"Maaf tuan, kalau sudah selesai, saya akan menutup telepon dari anda,sudah larut malam nanti Abah sama umi marah, assalamualaikum."Tanpa menunggu jawaban dari Zidan, Nadia menutup telepon nya.
"Waalaikum salam." Zidan melempar handphone miliknya, dan berlalu menuju kamar mandi, di bawah guyuran air shower, Zidan sungguh melupakan kabahagiaan ketiga putrinya, mungkin dirinya masih merasa trauma, namun ketiga putrinya sangat membutuhkan sosok seorang Ibu yang mengawasinya dan menyayangi sepanjang hari, disaat Zidan sedang bekerja dan ada orang yang bisa menjaga mereka disaat Zidan sedang pergi ke luar kota, atau bahkan keluar negeri.
Hatinya sangat berdesir ketika mendengar suara gadis yang bersama Vania putrinya. Lemah lembut dan tutur katanya yang menyejukkan, membuat jiwa laki-laki Zidan berontak.
Setelah selesai ritual mandinya, Zidan mulai memejamkan matanya, namun bayangan putrinya yang memeluk seorang wanita, dan memanggil nya bunda, membuat hatinya sedikit bahagia, ternyata masih ada orang yang menyayangi Vania, walau bukan ibu kandungnya.
Perlahan Zidan terlelap, dengan wajah penuh kebahagiaan, dan entah mengapa, Zidan sedikit mengenal suara gadis yang berbicara dengan nya, suaranya yang lemah lembut, mampu membuat hatinya berdebar debat, bahkan bisa membawanya ke dalam mimpi yang indah.
❤️
Pagi ini,setelah mengurus kedua anaknya, Zidan mengajak mereka untuk sarapan, karena setelah sarapan, Zidan akan mengajak kedua putrinya untuk menjemput kakaknya, yang berada di pondok pesantren.
Dengan wajah yang bahagia, Zidan menjalankan mobilnya menuju pondok pesantren, belum sempat memarkir mobilnya, Abah dan Umi, sudah berada di teras rumah, sehingga membuat dirinya canggung untuk memarkir mobilnya.
"Biar disitu saja, nanti kang Sarip yang akan memarkir mobil mu." Ucap Abah pada Zidan.
"Assalamualaikum Abah, Umi, lagi menunggu tamu ya bah?" tanya Zidan pada Abah, seraya mencium kedua orang tua yang sudah di anggap nya sebagai orang tuanya sendiri.
"Iya, menunggu ayah dari nak Vania, katanya mau datang pagi ini." Terang Abah pada Zidan.
"Maaf Abah, Vania anak saya, jadi saya Papanya." ucap Zidan sambil menunduk malu.
"Oalah.... kalau tahu bapaknya kamu, gak perlu ya mi, kita nunggu dia datang, ayok masuk mi" Abah bercanda pada Zidan.
" Abah... jangan gitu dong, masak anaknya datang gak di sambut, saya gak di sambut tidak apa-apa ,setidaknya menyambut kedua putri saya."Zidan membuka pintu mobil belakang, dan menyuruh kedua putrinya untuk bersalaman dengan Abah dan Umi.
Abah dan Umi memeluk cucu-cucunya, yang sering kali mereka tanyakan, disaat Zidan singgah ke pondok pesantren.
"Nama kamu siapa sayang?" Umi memeluk Vika.
"Saya Vika Oma, dan ini adik saya, namanya Zalfa, dek Salim dulu sama Oma." Vika memegang tangan adiknya, dan menyuruh nya mencium punggung tangan umi Nur. Seketika itu umi menangis, melihat nasib ketiga putri anak santri nya, yang selalu patuh dan ta' dhim pada guru dan kedua orangtuanya.
Bahkan pernikahan pertamanya, adalah perjodohan dari kedua belah pihak, dimana sang istri masih memiliki seorang kekasih.
Umi menyuruh mereka masuk, dan membawa Vania yang sedang belajar masak bersama Bundanya.
Namun Vania benar-benar sudah jatuh cinta pada Nadia, bahkan saat ingin menemui Papanya, Vania tidak mau, bila tidak bersama Nadia, dengan terpaksa, Nadia pun pergi ke kamarnya, untuk mengganti pakaiannya, dengan gamis yang lebih rapi, setelah mengganti pakaiannya,Nadia mengantar Vania untuk bertemu dengan papannya.
Betapa terkejutnya Nadia, orang yang di panggil Papa oleh Vania adalah, orang yang sama yang membuat seluruh bajunya terkena lumpur.
Nadia terbelalak, ketika ada dua anak lagi yang wajahnya, hampir mirip dengan laki-laki tersebut.
Sungguh pemandangan yang sulit di artikan, orang yang masih begitu muda, memiliki tiga orang putri yang sangat cantik.
Vania masih menggenggam tangan Nadia, bahkan menyembunyikan wajahnya, di balik punggung Nadia, melihat ini, Nadia sangat mengerti, bahwa Vania butuh perlindungan dari seseorang, disaat dirinya melakukan kesalahan, namun dengan sikap seperti ini, akan menimbulkan rasa tidak bertanggung jawab akan kesalahannya.
Didepan Abah, Umi, Zidan dan kedua adik Vania, Nadia berjongkok, membawa Vania di depannya, dan mensejajarkan tubuhnya dengan Vania, memberikan nasehat, agar Vania meminta maaf, dan menjelaskan masalah yang ada.
"Vania... sekarang minta maaflah pada Papa, semalam Vania sudah berjanji bukan? akan meminta maaf, dan mejelaskan apa yang sebenarnya terjadi." Vania mengangguk. Melihat Vania yang penurut pada Nadia, Abah, umi, dan Zidan pun terkejut.
Vania mendekat pada Papa nya, mencium tangannya, mencium kedua pipi papanya, seraya berkata, "Papa... maafkan kakak, semalam kakak pergi tidak meminta izin pada bi Asiyah, dan tidak memberi kabar pada Papa." sembari memeluk papanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
Zidane Al-rayyan nama yang ku kenang, hehehe, jodoh pilihan Allah
2021-11-22
0
Ibroatul Hasanah
calon bundanya
2021-10-28
0
Junior Robbyansha
jgn di ulang2 tlisannya thoor
2021-01-19
2