Part 4~

Masih bisa Desi mendengar bahwa Candra berencana ingin memiliki anak bersama Melani.

"Sayang aku ingin sekali memiliki anak bersamamu"Candra

"Anak? Mau berapa?"tanya Melani

"Aku ingin kita punya anak 5"jawab Candra

Tanpa bisa Desi cegah ada yang berdenyut nyeri di dalam sana.

...****************...

Citra dan Desi tidak sengaja bertemu pada saat Desi sedang mencari novel yang menurutnya menarik.

Lalu mereka pun pergi ke kafe yang berada di dekat situ kemudian mereka duduk di salah satu meja yang kosong di kafe itu.

Awalnya Desi berfikir bahwa ia akan duduk sendiri di kafe itu berteman dengan novel dan hujan yang masih intens menyapa bumi.

Tapi Tuhan mengirimkannya seseorang yaitu Citra si gadis yang memiliki suara lembut.

"Bang Andre melamar aku kemarin Des"kata Citra yang mengatkannya dengan wajah berbinar. Desi pun tak kalah senang mendengarnya.

"Syukurlah"respon Desi antusias

"

"Kelihatannya dia orang yang tanggung jawab"tambah Desi lagi.

"Semoga"Kata Citra. Desi menggenggam tangan Citra erat. Desi berusaha meyakinkan Citra tentang pilihannya sendiri. Jika Andre memang benar-benar berbeda dari yang lain, atau dalam arti kata jauh lebih baik daripada Candra.

"Masih mau bertahan?"tiba-tiba Citra bertanya pada Desi tentang pernikahan Desi. Citra tahu semuanya tentang pernikahan Desi, karena Desi selalu apapun pada Citra.

"Apa ada pilihan lain? Apa aku boleh egois, Cit?"ada rasa keputusasaan di ucapan Desi. Citra menghebuskan nafasnya pelan"Terkadang memikirkan perasaan sendiri itu perlu, Des. Kamu berhak bahagia."ujar Citra.

"Dengan mengorbankan perasaan orang tuaku?" tanya Desi. Dikampung Desi perceraian adalah aib. Desi tentu tak ingin mengotori wajah orang tuanya.

"Mereka pasti akan mengerti. Bicaralah dengan orang tuamu. Jangan pikul beban ini sendiri, Des"ujar Citra. Desi mengerti bahwa Citra menginginkannya bahagia.

Sore itu Desi pulang kerumahnya d3ngan ucapan Citra yang masih terngiang-ngiang di kepalanya. Hingga malam Desi selalu memaksa matanya terpejam.

*******

Hari-hari berikutnya masih sama. Desi sibuk bekerja dan Melani pun sama. Madunya itu bekerja di sebuah bank swasta. Sedangkan Candra sudah dua hari ini, suami mereka kerja di Bogor. Mengawasi cabang baru cafenya.

Kalu untuk itu Desi cukup senang. Sejauh ini Candra selalu memberi Desi nafkah lahir secara cukup. Itu salah satu alasan Desi masih bertahan disisi Candra.

"Nati sore Candra pulang"ucap Melani memberitahu Desi. Desi dan Melani sedang sarapan bersama. Pada saat itu jam masih menunjukkan pukul 06.30 pagi.

Dedi melihat Melani sekilas lalu kembali fokus pada nasi goreng di hadapannya.

"Aku mungkin akan pulang malam." Desi lebih memilih tidak menanggapi ucapan Melani tentang kepulang Candra.

Buat Desi itu bukan sesuatu yang perlu atensi lebih, karena seperti yang sudah-sudah, Candrs hanya akan membelikan buah tangan untuk Melani.

"Mau kemana?"Melani menatap Desi penasaran.

"Ada perlu" jawab Desi singkat.

"Hati-hati saja kalau begitu."Desi melihat Melani berkata sembari tersenyum.

Sejujurnya Desi sangat benci saat Melani memperlakukannya dengan baik seperti itu. Tidakkah Melani ingin memiliki Candra seutuhnya dan menyingkirkan Desi?

Wanita itu selalu bersikap baik. Meski Desi secara sadar sering berkata dingin pada Melani.

****

Desi memarkirkan motornya di rumah Candra tepat pada saat jam menunjukkan pukul sepuluh malam.

Srpulang kerja Dedi menemani Citra berbelanja keperluan pernikahannya. Semua atas permintaan Andre. Dan Desi dengan senang hati melakukannya. Jadilah, hingga malam Desi baeu tiba di rumah.

"Dari mana?" suara berat itu menyapa Desi tepat saat Desi akan memasuki pintu kamar.

"Pergi denagn Citra."jawab Desi.

"Sampai malam begini?"tanya Candra lagi.

Desi menatap Candra heran dan Desi mengerutkan dahinya. Tumben sekali Candra menanyainya seperti itu. Karena biasanya Candra hanya cuek dan mengabaikannya saja.

"Iya"balas Desi dan membalikkan badannya bersiap untuk masuk, saat detik ucapan Candra menahan laju kakinya Desi.

"Aku bekum selesai bicara"kata Candra. Lalu Desi pun menoleh, menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Besok kita pulang ke Bogor. Ibu sedang sakit"kata Candra pada Desi. Ibu yang dimaksud Candra Adalah ibu mertuanya Dedi atau ibunya Candra.

"Sakit apa?"tanya Desi.

"Darah tingginya kumat"jawab Candra dengan pelan.

"Besok kita berangkat pagi. Jadi siapkan barang-barangmu malam ini juga"ujar Candra memerintah Desi.

"Melani juga ikut?"tanya Desi. Meski ragu akhirnya Desi melontarkan pertanyaan itu juga dari mulutnya.

Candra menatap Desi tajam."Apa perlu aku jawab?"

"Aku hanya memastikan saja. Karena setahuku istrimu itu dia bukan aku. Aku disini bukan siapa-siapa."balas Desi dengan tenang walau terasa sangat sakit saat mengucapkan kata-kata itu. Desi mengucapkan apa yang selama ini mengganjal di hatinya sehingga Desi merasa ada agak kelonggaran dihatinya.

Candra terdiam. Mereka berdua saling melempar tatapan tajam satu sama lain.

"Aku akan pulang ke rumah ibuku. Sudah saatnya mereka tahu tentang semua ini."Kata Desi dengan tenang dan penuh keyakinan.

"Jangan bertingkah kau. Ibuku sedang sekarat, apa kau ingin melihatnya meregang nyawa?"kilat amarah tergambar jelas di wajahnya Candra.

"Dan kau ingin melihatku mati perlahan karena terus menerus tidak dianggap itri olehmu, begitukah maksudmu?"balas Desi yang sudah mulai tersulut emosi.

Candra terdiam. Tatapan tajam Candra perlahan mulai memudar meski dinginnya masih tetap sama.

"Kenapa diam?"Desi

"Kamu ingin aku menganggapmu istri?"kata Candra dengan senyuman menyeringainya. Senyuman yang menurut Desi menyeramkan.

"Apa maksudmu?"tanya Desi.

Candra mendorong Desi masuk ke kamar. Masih dengan seringainya ia mengunci pintu dengan perlahan.

"Kamu memaksaku melakukan ini"kata Candra.

Dedi berdiri mematung tak jauh dari Candra, hingga pria itu berjalan mendekat. Menarik tubuh Desi hingga menempel ke tubuhnya. Otak Desi mendadak buntu tanpa berusaha mencegah saat Candra kemudian menempelkan bibirnya di bibir Desi dengan kasar.

Desi mengerjap beberapa kali tak percaya akan apa yang sedang di perbuat Candra kepadanya saat ini. Lalu tangan Candra menyelusup masuk ke dalam baju Desi dan kini meraba dadanya membuatnya tersadar akan apa yang sedang terjadi.

Mendadak Desi menjadi takut, Candra mengambil haknya secara paksa. Meski selama ini Desi memimpikannya, tapi jelas saat ini Desi tak rela karena Desi tahu Candra sedang emosi. Desi ingin mereka melakukannya atas dasar cinta.

Desi mendorongnya sekuat tenaga, meski hal itu tak membuat Candra menjauh dari Desi. "Mmmmmpppphhhhhh..." Desi ingin bicara di tengah ciuman kasar Candra. Tapi yang Desi dengar justru suaranya mirip dengan suara-suara Melani di malam hari.

Desi mencoba menghalangi gerakan tangan Candra yang semakin bergerilya liar. Kancing kemeja Desi bagian atas sudah terlepas. Kini tangan Candra benar-benar menyentuh tubuh Desi. Tidak ada respon ataupun penolakan dari tubuh Desi.

Candra mendorongnya je atas ranjang dengan posisi bibir mereka berdua masih bertautan. Dia merasakan kini tangan Candra sudah sampai ke perutnya, semakin ke bawah mencari kancing celana bahannya Desi.

Tangan Desi seketika mencoba menghentikannya, namun gagal. Candra berhasil membukanya dan menurunkannya hingga sebatas paha Desi. Dia mencoba menghentikan aksi Cnadra dengan cara menarik rambutnya Candra keras. Berhasil. Candra melepaskan ciumannya. Mereka saling menatap. Desi melihat gairah telah mengurung Candra.

Desi menggeleng pelan. Mata Desi telah basah menahan air mata yang ingin segera keluar. Candra memejamkan matanya. Lalu bangkit dari atas tubuh Desi dan duduk di bawah kaki Desi. Seketika perasaan lega menhampiri Desi. Dia mengikuti Candra duduk dan meraih selimut untuk menutupi tubuhnya yang terbuka karena ulah Candra.

"Aku tidak ingin kau melakukannya karena emosi. Terlebih lagi tanpa cinta."lirih Desi.

Candra menatapnya sekilas lalu meremas rambutnya sendiri dengan kasar.

"

Karena jika sampai aku mengandung anakmu dan kau belum mencintaiku, itu hanya akan membuatku semakin menderita"lanjut Desi.

"Kau mau aku bagaimana?"tanya Candra.

"Tanyakan itu ke hatimu seberapa penting aku di hidup kamu"balas Desi.

Terpopuler

Comments

Tri Soen

Tri Soen

Jangan sampai Candra merenggut mahkota berharga nya Desi ya thor....

2022-11-10

1

Isnanun

Isnanun

ini cerita mirip adi dan anyelir tapi namanya yg beda bukan kah bugitu author

2021-11-13

1

Ema Wizydwi

Ema Wizydwi

plagiat yuk laporin

2021-10-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!