5 hari berlalu tanpa Aiden membuat Catherine merasa tidak bersemangat. Aiden benar-benar mempengaruhi dirinya. Sebelum bertemu kembali dengan Aiden, ia mampu berpijak dengan kedua kakinya penuh ketegaran. Menghabiskan waktu selama 5 tahun fokus pada putrinya juga pekerjaannya. Tetapi setelah kembali bertemu dengan Aiden, hatinya kembali rapuh. Tembok yang ia bangun telah hancur dan membuatnya kembali lemah. Tak bisa ia pungkiri lagi kalau ia kembali jatuh dalam pesona juga cintanya Aiden.
Kenapa dirinya begitu lemah. Sedangkan Aiden masih terlihat acuh tak acuh pada dirinya. Kenapa harus merasakan rasa sakit karena cinta bertepuk sebelah tangannya.
“AH!”
Catherine memekik kaget karena tarikan seseorang. Ia melihat sebuah mobil box pengangkut barang
hampir saja menabrak dirinya. Saat itu Catherine memang tengah berjalan-jalan sendiri untuk menghilangkan penat di kepalanya.
“Kenapa tidak berhati-hati!” seruan itu membuatnya menoleh ke sumber suara.
“Aiden? Ka-kamu sudah kembali?” serunya menatap wajah tampan pria di depannya.
“Kamu tidak apa-apa?” tanyanya menyadarkan keterpakuan Catherine. Ia melepaskan
pelukan Aiden dan berjalan mundur.
“Aku baik-baik saja,” ucap Catherine.
“Mobil itu mencurigakan. Sepertinya dia memang sengaja ingin menabrakmu,” ucap Aiden
menghubungi pihak kepolisian untuk menyelidiki kasus ini.
Catherine menatap Aiden yang sibuk menghubungi seseorang. Rasa rindunya kini terobati. Ia
pikir Aiden tidak akan pernah kembali lagi ke sini setelah menemui wanita itu.
“Ayo sebaiknya kita tinggalkan tempat ini,” ucapnya menarik Catherine menuju
mobilnya.
“Pihak kepolisian akan menyelidiki kasus ini. Aku sudah memberikan plat nomor mobil tadi,”
seru Aiden.
“Kapan kamu kembali?” tanya Catherine tidak memperdulikan ucapan Aiden.
“Semalam aku baru sampai. Apa ada masalah selama aku tidak ada?” tanya Aiden dan
Catherine menggelengkan kepalanya.
Ingin sekali Catherine menanyakan beberapa hal selama Aiden di sana tetapi Catherine
merasa itu terlalu lancang.
“Ibuku meninggal,” ucap Aiden membuat Catherine memekik kaget dan menoleh ke
arahnya.
“Tante Elena?”
“Iya, dia meninggal karena penyakit jantung,” seru Aiden.
“Aku turut berduka cita,” ucap Catherine.
Suasanapun menjadi hening kembali tak ada yang membuka suara.
Apa Aiden bertemu dengan wanita itu...? batin Catherine.
***
Aiden baru saja sampai di apartement miliknya. Ia memilih duduk di kursi dekat pembakaran. Di tangannya ada berkas yang di berikan Devara saat itu.
Helaan nafas keluar dari mulutnya. Ia menyandarkan punggungnya ke kepala kursi dan
memejamkan matanya.
Kali ini tidak ada beban apapun yang dia bawa dalam hatinya. Semuanya telah sembuh dan hilang. Agneta pun tampak bahagia bersama Dave. Mungkin benar mereka sudah di takdirkan untuk bersama.
Tetapi kenapa... Aiden masih merasa takut akan menjalin sebuah hubungan. Ia masih
begitu trauma.
Dering handphone menyadarkan dirinya. Ia menatap layar handphone nya kemudian
mengangkatnya.
“Hallo...”
“....”
“Benar.”
“....”
“Sudah menemukan pelakunya?”
“....”
“Baik, aku segera kesana.”
Aiden menutup sambungan telponnya dan bergegas mengambil mantel hitamnya juga kunci
mobilnya kemudian bergegas meninggalkan apartementnya.
****
Kantor Kepolisian...
Saat ini Aiden baru saja sampai di kantor kepolisian, ia bergegas masuk ke dalam
sana.
“Selamat malam. Saya Pengacara Aiden. Dimana pelaku tabrak lari itu?” tanyanya.
“Silahkan masuk ke dalam ruangan di sana.” Seru petugas yang berjaga di depan.
Aiden masuk ke dalam ruangan itu.
“Catherine? Kamu di sini?”
Panggilan itu membuat Catherine menoleh ke belakang.
“A-aiden?” tubuh Catherine tampak membeku di tempatnya.
“Kenapa kamu di sini?” tanya Aiden.
“Itu aku...” bibir Catherine tampak kelu.
“Selamat malam Mr. Aiden. Kami telah menangkap pelaku yang hampir menabrak Ny. Catherine
dan penculikan pada Jasmine.”
“Jasmine?” seru Aiden dan tatapannya kini kembali tertuju pada Catherine yang membeku.
“Kamu mengenal Jasmine? Aku rasa, aku tidak melaporkan kasus mengenai penculikan
Jasmine.”
“Untuk laporan kasus penculikan Jasmine, memang Ny. Catherine yang membuat laporan.”
Catherine menghela nafasnya karena polisi itu terlalu banyak berbicara.
Aiden menatap ke arah Catherine yang sepertinya tidak ingin mengatakan apapun.
“Saya akan mengantar kalian melihat pelakunya,” seru Polisi itu.
Aiden dan Catherine akhirnya sama-sama berjalan mengikuti polisi itu.
Tak lama mereka pun sampai di salah satu sel dimana pria itu berada. Sel itu memang di peruntukan untuk orang jahat yang baru di tangkap dan di introgasi sebelum akhirnya di pindahkan ke dalam sel
yang lebih mengerikan.
“Kau?” pekik Catherine saat melihat siapa sosok itu.
“Kamu mengenalnya?” tanya Aiden.
“Dia adalah adik dari suaminya Marinka. Jadi kamu yang selama ini ingin mencelakaiku
dan emm Jasmine?” tanya Catherine sedikit melirik Aiden.
“Aku muak denganmu, wanita sialan! Karena ulahmu, Kakakku jadi masuk penjara!” amuk
pria itu mendekati Catherine dan berteriak.
Spontan Aiden merangkul pundak Catherine seraya melindunginya. Catherine melirik ke
arah tangan Aiden di pundaknya. Entah kenapa rasanya begitu hangat.
“Jadi ini merupakan kejahatan yang di rencanakan,” seru Aiden.
“Kau pengacara itu! Semua juga karena ulahmu yang sok pintar!”
“Jaga sikapmu!” seru polisi memukul jeruji besi dengan tongkatnya.
Setelah mengetahui motif penjahat itu. Aiden dan Catherine bersedia menjadi saksi saat
di pengadilan nanti.
Saat ini mereka berdua berjalan bersama keluar dari kantor polisi.
“Jadi, siapa Jasmine itu?”
Deg
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Sulati Cus
hadeuh td sempet suudzon sm robert maaf keun
2022-05-19
0
Herlina Riansyah
hayoo cathrin ngqku loo ditanyain bapaknya jasmine tuu 🥰🥰🤩🤩
2022-02-16
0
Ibuna Arr
jengjreeeeng
2020-10-08
0