Part 7~

Laki-laki itu kemudian menatap Desi, dengan tatapan yang tak bisa diartikan oleh Desi. "Des, apa kabar?" tanyanya pada Desi dengan suara lembutnya. "Kamu juga apa kabar, Cit?"tanyanya juga pada Citra dengan lembut.

"Kita baik-baik saja"Jawab Citra dan Desi secara bersamaan.

"Kenapa kau menatap Desi seperti itu? apakah kau masih suka padanya? masih sayang padanya?"tanya Citra pada Dito sambil tersenyum menahan tawanya. Desi sendiri merasa tidak nyaman.

Desi mencoba mengatur irama jantung yang entah mengapa berdetak lebih kencang dari biasanya. Dito merupakan rekan kerja mereka, hanya saja mereka berbeda bagian.

Desi dan Citra di tempatkan di staf gudang, mengawasi masuk dan keluarnya barang. Sedqngkan Dito, bisa dibilang dia orang oenting di tempat mereka bekerja. Laki-laki berkulit kuning langsat itu merupakan staf design. Dia yang men-design logo untuk kemudian di bordir pada lembaran kain klien mereka.

"Aku kangen banget sama kalian"kata Dito pada Citra dan Desi.

"Ehem. Kangen siapa nih? Kangen kami berdua atau kangen sang pujaan hati?" tanya Citra dengan senyumannya dan melirik ke arah Desi. Desi yang menyadari itu merasa risih sendiri.

"Oh ya, kamu masih sayang sama Desi? Tapi aku sarankan agar kamu menghapus perasaan kamu itu padanya karena dia sudah ada yang punya."Saran Citra pada Dito. Mendengar itu senyuman yang mengembang dibibirnya tadi perlahan mulai menghilang. Dan dia pura-pura merasa sedih, karena sebenarnya tujuannya menemui Citra dan Desi untuk mengundang mereka. Yah, memang dulu Dito sangat menyukai dan sangat menyayangi Desi. Hingga pada suatu saat ia mengungkapkan perasaannya pada Desi dengan gugup, namun Desi menyuruh Dito untuk menunggunya sampai ia benar-benar siap untuk menerima Dito.

Dan setelah seminggu sejak kejadian itu, Dito di pindah tugaskan ke Semarang. Di Semarang dia bertemu dengan seorang wanita yang membuatnya terpesona, karena hampir sebagian dari sifat wanita itu adalah tipenya. Dan pada akhirnya mereka pun bertunangan di sana. Jadi setelah ia di pindahkan kembali ke Bekasi, ia ingin membicarakan soal pernikahannya kepada rekan kerjanya dan yang paling dekat dengannya yaitu Citra dan Desi.

"Hm, iya aku masih sayang sama Desi. Tapi sekarang kasih sayang ku pada kalian berdua itu sama besarnya. Aku menemui kalian untuk memberitahu bahwa aku akan segera menikah dengan wanita pilihanku. Kalian berdua harus datang ya, awas kalau kalian tidak datang. Dan buat kamu Des, semoga bahagia yah bersama suami kamu."Balas Dito.

Mendengar kata-kata Dito ada sedikit kehangatan di hatinya. Dan ia juga merasa bahagia karena Dito akhirnya menemukan pendamping yang berkenan di hatinya dan jauh lebih baik dari Desi. Tapi mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan Dito membuat raut wajah Desi berubah menjadi datar tanpa ekspresi. Karena pernikahan sudah hancur, pada saat mereka baru menikah.

"Hm, terima kasih doanya. Kamu juga harus bahagia dengan pasangan pilihan kamu. Semoga pernikahanmu langgeng dan kalian sama-sama menua bersama sampai maut memisahkan. Dan juga jadikanlah pernikahan kalian ini, menjadi pernikahan yang berkenan dan hidup di dalam Kristus. Bangunlah cinta, kasih sayang, dan iman sebagai pondasi yang kuat agar rumah tangga kalian selalu harmonis." Pesan Desi pada Dito.

"Iya, Dito. Aku juga ingin mengucapkan hal yang sama dengan yang diucapkan Desi padamu, eh malah keduluan sama dia. Pokoknya semoga pernikahan kalian Langgeng sampai maut memisahkan."Kata Citra.

"AMIN. Terima kasih untuk sarannya. Aku akan mengingat saran kalian berdua." Sahut Dito. "Ya, sudah kalau begitu saya pamit pergi dulu."lanjut Dito dan langsung pamit pergi.

Seperginya Dito, Desi kembali merasa sedih. Citra yang menyadari perubahan sikap Desi, dia langaung merangkul bahu Desi untuk menenangkannya.

"Aku yakin suatu saat nanti, kamu akan menemukan jodoh kamu. Yang sabar ya, Des. Aku doakan semoga semuanya jadi baik-baik aja."jelas Citra menenangkan Desi.

"Aku harap begitu, Cit. Oh ya pulang kerja kita cari kost lagi, ya."pinta Desi.

"Oke. Kamu jangan merasa kesepian ya, aku akan sering-sering kok berkunjung ke kost kamu nantinya."kata Citra.

...****************...

Waktunya seluruh karyawan pulang. Desi dan Citra mereka langsung mencari kostan. Setelah 3 jam berkeliling, Desi akhirnya menemukan kostan yang dekat dengan tempat kerjanya. Rencananya besok sore ia akan pindah ke kostnya. Tak peduli walau Candra dan Melani melarangnya. Karena tekadnya audah bulat.

Ketika ia sampai rumah Candra, ia melihat mobil Candra dan motor Melani telah terparkir rapi di halamn rumah. Desi berjalan santai memasuki rumah karena memang dia membawa kunci sendiri.

Rumah tetlihat sepi. Desi melewati ruang tamu kemudian ruang makan, tak terleihat dua sosok yang juga memghuni rumah itu(Candra dan Melani).

Desi masuk ke kamar dan segera mandi lalu beristirahat, setelah seharian beraktivitas membuat membuat nyeri sekujur badannya. Setelah mandi dia turun ke ruang makan, bermaksud untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan.

"Dari mana saja kau jam segini baru pulang?" Desi menoleh ke arah sumber suara itu.

Tak jau dari tempatnya, Candra berdiri bersidekap menatap Desi tak suka.

"kerja"jawab Desi singkat lalu kembali fokus menuangkan mi rebus ke dalam mangkok karena memang mi rebus yang di masaknya sudah matang.

"tadi aku melihatmu berkeliaran di jalanan,"kata Candra.'jadi, tadi Candra melihatku?'batin Desi.

"Jangan mentang-mentang ada Melani yang mengurus rumah, kau bisa seenaknya pulang malam. Tolong tahu diri sedikit jadi orang."lanjutnya Candra dengan sedikit membentak Desi.

Desi memejamkan matanya mencoba menetralisir hawa panas yang menyusup di dadanya. Marah? Tentu saja, suaminya sendiri yang mengatakan jika dia manusia yang tidak tahu diri.

Desi memutar tubuhnya. Menatap jengkel pada pria yang menatapnya tajam. Auranya memancarkan kemarahan, Tapi sama sekali tak membuat Desi pada pria itu. Dengan sekuat tenaga Desi menahan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Kata-kata Candra kembali menggoreskan luka di hatinya yang memang menganga.

Desi angkat bicara dengan suara bergetar menahan tangis "Iya aku memang orang yang tak tahu diri. Tapi stu hal yang perlu kau ingat Candra, kau tidak pernah menghargai usahaku saat aku mencoba membereskan rumah. Semua yang ku lakukan di matamu selama ini salah. Kau..." Desi tak melanjutkan kata-katanya lagi. Air mata yang sejak tadi dia tahan akhirnya jatuh juga dari pelupuk matanya.

Candra diam seribu bahasa. Candra terdiam mematung dengan raut wajah yang tak bisa di baca oleh Desi.

Desi menyeka air matanya dengan kasar dan berjalan tergesah-gesah ke kamarnya. Dia menangis. Itu terlalu sakit baginya, sangat sakit. Rasa lapar yang tadi menghampirinya sudah lenyap, terganti dengan pedih yang menyayat hati.

Dengan tergesah dan di iringin dengan tangis, Dia memasukkan barang-barangnya ke dalam koper. Dia tak perlu menunggu besok untuk pindah dari rumah Candra, malam itu juga dia keluar dari rumah yang membuatnya terkutuk. Dia merasa sudah cukup Candra menginjak-injak harga dirinya.

Satu koper besar dan satu tas berukuran sedang, dibawanya menuju teras rumah. Candra dan Melani tak terlihat, mungkin keduanya telah beranjak tidur. Deai tak peduli, justru membuatnya tenang karena tak perlu menjawab pertanyaan Melani jika ia muncul.

Terpopuler

Comments

Nurdaidah

Nurdaidah

kalau sy jd desi dr pwrtama dia bawa istri keduanya sdh angkat kaki

2022-05-04

1

Lidia M. Saleh

Lidia M. Saleh

mirip cerita nya melati sm anyelir
cm kalau segi religi nya beda..
kalau melati dan anyelir muslim (karena si anyelir sholat tahajud)tp yg ini beda..
tp umumnya mirip deh

2021-07-06

0

Rina Juwita

Rina Juwita

melani perempuan munafik

2021-06-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!