"Jadi siapa Jasmine itu?"
Deg
Tubuh Catherine kembali membeku dan ia menjadi sangat bingung harus menjawab pertanyaan dari Aiden.
"Tatap aku Cath." Aiden menarik kedua pundak Catherine hingga kini ia menatap ke arah Aiden. "Apa Jasmine adalah-"
"Tidak Aiden. Dia bukan anakmu," ucap Catherine mendorong dada Aiden supaya lepas melepaskan cengkraman tangannya dan ia berjalan mundur.
Ada raut kekecewaan di mata Aiden. Padahal ia merasa dekat dan familiar dengan Jasmine.
"Dia adalah anak angkatnya Marinka," seru Catherine.
"Anak angkat?" tanya Aiden mengernyitkan dahinya.
"Iya," jawab Catherine.
"Tapi kenapa saat itu kalian tidak menyinggung masalah Jasmine?" tanya Aiden terlihat tidak percaya.
"Itu karena statusnya yang tidak jelas. Dan kami memutuskan menyembunyikan keberadaan Jasmine," seru Catherine.
"Benarkah?"
"Kamu bisa menanyakan langsung pada Marinka," seru Catherine berusaha menyembunyikan fakta sebenarnya.
"Baiklah, aku percaya. Ayo aku antarkan kamu pulang," seru Aiden.
"Aku bawa mobil sendiri," seru Catherine. "Kita berpisah di sini saja. Sampai jumpa."
Catherine tidak ingin berlama-lama lagi dan memutuskan untuk pergi terlebih dulu meninggalkan Aiden sediri yang masih menatap Catherine.
***
Catherine baru saja sampai di rumahnya. Ia melemparkan mantelnya ke atas sofa. Kemudian ia mengambil sebotol wine dalam rak yang ada di dalam kamarnya. Tak lupa juga membawa gelas kecil. Kemudian berjalan menuju kursi yang berada di dekat jendela dan perpian di dalam kamarnya.
Ia menuangkan wine dari dalam botol ke dalam gelas, kemudian meneguknya dalam satu tegukan. Helaan nafas terdengar.
Ia kembali menuangkan wine ke dalam gelasnya kemudian meneguknya. Matanya terpejam, dadanya terasa terbakar. Dan sakit...
Ia terpaksa berbohong mengenai Jasmine pada Aiden. Hanya itu satu-satunya cara supaya ia tidak di pisahkan dari Jasmine. Dan juga tidak membuat Aiden membuat suatu hubungan dengan dirinya hanya karena Jasmine. Hanya karena ingin Jasmine memiliki keluarga yang utuh.
Tidak... Catherine tidak bisa menerima itu. Ia tidak ingin menerima belas kasihan Aiden. Ia tidak ingin perasaannya semakin hancur dan semakin sakit karena tidak terbalaskan.
Ia hanya ingin Aiden membalas cintanya, perasaannya. Bukan karena alasan apapun. Apa itu bisa?
Tanpa sadar air mata Catherine menetes membasahi pipinya. Ia sadar dirinya sangat egois, tetapi ia bukan wanita yang tabah dan bisa menerima hidup bersama dengan pria yang mengasihani dirinya. Ia tidak bisa menerima itu.
Apa salah kalau dirinya ingin cintanya terbalaskan. Apa salah kalau dirinya ingin di cintai?
Kenapa? Kenapa mencintai harus sesakit ini?
Ia menangis dalam diam seraya meneguk wine di dalam gelasnya. Kerongkongan dan hatinya terasa terbakar.
***
Keesokan harinya Catherine menemani Robert mengunjungi sebuah undangan pesta salah satu clien mereka.
Catherine terlihat cantik dengan gaun berwarna biru langit dengan bagian atas berbentuk sabrina. Dan gaun lurus itu mencetak jelas lekukan tubuh seksinya. Terdapat sebuah belahan di sisi kirinya hingga batas paha. Rambutnya ia biarkan tergerai indah dan bergelombang sebatas punggung.
Ia melingkarkan tangannya di lengan Robert dan mereka langsung di sambut hangat oleh tuan rumah.
Mereka saling bercengkraman satu sama lainnya dan seperti biasa membahas mengenai pekerjaan.
Di sisi lain Aiden juga ada di sana dengan mengenakan tuxedo berwarna mocca dan sangat pas di tubuh atletisnya. Ia tengah berbincang dengan seseorang seraya meneguk minuman di tangannya. Tatapannya tertuju pada sosok Catherine yang berada tak jauh darinya.
"Catherine, ini adalah Mr. Bernard dari perusahaan Gill."
"Selamat malam Mr. Bernard," ucap Catherine berjabat tangan dengannya.
"Mr. Bernard ini yang berencana membeli tanah di daerah SI."
"A-apa?" Catherine mengernyitkan dahinya menatap ke arah Robert dengan bertanya-tanya. Bukankah sebelumnya ia sudah jelaskan kalau daerah itu tidak akan pernah ia jual.
"Saya sangat tertarik dengan tanah di daerah SI. Saya harap, kita bisa menjalin kerjasama yang baik," seru Mr. Bernard.
Catherine hanya tersenyum kecil.
"Emm permisi sebentar," seru Catherine menarik lengan Robert untuk menjauh dari keramaian dan orang-orang di sana.
"Apa maksud semua ini, Robert?" tanya Catherine saat mereka sampai di taman belakang.
"Kenapa? Apa ada masalah?" tanya Robert dengan santai.
"Aku sudah katakan, daerah itu tidak boleh di jual. Dan aku tidak berniat untuk menjualnya!"
"Aku tidak menjualnya. Aku hanya akan menyewakannya dan mendapatkan untung juga saham dari perusahaan Gill."
"Apa kau gila? Aku tidak menyetujui semua itu!"
"Aku tidak butuh persetujuanmu!"
"A-apa?"
"Dengar?" tatapa Robert berubah menjadi tatapan tajam dan mencengkram kedua pipi Catherine. "Sebentar lagi kita akan menikah. Kau hanya perlu pikirkan bagaimana cara menyenangkanku di atas ranjangku. Mengenai perusahaan, aku yang akan mengurus segalanya."
"Kita menikah untuk membantu perusahaanmu, bukan untuk memberikan seluruh kekuasaan perusahaan William padamu!" seru Catherine.
"Apa kau bodoh? Kau pikir aku akan menerima semua itu, hah?" seru Robert. "Kalau hanya itu aku tidak akan repot-repot menikah dengan seorang wanita ****** yang memiliki putri haram di luar nikah." Bisiknya membuat Catherine melotot marah.
"Bersikaplah baik, Cath. Kalau kau tidak ingin menyesal," seru Robert melepaskan cengkramannya.
Plak
"Kau benar-benar ********!" pekik Catherine menampar Robert.
"Dasar ****** tak tau di untung!"
Robert mengangkat tangannya ke udara siap memukul Catherine yang sudah menutup wajahnya dengan tangannya.
"Berani sekali kau mengangkat tangan pada seorang wanita!" seru seseorang yang menahan lengan Robert membuat keduanya menoleh ke sumber suara.
"Aiden.." gumam Catherine.
"Siapa kau? Beraninya kau ikut campur urusanku dan tunanganku!" seru Robert terlihat lemah.
"Bukan siapapun, tapi aku tidak terbiasa membiarkan seorang pria menganiaya seorang wanita." Ucapnya membuat Robert kesal.
Robert melayangkan bogemnya hendak memukul Aiden, tetapi Aiden menahannya dan mengacungkan bogemnya ke pipi Robert juga ke bagian perutnya hingga ia membungkuk dan mundur dua langkah.
"Sialan kalian!" seru Robert dan berlalu pergi meninggalkan mereka berdua di sana.
"Sudah aku bilang, jangan jual kebahagiaanmu hanya demi bisnis," seru Aiden melepaskan jasnya kemudian memasangkannya pada tubuh Catherine yang sudah menangis seraya memalingkan wajahnya.
Aiden menarik dagu Catherine hingga kepalanya terangkat dan tatapan mereka beradu.
"Kamu berhak bahagia, kamu berhak mengejar keinginanmu sendiri. Jangan jual kebahagiaanmu dan hidupmu demi bisnis. Tinggalkan pria sialan itu," seru Aiden dan Catherine masih diam membisu.
"Kita pulang," ujarnya melepaskan pegangannya pada dagu Catherine dan beralih menghapus air mata Catherine.
"Ayo."
Aiden berjalan terlebih dahulu. Tapi baru satu langkah, tangannya di genggam oleh Catherine membuat Aiden kembali menghadap ke arah Catherine.
Tanpa kata Catherine melangkah mendekati Aiden dan memeluk tubuhnya. Ia menyandarkan kepalanya di dada bidang AIden dan melingkarkan kedua tangannya di tubuh Aiden. Aiden membalas pelukannya dan membelai pelan pundak Catherine.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Hamokitsi Run
jujurlah cath.. jasmine bth ayah..
2022-01-04
1
Indra Dafais
visualnya adakah
2020-10-10
1
Roro Ayu Murwani
ehhhmmmmmm
2020-10-10
0