Nggak apa-apa Nadia, ini juga sudah jadi tanggung jawab Bu Mina, jadi jangan sungkan, Andai saja anak Bu Mina belum menikah, Nadia akan ku nikahkan sama anak ibu, tapi sayangnya sudah punya anak 2 hahahaha." Bu min mengelus kerudung Nadia.
"Belum jodoh Bu Mina, siapapun jodoh kang Fauzi, semoga Bu Mina ikhlas, kerena semuanya sudah tertulis dan menjadi takdir setiap manusia, betul kan Bu Mina?" tanya Nadia pada Bu Mina.
"Beruntung sekali nanti suami kamu Nadia, semoga nanti kamu mendapatkan suami yang sayang padamu, dan ganteng, kaya, pokoknya beres." kata Bu Mina pada Nadia.
"Bu Mina, kalau yang seperti itu, tapi sudah punya anak 3 bagaimana? apa harus aku terima Bu Mina?"
tanya Nadia pada Bu Mina sekedar bercanda.
"Waduh Nadia, kalau memang jodoh, harus di terima, apalagi anak-anaknya pasti suka sama kamu, orang kamu cantik dan dewasa, dan satu lagi, kamu Sangat menyayangi anak kecil." terang Bu Mina.
Keduanya tertawa bersama, sebenarnya Nadia sedikit mengerti akan kemana arah uminya tadi, yang menanyakan tentang kekasih padanya.
Sehabis sholat isya berjamaah, Abah memanggil Nadia untuk berbincang sebentar. Nadia mengetuk pintu ruang tengah, disana sudah nampak Abah, umi, dan juga Zidan.
"Assalamualaikum..." Nadia mengucap salam, dan berjalan menuju kursi tamu diruang tengah.
"Waalaikum salam..." jawab mereka serempak.
"Sini Nadia, duduk di sebelah Umi." Pinta Umi pada Nadia. Dengan perlahan, Nadia duduk di sebelah Umi.
Abah memulai perbincangan dengan solawat dan surat alfatihah, dan juga sedikit nasehat bagi keduanya. setelah itu, beliau memulai inti dari perbincangan malam ini.
"Nadia, Abah mau tanya, apakah kamu memiliki seorang kekasih?" tanya Abah dengan serius.
"Maaf Abah, Nadia tidak memiliki seorang kekasih." jawab Nadia dengan tegas dan singkat.
"Nadia, kamu tahu sendiri kan, Vania sangat menyayangi kamu, bahkan lebih terbuka kepadamu daripada ayahnya, pertanyaan Abah, apakah kamu menyayangi Vania?" selidik Abah.
"Tentu saja bah, bahkan Nadia Sangat menyayangi mereka, dari dalam hati Nadia." ungkap Nadia penuh kasih yang sangat mendalam.
"Kalau anak-anak ingin selalu bersama kamu, apakah kamu sanggup menyayangi mereka bertiga?" Selidik Umi pada Nadia.
"Selagi Nadia masih bisa membagi dengan tugas di pondok pesantren, tidak ada masalahnya bagi Nadia bah." jawab Nadia dengan lantang namun lembut.
"Kalau kamu menyayangi ketiganya, apakah kamu bisa menyayangi papanya? Tanya Umi lebih intens.
Nadia menatap Abah dan Umi nya, terlihat disana wajah keseriusan, bahkan Umi sudah memegang kedua tangan Nadia.
Nadia hanya menundukkan kepalanya, kalau Nadia diam, berarti Nadia setuju, karena menurut Nadia, apapun keputusan Abah dan Umi, itulah menjadi keputusan Nadia.
" Nadia... pak Zidan datang kemari malam ini ingin meminang kamu menjadi ibu untuk ketiga putrinya, Bagaimna dengan kamu? Beliau memang orang yang sangat sibuk, karena memiliki banyak perusahaan, sehingga membuat dirinya sering berada di luar kota, bahkan luar negri, dirumah kamu hanya akan bersama ketiga putrinya, apa kamu siap untuk merawat dan menjaga mereka?" terang Abah pada Nadia.
Melihat Nadia hanya menunduk dan terdiam, membuat Umi semakin gemas, dengan sikap Nadia.
Abah dan Umi sudah tahu, keputusan Nadia, akhirnya Abah dan Umi pun menerima lamaran Zidan untuk Nadia, besok Zidan akan datang bersama kedua orang tuanya dan juga ketiga putrinya.
Setelah selesai dengan melamar secara pribadi, Zidan meninggalkan pondok pesantren, dan menuju ke Mall, tempat dia memesan cincin untuk melamar Nadia.
Sebenarnya malam ini Zidan ingin membawa ketiga putrinya, namun malam ini kedua orang tua Zidan datang menginap, dan anak-anak dilarang ikut bersama papanya.
Pukul 10 malam Zidan sampai di rumah, hanya ada Ibu dan ayah dari Zidan, yang menunggu kepulangan Zidan. Ayah mencoba berbicara kepada Zidan, tentang rencana besok malam.
"Zid... rencananya apa yang ingin kamu bawa untuk lamaran?" tanya Ayah pada putra satu satunya.
"Zidan ikut sama Ibu saja, Zidan nurut." jawab Zidan penuh hormat pada ayahnya.
"Ya sudah, besok biar Ibu yang belanja saja." ucap Ibu sambil menggoda putranya.
"Sudah berapa tahun puasa Zid?" Tanya ayah sambil tersenyum.
"Apaan si yah, masalah itu kan bisa nanti, yang terpenting sekarang anak-anak bahagia, dan tersenyum, Ayah, karena Zidan sangat sedih melihat anak-anak yang sedih bila melihat anak-anak yang lain di antar atau di jemput ke sekolah." Terang Zidan kepada kedua orangtuanya.
"Betul banget, tadi saja, mereka sangat bahagia, dengan terkabulnya keinginan merek memiliki mami yang baru, semoga saja Nadia bisa menyayangi anak-anak dengan tulus." Ucap umi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Uneh Wee
emang berapa thn puasa nya zid ..kepo hee
2022-10-19
0
Ibroatul Hasanah
jdi mewek 😭😭 ksian
2021-10-28
0
Sulis Aidah
ortu Zidan baik ternyata,,,
nggak kolot
2021-02-09
1