Aiden baru saja sampai di sebuah rumah sakit. Hari ini ia membuat janji temu dengan Catherine untuk menemui Marenka yang merupakan korban dari kasus yang di laporkan oleh Catherine.
Aiden berdiri dengan bersandar pada mobilnya, sebatang rokok tersalip indah di bibirnya dan sebelah tangannya di masukan ke dalam saku celananya. Ia tampak tampan dengan setelan jas berwarna abu itu.
Ia menghisap rokoknya dan mengepulkan asapnya. Pandangannya yang tajam menatap ke depan dan mengabaikan setiap tatapan memuja dari beberapa wanita yang melewat dan terang-terangan memperhatikannya.
Sebuah mobil sport berwarna putih tiba di sana dan terparkir indah tak jauh dari Aiden. Tak lama, sang pemilik mobil itu menuruni mobilnya. Ia menoleh ke arah Aiden hingga tatapan mereka beradu.
Pemilik mobil tersebut tak lain adalah Catherine. Ia terlihat begitu cantik dan anggun mengenakan dress berwarna merah.
Catherine berjalan mendekati Aiden yang masih menatap dirinya.
"Hai," sapa Catherine. "Sudah lama menunggu?"
"Emm lumayan," jawab Aiden membuang rokoknya, kemudian menginjaknya. "Ayo masuk."
Aiden berjalan terlebih dulu meninggalkan Catherine yang memperhatikan punggung lebarnya. Catherine memandang Aiden dengan tatapan yang tidak bisa di baca. Kemudian ia menghela nafas panjang dan berjalan mengikuti Aiden.
"Sejak kapan temanmu ini menerima perlakuan kasar dari suaminya ini?" tanya Aiden saat mereka berjalan menyusuri lorong rumah sakit.
"Sudah 2 tahun lamanya, ia baru bisa berani melaporkannya sekarang," jawab Catherine.
"Apa ada faktor tertentu hingga membuat suaminya bertindak kasar padanya?" tanya Aiden.
"Dia menikahi pria yang tidak mencintainya. Mereka terpaksa menikah karena sebuah perjodohan. Dan suaminya itu masih mencintai mantan kekasihnya. Dia mulai berlaku kasar dan temperamen pada Marenka sejak mantan kekasihnya itu menikah dengan pria lain."
"Jadi suaminya ini melampiaskan rasa sakit hatinya dengan menyiksa Marenka?" tanya Aiden.
"Hmmm begitulah, Marenka tidak boleh melakukan sedikit saja kesalahan, kalau sampai itu terjadi maka siksaan yang dia dapatkan. Bahkan dalam berhubungan intimpun, suaminya masih menyiksa Marenka, bahkan terus memanggil nama mantan kekasihnya saat melakukannya. Membuat Marenka sangat terluka luar dalam."
Ucapan Catherine barusan menghentikan langkah Aiden.
Catherine yang sudah berjalan dua langkah di depan Aiden menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Aiden.
"Ada apa?"
"Tidak apa-apa," jawab Aiden segera merubah raut wajahnya kembali menjadi datar. "Ayo kita temui Marenka."
Mereka berjalan bersama menyusuri lorong rumah sakit yang tidak begitu ramai. Kali ini mereka berdua memilih diam dan fokus pada pikiran masing-masing.
Sesampainya di sebuah ruangan, terlihat seorang wanita dengan wajahnya masih ada beberapa luka dan membiru tengah duduk bersandar di atas blangkar. Wanita itu melihat ke arah mereka berdua.
"Ren, ini adalah Mr. Aiden, pengacara kamu," seru Catherin.
"Selamat siang, Mrs. Marenka."
"Selamat siang, Mr. Aiden."
"Luka ini-?" ucapan Aiden menggantung di udara.
"Ini adalah perbuatan suamiku," serunya dengan nada serak seakan ingin menangis.
Aiden menekan tombol alat perekam dari pennya yang ada di dalam saku jas yang ia gunakan.
Marenka terlihat menangis terisak seraya menjelaskan semua kejadian yang menimpa dirinya. Semuanya ia katakan tanpa ada yang terlewatkan.
"Begitu yah," gumam Aiden yang sudah duduk di kursi yang berada di sisi blangkar. "Sejak kapan suamimu melakukan kekerasan ini?" tanya Aiden.
"Sejak kami menikah, dia sudah menyiksaku. Selain itu juga, dia suka berjudi dan selalu membawa wanita ke rumah tanpa memperdulikanku lagi. Apalagi menghargai ku sebagai seorang perempuan."
Marenka semakin menangis setiap menceritakan kejadian pahit yang menimpanya.
"Sepertinya informasi ini sudah cukup," seru Aiden. "Aku akan berusaha membantumu memenangkan kasus ini dan menjebloskannya ke dalam penjara."
"Terima kasih, Mr. Aiden."
"Sama-sama," seru Aiden terlihat tersenyum.
----
Saat ini Aiden dan Catherin telah meninggalkan ruangan Marenka. Saat ini mereka telah berada di parkiran basement.
"Apa kamu masih membutuhkan bukti lainnya lagi?" tanya Catherin.
"Aku rasa sudah cukup, kita hanya perlu menang dalam persidangan nanti. Oh iya, kalau bisa minta pembantu di rumahnya untuk menjadi saksinya," seru Aiden.
"Baiklah, apa perlu saksi lainnya?" tanya Catherin.
"Tidak, kamu dan dia sudah cukup. Di tambah bukti-bukti ini, semuanya sudah jelas dan aku yakin dia akan menerima hukuman yang setimpal," seru Aiden yang di angguki Catherin.
"Sekarang kamu akan kemana?" tanya Aiden setelah mereka terdiam sesaat.
"Aku mau pulang, masih ada pekerjaan. Kalau wawancara ini sudah selesai, aku pergi. Sampai bertemu di persidangan nanti, Mr. Aiden." Seru Catherin masih dengan nada dingin dan berlalu pergi meninggalkan Aiden menuju mobilnya.
Aiden hanya diam menatap punggung Catherin yang menjauh.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Tulip
merasa ya aiden tersindir. samalah dgmu aiden saat sm cathren menyebutkan nama wanita lain.
2022-08-26
0
Herlina Riansyah
wow cath jd setangguh gunung es ya krn dicampakkn am aiden
2022-02-16
0
نفا الحكم
skrg bucin
2021-03-18
0