Part 19~

Satu bulan kemudian

.................................................................

Hari itu, adalah hari sidang terakhir Candra dan Desi di pengadilan agama yang berada di Bekasi. Sidang pun di mulai, Candra duduk berdampingan dengan Desi di depan hakim.

Tiga jam sidang berlangsung, dan akhirnya hakim pun sudah membuat keputusan.Keputusan dari sidang terakhir itu adalah talak pun di jatuhkan hakim pada Candra, lalu hakim pun mengetuk palunya sebanyak tiga kali yang artinya sidang di tutup. Setelah itu Candra dan Desi pun menandatangani berkas perceraian mereka.

Orang-orang yang mengahadiri sidang semuanya sudah berpulangan, kini tinggal lah Candra, Desi, Melani, orang tua Candra dan orang tua Desi.

"Bu, aku pamit. Dengar ibu tidak boleh terlalu banyak pikiran nanti darah tinggi ibu kumat. Mungkin ini akan menjadi kata-kata yang terakhir kalinya aku ucapkan buat ibu, karena setelah ini kita tidak akan berjumpa lagi. Tapi aku janji pada ibu dan bapak, aku akan mempertemukan kalian pada cucu kalian, anakku suata saat nanti. Maaf selama ini, Desi belum bisa menjadi menantu yang baik untuk ibu dan bapak, Desi minta maaf atas segala kesalahan yang Desi perbuat selama Desi menjadi menantu kalian, dan Desi berterima kasih kepada kalian karena kalian mau menerima Desi dengan tulus di keluarga kalian dan sudah menjadi mertua buat Desi. Terima kasih karena sudah pernah menjadikanku bagian dari keluarga kalian."ucap Desi pada Bapak dan Bu siska seraya pamit pada mereka dengan berlinang air mata. Bu Siska geleng-geleng kepala dengan air matanya yang sudah menetes di pipinya, mulutnya bungkam, lidahnya seakan kelu untuk berkata lagi dan dia pun langsung menarik Desi ke dalam pelukannya dan memeluknya dengan erat. Lalu dia pun angkat bicara di sela-sela tangisnya.

"Ibu minta maaf karena selama ini kamu selalu menderita akibat perlakuan anak saya pada kamu. Ibu punya satu permintaan pada kamu. Permintaan ibu adalah, tolong jaga, rawat, dan didiklah cucu kami dengan baik. Doa bapak dan ibu selalu menyertaimu dan anakmu."Kata ibu pada Desi dan seketika itu pula tangis Desi pun pecah. Bapak, Ayah dan Bu Maria yang melihat itu pun menjadi ikutan menangis. Lama mereka berpelukan dan menangis, Desi pun melepas pelukannya dari mantan ibu mertuanya itu dan menghapus air mata yang jatuh dari pelupuk mata ibunya Candra dan dia pun tersenyum dengan tulus pada orang tua Candra walaupun dadanya merasa sesak.

"Nak, berpamitan lah pada Candra dan Melani baru kamu kami bawa pulang ke Bogor. Ibu pernah mengajari kamu kan, walau seburuk apapun orang itu, sopan santun, menghormati dan menghargai itu harus tetap kamu terapkan."pinta Bu Maria seraya menasehati Desi. Dan Desi pun mengangguki perkataan ibunya. Desi menghapus sisa air matanya tadi, lalu dia berjalan ke arah Candra dan Melani.

"Mel, aku pamit. Jaga dirimu baik-baik dan jagalah kesehatanmu. Aku senang bisa mengenalmu kau adalah orang yang baik. Dan kau jangan pernah berkecil hati hanya karena perkataan orang tuaku dan perkataan orang tua Candra karena di balik perkataan mereka ada tersirat sebuah amanat dan nasehat"kata Desi pada Melani sambil merangkul Melani dengan senyuman lembutnya. Melani yang mendapat perlakuan baik dari Desi, dia pun langsung memeluk Desi dan tangisannya pun pecah, dia juga tidak lupa mengucapkan kata-kata maaf berulang kali. Setelah beberapa saat, Desi pun melepas pelukannya dari Melani dan menghapus air mata dari pipi Melani. Dia pun beralih ke depan Candra.

"Candra, satu pintaku padamu, jangan pernah kau sakiti hati Melani,, cukup hanya aku saja yang kau sakiti jangan lagi kau mengulanginya. Aku minta maaf padamu karena selama ini aku belum bisa menjadi istri yang baik bagimu. Kau tenang saja , aku akan merawat dan mendidik anak kita dengan baik. Aku pamit, dan selamat menjalani kehidupan masing-masing." Kata Desi seraya berpamitan kepada Candra dan menepuk bahu Candra dengan senyuman tulusnya, lalu dia pun berjalan meninggalkan Candra dan Melani. Namun, baru beberapa langkah Desi melangkahkan kakinya, tangannya sudah di tarik Candra dan membawa Desi ke dalam dekapannya. Candra mendekap Desi dengan sangat erat bahkan Desi baru pertama kalinya merasakan pelukan hangat dari Candra dan Desi pun membalas pelukan Candra. Desi yang berada dalam dekapan Candra tidak merasakan apapun seperti jantung berdebar, dia merasa biasa saja, dia juga tidak menangis seakan air matanya sudah kering.

Sedangkan Candra yang mendekap Desi, dia meneteskan air matanya untuk pertama kalinya, dadanya sesak, hatinya sakit, dia merasakan ketenangan dan kenyamanan yang sempurna yang selama ini tidak pernah dia dapatkan. Candra memejamkan matanya sambil meneteskan air mata menikmati momen tersebut

Candra selalu mendekap Desi dengan erat seakan-akan dia tidak rela untuk melepaskan Desi dari genggamannya. Hatinya tidak siap menerima itu. Nasi sudah jadi bubur, dia gagal mempertahankan Desi untuk tetap di sisinya, tapi semua usahanya itu tidak akan berguna lagi.

Desi pun melerai pelukan itu dan dia menghapus air mata Candra yang mengalir di pipinya, lalu Desi pun berjalan ke arah ayah dan ibunya.

Desi dan kedua orang tuanya pun berpamitan kepada keluarga Candra untuk pulang dan mereka pun langsung masuk ke dalam mobil lalu menjalankannya menuju Bogor meninggalkan keluarga Candra yang masih berada di pengadilan.

Di Pengadilan..................

"Dengarlah Candra, suatu saat nanti kau akan menyesal karena telah melepaskan Desi dan suatu saat nanti kau akan membutuhkan Desi. Kau jagalah istrimu dengan baik jangan pernah kau sakiti hatinya. Kami pergi dulu."kata Bapak pada Candra dengan dingin seraya pamit, lalu mereka meninggalkan Candra yang mematung dan Melani di sana.

bukan suatu saat nanti ataupun suatu hari nanti aku akan menyesal. Karena sejak detik ini aku merasa sangat menyesal, sangat menyesal melepaskannya. Hatiku merasa sakit seolah aku tak bisa melepaskannya. Kalau aku ingin kembali bersama Desi, itu artinya aku harus melepaskan Melani orang yang sangat aku cintai. Ya Tuhan lindungilah anak hamba dan juga ibunya di mana pun mereka berada, jangan biarkan mereka melangkah sendirian temanilah mereka di setiap langkah mereka. Desi, maafkan akau karena aku banyak salah padamu. Karena keegoisanku, aku kehilangan anakku. Mungkin kesalahanku tak mampu termaafkan. Ayah harap kamu dan ibumu bahagia."batin Candra dan Candra kembali meneteskan air matanya.

Candra pun mengajak Melani pulang. Mereka pun masuk ke dalam mobil mereka. Candra pun mengendarai mobilnya keluar dari pengadilan menuju rumah mereka, selama perjalanan mobil itu tampak sunyi mereka berdua hanya diam saja, tak ada yang memulai pembicaraan seperti biasanya, mereka berdua sibuk dengan pikiran mereka masing. Mereka berdua sama-sama merasakan penyesalan yang mendalam.

Sesampainya di rumah, mereka pun masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar mereka.

Mereka pun membersihkan diri mereka. Selesai bersih-bersih, mereka duduk di tepi ranjang dengan jarak yang berjauhan. Mereka duduk termenung, dengan wajah datar dan tatapan yang kosong. Ntah apa yang mereka pikirkan, hanya mereka dan Tuhanlah yang tahu.

Terpopuler

Comments

Ira Humaira Ariestie

Ira Humaira Ariestie

kok talak, kan mrreka beragama kristen?

2022-04-05

1

Alzena Bilqis

Alzena Bilqis

aku mau tanya,ini sebenarnya agamanya apa ya?desi kan pakai hijab,sampai gak mau dilepas,ada poligami juga,sholat juga,tp kok jadi kristen,anaknya desi juga diberi namanya kayak gitu,,jadi bingung sendiri

2021-11-15

1

Jamal Udin

Jamal Udin

sedih...
mencintai tak harus memiliki....
terbawa dalam suasana....

2021-10-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!