Perlahan Nadia menggandeng tangan Vania, dan menyuruh nya berdiri, berjalan menuju mobil, Umi yang melihat Vania berdiri pun bergegas menyuruh kang Sarip untuk mendekat, belum lima menit mobil sudah berada di pintu utama Mall, dengan hati-hati, Nadia mengajak Vania masuk ke mobil, di dalam mobil, Vania langsung memeluk nadia.
Hari ini jadwal Zidan sangatlah padat, pukul 1 siang tadi dia sudah ada jadwal terbang ke Jakarta, dan pukul 9 malam kembali ke Semarang, sehingga membuat Zidan harus menjaga ketiga putrinya sekaligus bekerja.
Pukul 11 malam Zidan sudah sampai di rumah, disambut oleh kedua putrinya, yang sudah terbangun dari tidurnya, karena mendengar bi Asiyah berlalu meninggalkan mereka berdua.
Karena memang saat Papanya pergi keluar kota, ketiga anaknya akan tidur bersama di kamar si bungsu, yang di temani oleh BI Asiyah.
Zidan sangat terkejut, malam ini Vania tidak menyambut kedatangan sang papa, ada sedikit ketakutan, kemana perginya putri sulungnya, tak di pungkiri rasa khawatir sangat ada di dalam hatinya, setelah mengantar kedua putrinya tidur kembali, Zidan memanggil bi Asiyah untuk masuk ke ruang kerja nya.
"Bi Asiyah, apa kabar anak-anak hari ini,apa saja yang dilakukannya saat saya di Jakarta?" Tanya Zidan dengan hati-hati.
"Maaf tuan anak-anak bermain seperti biasa tuan, tapi..." bi Asiyah berhenti berbicara.
"Tapi... apa bi Asiyah? Selidik Zidan dengan pelan.
"Non Vania keluar dari rumah, dan maaf saya tidak melihatnya, karena yang saya ingat, non Vania masih di kamar waktu bibi tinggal mencuci piring tuan."Jawab bi Asiyah dengan takut.
"Sejak kapan? kenapa tidak menghubungi saya? atau menghubungi polisi?" Ucap Zidan dengan nada lembut, karena tidak mau menyakiti hati pengasuh anaknya,yang sudah dianggap nya ibu bagi Zidan.
"Saya tidak tahu tuan, Bagaimna saya menghubungi polisi, semua nomer yang saya telpon tidak ada satupun yang mengangkatnya, bahkan nomer tuan saya hubungi sejak tadi, tidak tuan angkat." Bi Asiyah mencoba menerangkan keadaan yang sebenarnya.
" Tapi tadi ada orang yang menelpon, katanya non Vania bersama mereka, dari pondok pesantren Al Buchori katanya." imbuh bi Asiyah dengan tegas.
"Bisa beri saya nomernya bi, saya akan memastikan keadaan Vania aman tinggal di mana." Zidan meminta bi Asiyah untuk mengambil handphone miliknya.
❤️
Zidan masuk kedalam kamar tidurnya, dan duduk di sofa kamar, Sebenarnya Zidan ingin segera beristirahat, namun sebelum mendengar kabar putri sulungnya, hati Zidan belumlah tenang.
Zidan mengetik nomer baru, di tekan tombol hijau, terdengar bunyi tuuuut tuuut tuuuut, tak ada jawaban.
Tanpa menunggu lama, Zidan menekan tombol hijau kembali, dan ternyata ada jawaban dari seberang.
"Hallo... Assalamualaikum... maaf mengganggu tidur anda malam ini." terang Zidan kepada seseorang yang ada di sana.
"Waalaikum salam, maaf dengan siapa ya?" tanya Nadia kepada Zidan.
" Saya Zidan, ayah dari anak yang di Mall tadi, apa boleh saya berbicara dengan anak saya, saya hanya ingin memastikan keadaan nya." pinta Zidan pada Nadia.
"Maaf... dek Vania nya sudah tidur, jadi gak bisa bicara, bagaimana kalau video call saja, nanti saja, biar tuan percaya Vania aman sama saya." saran Nadia pada Zidan.
"Baiklah kalau begitu, saya tutup dulu ya." Zidan pun merubah panggilannya menjadi video call, karena Nadia sudah tidak memakai hijabnya, video call tersebut langsung Nadia pindahkan ke wajah putri seseorang yang sedang menelponnya.
Zidan melihat Vania tertidur dengan memeluk lengan seorang perempuan, dan yang Zidan kagetkan saat seorang perempuan tersebut ingin melepaskan tangannya, justru Vania memeluknya lebih erat, dan satu hal yang membuat Zidan tercengang, Vania berkata, " Bunda jangan pergi, Vania mau di peluk sama bunda." Sungguh hati Zidan sangat sakit, malihat putri sulungnya, membutuhkan kasih sayang seorang ibu, bahkan Zidan sangat teringat, bagaimana perjuangan dirinya, untuk membuat kedua putrinya sembuh dari depresi, dan dari kedua putrinya, Vania lah, yang memiliki tingkat depresi lebih dalam, dari adiknya Vika.
Zidan pun berbincang dengan Nadia tanpa melihat Nadia, karena Nadia mengarahkan video call nya hanya pada Vania yang tertidur.
"Maaf sudah merepotkan Anda, dan terimakasih sudah menyayangi putri saya, terimakasih banyak, kalau boleh tahu, di mana saya bisa menjemput putri saya besok? Tanya Zidan.
"Datanglah besok di pondok pesantren Al Buchori, putri anda aman di sini, bahkan Umi sendiri yang membawa Vania kerumah." jawab Nadia dengan tegas. "Maaf tuan, kalau sudah selesai, saya akan menutup telepon dari anda,sudah larut malam nanti Abah sama umi marah, Assalamualaikum." Tanpa menunggu jawaban dari Zidan, Nadia menutup telepon nya.
"Waalaikum salam." Zidan melempar handphone miliknya, dan berlalu menuju kamar mandi, di bawah guyuran air shower, Zidan sungguh melupakan kabahagiaan ketiga putrinya, mungkin dirinya masih merasa trauma, namun ketiga putrinya sangat membutuhkan sosok seorang Ibu yang mengawasinya dan menyayangi sepanjang hari, disaat Zidan sedang bekerja dan ada orang yang bisa menjaga mereka disaat Zidan sedang pergi ke luar kota, atau bahkan keluar negeri.
Hatinya sangat berdesir ketika mendengar suara gadis yang bersama Vania putrinya. Lemah lembut dan tutur katanya yang menyejukkan, membuat jiwa laki-laki Zidan berontak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
sherly
padahal sdh jumpa tp br sadar kalo suaranya lembut
2022-12-20
0
Ibroatul Hasanah
ksian anaknya
2021-10-28
0
Fatimah Atim
lanjuuut semangat thor..
2021-01-04
0