Part 5~

Tepat pukul tujuh pagi Candra dan Desi sudah bersiap menuju Bogor. Selesai sarapan bersama, Melani mengantar Candra fan Desi ke teras.

"Hati-hati ya"Pesan Melani kepada Candra dan Desi dengan senyum yang tak pernah luput ia tampilkan.

Candra memeluk Melani erat seakan takbingin berpisah dengan istri kesayangannya itu.

Desi hanya menatap jengah mereka berdua yang sedang berpelukan itu.

Melani mengurai pelukan mereka lebih dulu. Mungkin karena melihat Desi yang sudah jenuh melihat kemesraan mereka.

"Kamu juga hati-hati ya di rumah. Kabari aku segera kalau ada apa-apa"pesan Candra kepada Melani masih dengan menggenggam Melani. Melani mengangguk patuh kemudian pandangannya beralih ke Desi. "Des, titip Candra ya."

Desi hanya menjawab Melani dengan malas "Candra tidak akan membutuhkanku ketika dia sedang sakit, lalu bagaimana bisa dia membutuhkanku pada saat dia sudah sehat."

Candra menatap Desi tak suka. Sementara Melani hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

"Candra.... ingat dia juga istrimu" kata Melani. Sedangkan Desi hanya menatap mereka datar.

"Hm" jawab Candra

"Ya sudah sana berangkat, kasihan ibu sudah menunggu."Melani.

Candra dan Desi akhirnya berangkat menuju Bogor tempat di mana Desi lahir dan di besarkan. Desi telah menhubungi bosnya dan meminta izin untuk cuti 2 hari.

Satu jam perjalanan mereka sama-sama terdiam. Desi menyibukkan dirinya dengan ponsel yang berada di genggamannya. Membuka sosmed, membalas pesan dari bosnya dan Citra lalu beralih terjun membuka berita di internet. Sesekali Desi melirik Candra yang fokus ke jalan

"kenapa, aku tampan ya?"kata Candra dengan penuh percaya diri. Dia menatap Desi sekilas lalu kembali fokus ke jalanan. Desi memutar matanya malas dan kembali fokus ke ponselnya untuk membaca berita di internet.

'Cih, dasar narsis. Walaupun dia tampan tapi dia tak punya hati pria sialan. Aku hanya kesal melihatmu. Kenapa kau memaksaku untuk menemui orang tuamu yang sedang sakit. Bahkan kau tak memikirkan aku sedikitpun. Kau anggap apa aku ini, Candra sialan? Apa kau tahu seberapa sakit hatiku kau buat? batin Desi kesal.

"Kenapa diam saja?"tanya Candra

"Tidak papa"balas Desi singkat.

"Kau lapar?"Candra

"Tidak"Desi.

"Nanti... bersikaplah sewajarnya seorang istri."Candra menasehati Desi seolah dirinya tanpa cacat. Lupakah dia, Bagaimana dia memperlakukan Desi selama ini?

"Bukankah kau yang selama ini tidak menganggap keberadaanku?"Desi balik menyerangnya.

"Berhenti menyela saat aku sedang bicara, Desi. Tak bisakah kau mengatakan iya?"Candra

"Tak bisakah kau menganggapku sebagai istri sungguhan? Apa kau tahu rasanya berkali-kali diabaikan? Kau itu egois, Candra. Kau memperlakukan Melani dengan baik. Tapi aku... jangankan meperlakukanku dengan baik bahkan kau

sangat acuh dan dingin padaku dan kita tidak pernah bertegur sapa"Desi.

"Cukup"Bentak Candra lagi.

"Kenapa kau membentakku? Dasar pria tak berperasaan kau. Kau tidak pernah memikirkan perasaanku. Kau hanya memikirkan perasaanmu, Melani dan kedua orangtuamu. Jika saja kau bisa mengahrgaiku hanya sedikit saja, aku dengan sukarela menerima rasa sakit ini. Sekarang aku semakin yakin untuk bercerai darimu."Desi.

"Jangan macam-macam kamu!"Candra

"Sebutkan apa alasan yang tepat untukku mepertahankan pernikahan bodoh ini"Ujar Desi dengan tenang sambil menatap tajam Candra.

"Setidaknya tunggu sampai ibu pulih, Desi!"Candra.

"Baik. Selama aku menunggu, aku akan angkat kaki dari rumahmu. Aku sudah lelah dengan semua drama ini, dan menikmati seluruh keromantisan kalian."kata Desi.

Tak disangka Candra malah tersenyum, lebih tepatnya dengan senyuman mengejek.

"Jadi, kau cemburu?"Candra.

"Untuk apa aku mencemburuimu? Aku hanya ingin lepas dari semua ikatan yang ada di antar kita. Dan aku juga tidak ingin menjadi orang ketiga di antar kalian berdua."Desi.

"Kau tentu tahu apa alasanku kenapa aku seperti ini kan?"Candra

Desi tahu bahwa Candra hanya mencintai Melani.

"Baik. Aku akan segera mengurus surat perceraian kita."Desi.

Lagi, Candra menunjukka senyuman mengejeknya "Lakukan saja sesukamu. Tapi tunggu sampai ibu benar-benar sembuh dan pulih."

Dua setengah jam di perjalanan, Mereka akhirnya sampai di rumah ibunya Candra. Mereka turun dengan membawa barang bawaan mereka.

"Selamat siang Den Candra, Non Desi." Sapa Bi Siti. Bi siti adalah asisten rumah tangga di runah orang tua Candra. Tangannya dengan cekatan mengambil alih barang bawaan mereka. Membawanya masuk ke dalam rumah.

Desi dan Candra bergegas masuk ke dalam kamar ibunya Candra setelah mencuci tangan dan kaki. Terlihat ibu tengah berbaring dengan mata terpejam. Tangan kanannya terdapat selang infus. Di sampingnya Bapak tertidur dengan posisi duduk dengan kepala bersandar di kasur.

"Kenapa tidak di rawat di rumah sakit saja?" Tanya Desi pada Candra.

"Bapak maunya di rawat di rumah"jawab Candra.

Bapak terbangun mendengar kedatangan mereka berdua. Berdiri dari duduknya, ia memeluk Candra dan Desi secatra bergantian sembari tersenyum.

"Nanti. Mau lihat ibu dulu, pak"Desi.

Candra berdiri di samping Bapak lalu mencium kening ibunya lembut. "Maafin Candra, bu. Candra baru sempat ke sini," Lirihnya.

Baru kali ini Desi melihat wajah sedih Candra. Sisi lain dari Candra membuat Desi tersentuh tapi sama sekali tidak mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh Desi untuk berpisah dari Candra.

"Bapak sudah makan?"Tanya Desi.

Bapak menatap Desi sembari tersenyum kecil "Sudah nak."jawab Bapak pelan. "Nak istirahat saja dulu. Nanti kalau ibu bangun, bisa kesini lagi."lanjut Bapak.

Desi mengangguk patuh. Lalu pergi meninggalkan kamar ibu, menuju kamar di mana Bi Siti meletakkan barang bawaan mereka. Tentu saja untuk menjadi kamar tidurnya dan Candra selama dua malam ke depan.Tidak mungkin juga mereka tidur terpisah.

Desi memutuskan untuk tidur. Perjalanan 2,5 jam cukup membuatnya merasa kelelahan. Belum rasanya lama dia terlelap, terdengar pintu di buka oleh seseorang. Enggan rasanya membuka mata, dia lebih memilih melanjutkan tidurnya. Sampai dia merasakan seseorang mengguncang tubuhnya. Dia membuka matanya perlahan dan mendapati wajah yang sangat ia kenal, tepat berada di depan wajahnya.

"Mau apa kamu?" Desi terlonjak kaget. Seketika ia duduk dan menjauh dari Candra.

Candra berdecak masih dengan raut wajah yang tak bersahabat. "Tidur di sofa. Ini ranjangku."

"Cepatlah aku ingin istirahat. Tunggu apa lagi?"usirnya dengan sedikit membentak Desi.

Desi pun langsung beranjak dari ranjang miliknya Candra dan langsung membaringkan tubuhnya di atas sofa.

'Dasar pria tak berperasaan kau Candra. Tak bisa kah kau menghargaiku? Setidaknya sebagai wanita. Ya Tuhan, aku mohon berikanlah aku petunjukmu. Bantulah aku menghadapi segala cobaan ini ya Tuhan. Dasar brengsek kau Candra. Aku semakin yakin untuk menceraikanmu. Kau ingin kita bertingkah layaknya suami istri di hadapan orang tuamu, lalu setelah itu kau mencampakkanku? Baiklah mari kita mainkan permainan ini, setelah itu aku akan mengakhiri hubungan ini. Aku sudah muak dengan semua ini. Untung saja aku tidak pernah mencintaimu brengsek.' batin Desi.

Dan tanpa bisa ditahan lagi, air matanya sudah meluncur dari pelupuk matanya tanpa komando. Dia menangis bukan karena cintanya tak terbalaskan atau bertepuk sebelah tangan, tapi karena semua kejadian yang sedang ia lalui. Candra tak menghargainya, ibu mertuanya sekarat, namun itu tak pernah menggoyahkan keputusannya untuk mengakhiri hubunhan mereka. Seberapa kuat pun dia menahan semuanya tetap saja hatinya sudah hancur.

Terpopuler

Comments

Tri Soen

Tri Soen

Udah lah Desi untuk apa bertahan hidup dengan Candra yg egois ...

2022-11-10

0

Wigia Rosanti

Wigia Rosanti

dasar...tak punya hati, mau dimengerti tpi tak mau mengerti orang lain

2022-03-11

1

Maggie Toth Lim

Maggie Toth Lim

pameran sama bodoh mcm crita d sblh

2021-07-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!