lagi nanti," ucapnya menarik Jasmine ke sisinya dan memeluknya untuk tidur bersama.
Selang beberapa menit, Jasmine sudah terlelap dalam tidurnya. Catherine masih melamun, menatap kosong ke depan dengan tangannya yang mengelus punggung Jasmine.
***
"Lama tidak bertemu Mr. Aiden," sapaan itu membuat Aiden menoleh ke sumber suara.
Aiden mengernyitkan dahinya menatap seseorang di depannya itu.
"Kamu...?"
"Apa kabar? Masih ingat aku?" seru wanita cantik nan anggun itu.
"Evelyn?" seru Aiden masih berusaha mengingatnya.
"Ingatan yang tidak buruk," kekehnya.
"Ah ternyata benar kamu. Bagaimana kabarmu?" seru Aiden.
"Kabarku baik."
"Kamu ada di sini?" tanya Aiden karena saat ini ia sedang berjalan menyusuri lorong apartement menuju kamarnya.
"Ya, aku menyewa apartement di sini. Apa kamu juga tinggal disini?" tanya Evelyn.
"Ya, kamarku ada di depan," ucapnya.
"Ternyata kita bertetangga," kekehnya. "Sudah lama sekali sejak kejadian itu."
"Iya," seru Aiden. "Bagaimana sekarang kondisi Ibumu?"
"Dia sudah lebih baik. Setelah kejadian itu, aku membawanya pergi meninggalkan kota N dan menetap di daerah pedesaan yang cukup tenang. Tetapi aku harus kembali kesini karena ada pekerjaan," jelas Evelyn.
"Syukurlah kalau begitu," ucap Aiden.
"Baru pulang kerja?" tanya Evelyn.
"Ya begitulah," ucap Aiden. "Baiklah aku harus kembali ke kamarku. Senang bisa bertemu denganmu Evelyn," ucapnya.
"Iya apalagi aku, sangat senang bisa bertemu dengan penyelamatku," ucapnya membuat Aiden tersenyum kecil.
Ia kemudian pamit dan masuk ke dalam kamarnya.
'Alasanku kembali bukan hanya pekerjaan, tetapi karena kamu, Pahlawanku,' batin Evelyn tersenyum bahagia.
Ia tidak menyangka bahwa takdir begitu mudah mempertemukan dirinya dengan Aiden. Bahkan dalam jarak yang begitu dekat.
***
"Kenapa kamu masuk kerja?" tanya Aiden saat masuk ke dalam ruangan Catherine.
"Aku sudah merasa lebih baik," ucap Catherine fokus dengan pekerjaannya.
"Harusnya kau istirahat saja," ucap Aiden mengambil duduk di hadapan Catherine.
"Ada apa datang kemari?" tanya Catherine.
"Hanya ingin melihatmu," ucap Aiden dan berhasil membuat Catherine membeku di tempatnya.
Ada getaran di dalam hatinya, dan rasanya begitu hangat juga nyaman.
'Kenapa? Kenapa Aiden begitu lembut dan memperhatikanku? Apa dia juga memiliki perasaan yang sama denganku?' batin Catherine.
"Ada apa?" tanya Aiden.
"Emm tidak apa-apa," ucap Catherine tersenyum kecil. "Ngomong-ngomong makasih karena kemarin kamu menyelamatkanku," ucap Catherine.
"Tidak masalah. Sudah seharusnya aku menjagamu," ucap Aiden dengan santai.
"Kenapa kamu harus menjagaku? Kamu bukan kekasih ataupun suamiku." Ucapan Catherine membuat Aiden menatapnya cukup lama.
Senyuman terukir di bibir Aiden. "Sebagai seorang sahabat, apa aku tidak bisa menjagamu, hm?"
Catherine tersenyum sinis. "Sahabat?"
"Kenapa, apa ada masalah?" tanya Aiden.
"Jangan terlalu baik pada seorang wanita, kalau kamu tidak mau membuatnya terluka," seru Catherine membuat Aiden mengernyitkan dahinya bingung.
"Maksudmu apa?"
"Sudahlah kalau kamu tidak paham. Hari ini aku sedang baik, jadi ayo kita makan siang bersama, aku akan mentraktirmu,""seru Catherine beranjak dari duduknya.
Aiden tersenyum menanggapinya.
"Baiklah."
***
Mereka berdua kini sudah duduk berhadapan di sebuah restaurant Korea. Catherine memang sedang ingin memakan makanan Korea.
"Jadi bagaimana dengan pertunanganmu dan Robert?" tanya Aiden seraya menyeduh kopi yang sudah ia pesan.
"Akan aku batalkan. Robert membuat ulah dan mengancamku dengan berbagai hal," seru Catherine.
"Kamu tidak perlu takut, aku akan selalu ada di sisimu dan melindungimu dari pria brengsek itu," ucap Aiden.
"Kenapa kau ingin melindungiku?" tanya Catherine.
"Kenapa kamu selalu mempertanyakan pertanyaan yang sama padaku?" tanya Aiden.
"Aiden, sebenarnya sudah lama aku ingin menanyakan hal ini padaku."
"Kalau begitu tanyakan saja," seru Aiden.
"Apa yang terjadi denganmu dan Agneta 5 tahun lalu?" pertanyaan Catherine mampu membuat raut wajah Aiden menjadi keras.
"Kenapa harus menanyakan hal ini?" tanya Aiden.
"Aku hanya ingin tau," seru Catherine.
"Apa yang sebenarnya kamu ingin tau? Bukankah kamu mengetahui pernikahan Agneta dan Davero 5 tahun lalu. Lalu apa yang bisa aku lakukan dengan wanita yang sudah menikah," ucap Aiden terlihat rahangnya mengeras.
Catherine sadar kalau pertanyaannya memancing emosi Aiden.
"Apa kamu masih memiliki perasaan untuk Agneta?" tanya Catherine.
"Cath, apa yang sebenarnya ingin kamu pastikan?" pertanyaan Aiden tepat sasaran membuat Catherine membeku di tempatnya.
"Itu-" Catherine terdiam.
"Kalau begitu mari kita balik pertanyaannya. Apa yang membuatmu menjauhiku 5 tahun lalu dan pergi meninggalkanku. Apa yang membuatmu menghindariku, Cath? Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dan tidak boleh aku ketahui?"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Tulip
dasar gak peka aiden, masak gak tau alasan cathetrin pergi.
2022-08-27
0
Anisatul Azizah
dan muncullah pelakor...
2022-01-21
0
Rose Mustika Rini
hemm makanya apa2 itu jujur klw g mau sedih
2020-10-26
1