***********
Keesokan harinya, hari ini adalah hari weekend dimana semua orang libur dari pekerjaannya maupun sekolah. Desi pun langsung beranjak dari ranjangnya menuju kekamar mandi dengan membwa pakaian gantinya. 30 menit kemudian duduk di meja riasnya untuk menyisir rambutnya dan mengikatnya dan berjalan kearah rumah kaca dekat taman. Lalu ia berdiri disana dan menatap kearah taman melalui jendela kaca tersebut, namun tiba-tiba ada yang memanggilnya, dia adalah Melani.
"Desi"panggil Melani
Lalu Desi menoleh kebelakang
dan dia melihat Melani datang ke arahnya dengan penampilan yang cantik.
Dia datang dengan menggunakan gaun kuning.
"Ada apa Mel?"sahut Desi.
"aku mau pergi, ada urusan sebentar. Titip Candra ya Des"Melani.
"Oke"jawab Desi singkat
"Ya sudah. Aku pergi"Melani langsung pergi ke kamarnya mengambil tas mini yang berwarna senada dengan bajunya.
****
Desi pun mengambil novel kesayangannya dan ponselnya di atas nakas yang berada di kamarnya, kemudian dia berjalan ke arah kamar Candra. Ketika ia membuka pintu kamar, ia melihat Candra tengah tidur dwngan pulas di atas ranjangnya. Lalu ia pun pergi dan mendudukkan dirinya ke atas sofa yang berada di pojok kamar. Desi melirik jam yang terpasang di dinding kamar itu dan masih menunjukkan pukul delapan pagi. Sejujurnya Desi ingin pergi sekedar makan di luar untuk menyegarkan pikirannya. Tapi apalah daya, nyatanya keadaan membuatnya harus bertahan di satu ruangan dengan pria yang statusnya sebagai suami Desi namun Candra tak pernah menganggap Desi istrinya. Begitulah yang Desi rasakan selama ini.
Dibukanya ponselnya dan membaca pesan yang baru saja masuk.
Citra :(Des, besok ada meeting jam 7 pagi).
pesan dari Citra rekan kerja Desi sekaligus sahabatnya. Dengan cepat Desi membalasnya, oke.
Desi bekerja sebagai staf gudang di salah satu pabrik garmen, sudah satu tahun dia bekerja disitu. Dan Citra adalah satu-satunya sahabat Desi. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, untuk sekedar nongkrong di kafe atau bergelung di balik selimut saat weekend setelah malamnya mereka menonton bersama secara maraton.
Jam sudah menunjuk pukul sembilan pagi. Dan itu artinya Desi sudah menemani orang tidur selama satu jam. Desi sendiri masih fokus dengan novel yang ia pegang.
Merasa netranya nulai lelah, Dia beralih menatap pekarangan rumah bagian belakang. Di sana terhampar taman mungil di samping kolam renang.
Lalu mengamati sudut taman dimana terdapat gazebo sebagai tempat favoritnya selama di rumah ini. Tempat dimana dia menghabiskan waktu seorang diri. Menangis, tertawa, bahkan tak jarang dia ketiduran disana.
Desi menoleh pada Candra yang sama-samar di lihatnya bergerak kecil. Pria itu menggeliat. Dia lantas membuka matanya perlahan.
"Apa yang bisa ku bantu?"
Candra terlihat memposisikan dirinya bersandar di kepala ranjang. Desi masih diam ditempat mengamati Candra.
"Melani mana?"tanya Candra.
Bahkan untuk menjawab pertanyaan Desi pun dia enggan.
"Belum pulang"
Hening. Desi masih ditempatnya dan Candra entah tengah memikirkan apa, dia hanya menatap langit-langit kamar.
Kali ini Desi membuka ponselnya. Membuka akun IG-nya. Entah mau melihat apa, jarinya hanya menggulir layar dengan gerakan naik-turun dan sesekali bergeser ke kanan maupun ke kiri.
Saat bersama Candra dia mendadak nenjadi wanita pendiam. Lagi pula percuma juga berbicara jika di acuhkan.
Candra menurunkan kakinya dan berdiri secara perlahan.
"Mau kemana?"Tanya Desi.
Candra masih diam. Tapi, langkahnya perlahan menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar itu.
Desi berjalan mendekatinya hendak membantu. Namun, belum juga tangannya menyentuh Candra, dia mwlihat gerakan tangan yang tak ingin dibantu.
Dia diabaikan lagi. Dia mematung di tempat, membiarkannya ke kamar mandi seorang diri.
Desi masih saja berdiri ditempat Candra tadi menolaknya entah apa salah dan dosanya hingga mendapatkan auami macam Candra.
Candra tak kasar terhadap verbal atau fisik. Hanya dia terlalu abai terhadap Desi. Membuat Desi seperti aosok kasat mata di hadapannya.
Candra keluar setelah beberapa menit di dalam kamar mandi. Perlahan melangkahkan kaki menuju ranjangnya. Dia kembali menyandark tubuhnya. Mengabaikan Desi, yang masih memperhatikannya sejak tadi.
"Melani yang memintaku menjagamu" akhirnya Desi angkat bicara setelah diam dari tadi. Mencoba setenang mungkin, menahan gejolak amarah yang mulai merongrong rongga dadanya.
"Aku bisa sendiri"Candra menjawab tanpa melihat Desi.
"Baik"
Desi berbalik menuju sofa. Mengambil ponsel dan novelnya lalu meninggalkan kamar. berjalan ke kamarnya sendiri yang berada teoat di samping kamar milik Candra.
Braaakkk!
Desi menutup pintu dengan kasar seolah ingin memberitahu pada Candra tentang kemarahannya.
Meski Desi tahu, itu percuma. Desi tertidur hingga ia bangun pada pukul 12 siang setelah menahan kemarshannya pada Candra.
Ah, mengingat pria itu membuatnya frustasi. Haruskah dia memberitahukan tentang semua ini pada Ayah dan Bundanya?
Dedi menggelengkan kepalanya. Meyakinkan diri untuk tetap melanjutka yang kata Candra 'pernikahan bodoh' ini. Desi sudah pasrah dengan apa yang dia hadapi di dalam hidupnya sekarang maupun di masa yang akan datang asalkan kedua orang tuanya bisa bahagia. Hidup bukan hanya sekedar membahagiakan diri sendiri bukan?
Desi pun masuk ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Setelah keluar dari kamar mandi, dan langsung keluar kamar bermaksud ingin mengambil air minum.
Baru saja kaki Desi menginjak tangga yang pertama, sebuah pemandangan yang tak mengenakkan menyapa Desi. Candra tengah tiduran di pangkuan Melani, dan Melani membelai rambut Candra dengan lembut.
Desi menghembuskan nafasnya dengan berat dan membuangnya dengan kasar, menyiapkan hati untuk melanjutkan langkah menuju dapur yang harus melewati dua orang yang sedang romantis-romantisan (Candra dan Melani) di ruang tengah.
Melani melihat ke arah Desi begitu Melani menyadari kehadiran Desi. Melani tersenyum ke arah Desi.
"Desi" sapa Melani.
"Sudah pulang Mel?"
"Sudah. Aku beli makanan untukumu, makanlah"
Desi yang masih berdiri di samping sofa melihat sekilas ke arah meja makan yang tak jauh dari situ. Ada bungkusan plastik tergeletak di sana.
"Makasih"Desi.
Tanpa menunggu jawaban dari Melani, Desi melangkahkan kakinya menuju lemari pendingin. Mengambil sebotol air. Meraih gelas di rak lalu menuju meja makan.
Sekilas Desi melihat Candra dan Melani yang saat ini sudah merubah posisi. Candra sekarang duduk bersandar di sofa. Dan baru Desi sadari, selang infus sudah tak terpasang lagi ditangannya Candra.
Mungkin sudah dilepas tadi sewaktu Desi tidur tadi. Desi turut senang karena dia melihat Candra ternyata telah sembuh. Itu artinya Desi akan kembali mendengar suara khasnya Melani di malam hari. Suara yang membuat bulu kuduk Desi merinding (lebih tepatnya suara desahan).
Kalian pasti tahu apa yang dimaksud oleh Desi kan? Yang dimaksud oleh Desi adalah melakukan hubungan intim atau hubungan sex yang biasa dilakukan oleh suami istri pada umumnya.
Desi membuka bungkusan yang berada di atas meja. Ayam goreng kalasan lengkap dengan lalapan dan sambal.
Setelah minum, Desi juga memakan makanan yang diberikan madunya itu.
"Aku mau teh, Sayang" Desi mendengar Adi berbicara.
"Sebentar ya." Melani berdiri dari duduknya, menuju dapur.
Desi diam pura-pura tak mendengar percakapan mereka walau sebenarnya dia mendengar percakapan hangat mereka berdua.
"Des, kamu mau teh juga?" Melani menawari Desi. Desi melihat tangan Melani tengah sibuk memotong lemon. Candra memang suka lemon tea.
"Tidak perlu Mel, sebelumnya makasih untuk tawarannya"tolak Desi.
Hening.
Melani telah selesai membuatkan teh pesanan Candra tadi. Desi sendiri sudah selesai makan dan membuang bungkus nasi itu ke tempat sampah. Kemudian meletakkan kembali botol ke dalam lemari es lalu mencuci tangan dan gelas. Desi kembali melewati 2 orang yang sedari tadi tertawa renyah di dengarnya.
"Ayo kemari Des"ajak Melani meminta Desi bergabung dengannya dan Candra.
Desi melirik Candra sekilas. Pria itu sedang fokus menatap layar yang tengah memutar adegan romantis film TITANIC. Film kesukaan Melani. Entah sudah berapa kali madunya itu menonton film tersebut.
"Aku mau pergi"Desi
"Mau kemana?"tanya Melani
"Menenangkan pikiran"jawab Desi jujur. Desi meninggalkan dua orang itu tanpa menunggu tanggapan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Heni Yuhaeni
masih banyak typo
2023-07-22
1
Lana Bibi
gak apalah cerita nya mirip adi dan Anyelir setidaknya bisa menghilang kan rasa penasaran karena orang ke yg di sebelah gak bisa aku lanjutin 😃
2021-11-29
2
Nha Chikalia Pratama
fix ini ceritanya Adi dan Anyelir ,,,
2021-10-20
1