Pengadilan....
Aiden masih sibuk di dalam ruangan pribadi yang berada di sisi ruang persidangan. Ia tengah mempersiapkan segala bahan ke dalam map untuk di bahas nanti.
Ketukan pintu terdengar dan suara pintu terbuka membuatnya menoleh.
"Catherin," gumamnya saat melihat sosok wanita cantik itu yang mendorong kursi roda dimana Marenka duduk di sana.
Terlihat Catherin memalingkan pandanganya ke arah lain untuk menghindari beradu tatapan dengan Aiden. Kini tatapan Aiden tertuju pada Marenka.
"Bagaimana keadaan anda, Mrs. Marenka?" tanya Aiden.
"Aku sudah merasa lebih baik," jawab Marenka.
"Apa anda sudah siap menghadapi persidangan ini dan bertemu kembali dengan suami anda?" tanya Aiden.
"Aku tidak tau, tetapi aku akan berusaha tetap tenang berhadapan dengannya," jawab Marenka.
"Di dalam nanti akan banyak hal di perdebatkan, mungkin juga suami anda memutar balikan fakta dan memojokkan anda. Saya harap anda bisa bekerjasama dengan saya, anda hanya cukup diam saja dan percayakan segalanya padaku."
Marenka menganggukkan kepalanya.
"Emm, Cath bisa kita bicara sebentar," seru Aiden kali ini menatap ke arah Catherin.
"Baiklah."
Catherin berjalan mengikuti Aiden keluar ruangan.
"Bagaimana hasil pemeriksaan Dokter mengenai mental Mrs. Marenka?" tanya Aiden.
"Semuanya baik-baik saja, maka dari itu Dokter membiarkannya keluar dari rumah sakit," seru Catherin.
"Apa kamu membawa hasil pemeriksaan Dokter psikolog, seperti yang aku minta?" tanya Aiden.
"Ada," seru Catherin mengeluarkan sebuah amplop putih dari dalam tasnya. "Sebenarnya hasil itu untuk apa? Bukankah hasil medis dari Dokter yang menangani Marenka sudah ada."
"Hanya untuk jaga-jaga saja, takutnya tersangka menuduh Marenka gangguan mental."
Catherin hanya beroh saja mendengar seruan dari Aiden.
"Makasih karena kamu sudah membantuku," seru Aiden membuat Catherin merasa tak nyaman. Ia memalingkan wajahnya dan melihat ke arah lain untuk menghindari Aiden.
"Tidak perlu berterima kasih, aku melakukan ini hanya untuk keadilan temanku, bukan untukmu." Catherin menjawab dengan begitu dingin membuat Aiden tersenyum kecil.
"Setidaknya terima kasih karena sudah membantu meringankan pekerjaanku," serunya.
Aiden kemudian berjalan melewati tubuh Catherin dan masuk kembali ke dalam ruangan.
***
Proses persidangan begitu menegangkan, apalagi terlihat pegacara dari tersangka terus mengelak tuduhan yang di laporkan istrinya, juga bukti-bukti yang di serahkan oleh Aiden.
"Hakim, saya telah membawa saksi." Seru Aiden.
"Di persilahkan."
Aiden meminta Catherin untuk maju ke depan dan memberi keterangan.
Pengacara dari tersangka terus memberi beberapa pertanyaan kepada Catherin dan sedikit memojokkannya.
"Nona Catherin, apa yang anda ketahui mengenai hubungan suami istri, anda saja tidak memiliki suami, bukan?"
"Mr. Aundrey, saya rasa pertanyaan anda melenceng dari permasalah inti," seru Aiden berusaha melindungi Catherin. "Nona Catherin mau sudah menikah atau tidak, itu tidak ada hubungannya."
"Ada hubungannya, Mr. Aiden. Menurut keterangan dari client saya, nona Catherin ini sering datang ke rumah dan menghasut Nyonya Marenka dalam segala hal, sehingga membuat Nyonya Marenka melawan pada client kami. Nyonya Marenka menjadi tidak bisa di atur dan sering pulang larut malam dan kadang tidak pulang pulang. Nona Catherin yang begitu bebas kehidupannya, kenapa harus membawa Nyonya Marenka ke dalam duniamu padahal Nyonya memiliki seorang suami."
Catherin mengernyit mendengar seruan dari pengacara tersangka, jelas-jelas mereka berusaha memfitnah Catherin.
"Mr. Audrey, setiap apa yang anda katakan apa ada buktinya?" tanya Aiden berusaha melindungi dan membela Catherin. "Jangan lupa, kalau hanya sebuah ucapan itu bisa menjadi sebuah fitnah dan tuduhan pada saksi saya. Dan anda jelas tau, pasal berapa dan apa hukumannya untuk orang yang menuduh oranglain tanpa bukti. Bukankah itu sama saja dengan pencemaran nama baik," seru Aiden membuat Audrey bungkam dan kesal.
"Hakim, saya rasa keterangan dari Nona Catherin sudah cukup," seru Aiden.
"Baiklah, anda boleh kembali ke tempat," perintah Hakim membuat Catherin kembali ke tempat duduknya dengan kesal.
Persidangan terus berlangsung, Catherin terus menatap Aiden di depan sana. Entah kenapa hatinya menghangat dan tersentuh dengan pembelaan dari Aiden tadi.
Ketuk palu sang hakim terdengar, dengan putusan hukuman untuk tersangka. Aiden sungguh memenangkan kasus ini dan membuat tersangka mendapatkan hukuman. Rasa senang Marenka sangat membuncak. Ia berpelukan dengan Catherin dengan perasaan lega.
"Akhirnya Cath, aku bisa terlepas dari siluman itu," seru Marenka membuat Catherin tersenyum lega. Tatapannya tertuju pada Aiden yang terlihat membereskan semua berkasnya.
'Terima kasih, Aiden...'
Seseorang yang duduk tak jauh dari mereka menatap penuh dendam dan kebencian ke arah Catherin dan Marenka.
---
Aiden mengantar Catherin dan Marenka keluar dari pengadilan dan sudah berada di sisi mobil Catherin.
"Terima kasih banyak, Mr. Aiden." Seru Marenka dengan perasaan penuh kelegaan. "Akhirnya kini aku bisa melanjutkan hidup dengan tenang."
"Sama-sama, Mrs. Marenka. Ini sudah tugas saya," jawab Aiden.
"Kalau begitu kami pergi dulu," seru Marenka.
Marenka menaiki mobil di bantu Catherin dan Aiden. Aiden menyimpan kursi roda yang sudah di lipat ke dalam bagasi mobil dan menutupnya. Catherin tampak menghampirinya.
"Mengenai pembelaanmu tadi, terima kasih," seru Catherin.
"Tidak masalah, sudah seharusnya aku melakukan itu," seru Aiden tersenyum.
Untuk kedua kalinya Aiden tersenyum tulus dari hati kepada seseorang. Pertama pada gadis kecil bernama Jasmine dan yang kedua Catherin. Mereka berdua sama-sama mampu membuat hati Aiden tenang dan hangat.
"Baiklah, aku pergi."
"Cath-" Aiden menahan lengan Catherin yang hendak melangkah. Tatapan Catherin tertuju pada pegangan tangan Aiden di lengannya membuat Aiden melepaskannya.
"Apa setelah ini, kita masih bisa bertemu dan berteman seperti dulu?" tanya Aiden.
Raut wajah Catherin berubah menjadi keras dan kembali menunjukkan ekspresi datarnya.
"Maaf, tapi aku tidak tertarik untuk berhubungan kembali denganmu. Aku harap setelah ini, kita tidak akan pernah bertemu lagi." Ucapan Catherin barusan membuat Aiden terpaku.
"Terima kasih Mr. Aiden karena sudah membantu banyak hal kepada kami. Mengenai pembayaran jasa anda, saya akan menghubungi sekretaris anda. Permisi," seru Catherin kembali datar nan dingin.
Ia melangkahkan kakinya masuk ke bagian pengemudi dan tak lama mobilnya bergerak dan meninggalkan tempat itu.
'Kenapa kamu bersikap seperti ini lagi padaku...?' batin Aiden menatap mobil yang semakin menjauh.
Tak ada yang tau akan takdir kehidupan. Saat mereka memutuskan tidak akan pernah bertemu kembali, tetapi takdir telah merencanakan hal lain di depan sana.
***
UNTUK YANG PENASARAN DENGAN KELANJUTAN CERITA INI. KELANJUTANNYA SUDAH ADA DI APLIKASI ******/INNOVEL DENGAN PENNAME "iin sonaris". ADA JUGA VERSI BUKU DAN EBOOKNYA DI PLAYBOOK.
UNTUK KONTAK PERSON
WA 081321079375
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
faa
bener banget takdir d dunia novel ada d tangan autor😂
2022-08-25
0
Nurulfajriyah
menghindar
2020-10-04
0
⭐Nda 1-2⭐
takdir cinta Aiden dan chatrine ada ditangan author kuhhh 😍😍😍💖💖💖💙💙💙💙
2020-09-08
10