Setelah selesai curhat dengan Alvin, mereka berdua kembali ke perkemahan untuk tidur karena semakin malam, semakin berbahaya juga Hutan Batavia.
Sementara Keluarga Hiro dan Keluarga Tasya baru saja selesai makan bersama, dan Hiro meminta untuk Tasya agar jalan berduaan dengannya sendiri.
Mereka berdua keluar dari Restoran itu, sementara Kurt juga keluar untuk terus memantau Hiro jika dia macam macam terhadap Tasya.
Tasya dibawa oleh Hiro di sebuah tempat yang sangat sepi, sampai tidak ada satupun orang disitu. Tapi untung saja Kurt terus mengikuti mereka berdua.
"Kenapa bocah busuk itu, membawa Tasya kemari?" gumam Kurt dengan rasa curiga, Kurt mengumpat diantara pohon.
"Hiro, kenapa kau membawaku kesini?" tanya Tasya dan merasa curiga dengan kelakuan Hiro.
"Ini adalah tempat yang cocok untuk kita." ucap Hiro dengan perasaan senang.
"Hey, ingat kau jangan macam macam denganku bisa saja aku teriak."
"Silahkan saja." ucap Hiro dengan santainya dan akan memeluk Tasya.
"Heh apa yang kau lakukan!" teriak Tasya dengan ketakutan.
Melihat itu, Kurt melemparkan sebuah batu besar ke arah Hiro hingga dia kesakitan.
"Aw, woy siapa yang melakukan ini!?" teriak Hiro, marah karena ada seseorang yang melemparkannya dengan batu.
Dari arah belakang, Kurt berlari dan menendang Hiro hingga Hiro jatuh.
"Dasar!!!, siapa kau." ucapnya ke Kurt dengan sangat marah.
"Hey, kau jadi laki laki jangan keterlaluan terhadap perempuan." ucap Kurt dengan santainya.
"Untuk apa!?, dia itu calon istriku aku berhak melakukan apapun!"
Tanpa basa basi, Kurt menendang kepala Hiro hingga dia terpental. Tidak sampai disitu, saat Hiro terbaring dengan lemas, Kurt menginjak kepalanya itu dengan beberapa kali injakan.
"Kau pikir aku punya belas kasihan untuk orang sepertimu hah!!!" ucap Kurt, terus menginjak kepala Hiro hingga babak belur.
Tidak sampai disitu, Kurt memegang erat kerah bajunya, mengangkatnya dan melemparkan Kurt ke sebuah pohon dengan sangat keras.
"Aaaa!!!!." teriak Hiro kesakitan karena ditabrakkan dengan sebuah pohon.
"Si si siapa kau hah?" tanya Hiro, menahan sakit dan tubuhnya babak belur.
Saat Hiro bersandar di pohon, Kurt mendekat dan menendang muka Hiro hingga terbentur ke pohon dengan sangat keras. Kurt terus menahan kakinya di muka Hiro.
Bisa jadi, ini adalah pelampiasannya saat dia tidak bisa mengalahkan Alvin. Yang terakhir kalinya, Kurt menendang perut Hiro dengan sangat keras, hingga Hiro pingsan dan pakaiannya penuh dengan darah karena darah yang keluar dari mulut dan hidungnya.Setelah Hiro pingsan, Kurt mendekati Tasya.
"Heh siapa kau?" tanya Tasya, takut dan waspada dengan Kurt.
"Nona, sebaiknya kau pergi dari sini, ini aku ada sebuah surat dari Alvin untuk diberikan kepadamu." ucap Kurt terus terang.
"A-apa!?, dari Alvin?"
"Iya, ini terimalah jika begitu aku pergi dulu." Kurt pergi meninggalkan Tasya dan Hiro yang babak belur.
Karena merasa takut, Tasya dengan terpaksa pulang ke rumah dan meninggalkan Hiro yang sedang pingsan sendirian.
Tapi, karena Tasya masih mempunyai hati peduli, dia menelepon Ayah Hiro jika Hiro baru dikeroyok oleh gerombolan preman. Tasya terpaksa berbohong agar Alvin tidak terkena masalah juga.
Pagi hari pun tiba, Hutan Batavia pada pagi hari sangatlah dingin. Alvin, Clara, dan Vettel bangun pagi. Mereka hanya sarapan dengan buah buahan yang mereka dapat dari pohon pohon di hutan itu.
"Pagi ini sangat dingin." ucap Clara, merinding karena suhu dingin di Hutan Batavia pada pagi hari.
"Bertahanlah sebentar lagi, kita akan berangkat setelah makan." ucap Alvin sambil memakan buah buahan.
Di dalam Hutan Batavia banyak sekali kabut, yang menandakan itu adalah kabut dingin, dan banyak sekali embun embun di daun. Karena api unggun nya mati, Clara kedinginan.
Setelah selesai sarapan, mereka berangkat kembali menuju Desa Gaia yang berada di bawah pegunungan ini. Mereka bertiga harus turun dari jurang itu dikarenakan, Desa Gaia adalah desa yang diblokir dengan pegunungan yang melingkari desa tersebut.
Dengan kata lain mereka harus menaiki pegunungan tersebut dan turun dari tebing untuk bisa menuju Desa Gaia. Mereka turun dari tebing jurang dengan hati hati, karena bisa saja bebatuan jatuh menimpa mereka.
Mereka turun, langkah demi langkah. Tiba tiba sebuah batu besar jatuh dan akan menimpa Clara. Vettel langsung melempar pedangnya ke arah batu besar itu hingga terbelah jadi dua bagian.
Salah satu bagian batu itu jatuh ke bawah, tapi tidak dengan satunya yang akan menimpa Clara.
"Aaaa!!!" teriak Clara, melihat puing batu besar yang akan menimpanya.
Vettel berlari ke arah Clara dan terjun bersama Clara ke dasar tebing itu.
"Heh!, Vettel apa kau sudah gila!, menerjunkan aku dan kau juga ikut itu juga ikut terjun!"
Alvin langsung menjemput mereka dengan cara terjun juga, karena puing batu besar tadi masih ada yang tersisa karena bertabrakan dengan jalan yang dilalui mereka bertiga.
Vettel memeluk erat Clara agar tidak lepas dari jangkauannya, tapi Clara justru salah paham.
"Heh apa yang kau lakukan!?, main peluk peluk saja, lepaskan aku!"
"Jika aku melepaskan kau, bisa bisa nanti kau akan terluka parah!"
Sementara Alvin sedang menyesuaikan dirinya di dinding tebing agar dia bisa lari di dinding tebing. Mereka bertiga hampir mencapai dasar tebing, Alvin pun berlari dengan sangat cepat di dinding tebing itu.
"Hey Vettel!, ulurkan tanganmu!" teriak Alvin dengan sangat keras, dan jantungnya berdebar debar karena ini antara hidup dan mati.
Alvin berhasil menangkap tangan Vettel, dia lalu memanggil Pedang Masamune nya dan menusukkannya di dinding tebing itu hingga sangat dalam.
Alvin harus mengorbankan tangan kanannya untuk memegang erat pedangnya agar mereka tidak terjatuh.
"I-ini masih sangat tinggi, bagaimana kita bisa turun." ucap Clara dengan ketakutan akan ketinggian.
Karena merasa takut, Clara memeluk erat Vettel hingga Vettel sesak nafas. Tidak ada pilihan lain, Alvin melepaskan tusukan pedangnya dan mereka harus terjun lagi, sementara Alvin harus berlari di dinding tebing dengan sangat cepat.
"Apakah aku akan mati!?" teriak Alvin dengan sangat keras.
Saat hendak menyentuh tanah sekitar jarak 4 meter dari tanah, Alvin langsung menancapkan pedangnya lagi di dinding tebing itu.
"Inilah saatnya, Vettel ulurkan tanganmu." ucap Alvin, dan akhirnya berhasil memegang tangan Vettel.
Alvin menancapkan pedangnya lagi, dan sepertinya tangan kanan Alvin terkilir.
"Sepertinya kita akan jatuh." ucap Alvin dan ketakutan.
Vettel lalu melepaskan pegangan tangannya dengan Alvin dan mendarat dengan selamat, sementara Alvin harus mengorbankan tangan kanannya.
Setelah kejadian terjun dari tebing tanpa pengamanan, dan harus bertaruh dengan nyawa itu akhirnya mereka bertiga bisa menarik nafas lega.
"Aduh duh duh." Alvin kesakitan karena tangan kanannya terkilir.
Tanpa mengucapkan terima kasih, Clara langsung menghampiri Alvin tanpa memperdulikan Vettel sama sekali.
"Alvin, apa kau baik baik saja." Clara dengan rasa khawatir terhadap Alvin, mengecek tangan Alvin yang terluka.
"Aku tidak apa apa Clara, hanya terkilir." ucap Alvin, dan senyum ke Clara.
Sementara Vettel harus terbaring lemas, setelah dia menyelamatkan Clara, walaupun yang menyelamatkan mereka adalah Alvin yang dengan berani mengorbankan tangan kanannya itu.
"Oh untung saja tidak apa apa, sini aku perban aku akan mengambilnya di tasku." Clara mengambil perban di tasnya, dan memperbankan tangan Alvin yang terkilir.
"Sudah, bagaimana, sudah lebih baik kan?" tanya Clara, sambil memegang tangan kanan Alvin yang diperban itu.
"Iya makasih Clara, oh ya bagaimana dengan Vettel?" Alvin pun menghampiri Vettel yang terbaring di tanah.
"Vettel, apa kau baik baik saja?"
"Yah tidak apa apa , aku hanya pusing setelah terjun dari tebing tadi." ucapnya terus terang, mata Vettel terus melihat ke atas.
Setelah kejadian itu, mereka melihat sekitar bahwa mereka mendarat di sebuah Padang rumput. Vettel pun bangun setelah baikan dari pusingnya itu, dan memberitahukan sesuatu.
"Kita tinggal jalan beberapa kilometer ke utara, nanti akan ada desa yang dipagari dengan tembok, dari batang pohon yang besar." ucap Vettel terus terang.
"Baiklah kita harus masuk ke dalam hutan lagi lihat disana, hutan telah menanti kita." Alvin menunjuk ke arah Hutan itu.
"Hutan Batavia adalah hutan terlebat di Indonesia, bahkan menempati posisi ke Sepuluh sebagai hutan terlebat dan terliar di dunia."
"Heh pantas saja."
Mereka pun berjalan ke arah utara dari tebing itu. Tangan kanan Alvin, masih saja sakit karena kejadian yang menegangkan itu.
"Alvin apa tangan kananmu masih baik baik saja?" Clara khawatir dengan keadaan Alvin, bisa bisa dia patah tulang.
"Sudah tidak apa apa Clara, makasih yah."
Karena merasa risih, Vettel memberitahukan semuanya tentang kejadian buruk selama ini yang menimpa mereka.
"Bagaimana bisa baik baik saja!?, kau lihat Clara selama perjalanan ini kau selalu saja buat masalah!"
Clara terkejut apa yang Vettel katakan padanya.
"Pertama kau sudah meninggalkan beberapa barang!, kedua kau mencari masalah denganku!, ketiga kau telah merepotkan aku karena batu batu itu!, andaikan saja kau lebih cepat menghindar pasti Alvin tidak akan seperti itu tangannya dan kepalaku juga tidak akan sakit karena ocehanmu itu!" Vettel merasa sangat marah dengan Clara apa yang sudah Clara perbuat.
"Vettel, kau mungkin terlalu berlebihan." ucap Alvin dengan suara pelan.
"Apanya yang berlebihan!?, itu memang fakta, dia terus menjadi beban dalam misi ini!"
Mendengar perkataan Vettel, Clara menangis dan lari ke utara menuju desa itu sendirian.
"Hiks hiks hiks."
"Clara, tunggu!" Alvin mengejar Clara yang menangis.
Tiba tiba dari arah Desa Gaia, seekor monster yang berciri ciri-kan antara lain yaitu, mempunyai kepala seperti kerbau, memilki sayap, memiliki kedua tangan dan kaki, tubuhnya dilapisi kulit layaknya hewan mamalia, itulah Gargoyle sebuah monster yang dikenal memakan daging hewan ataupun manusia.
Mereka mempunyai cakar yang panjang dan tajam untuk membawa dan mencakar mangsanya.
"Clara awas!, ada Gargoyle di depanmu!" teriak Alvin, memperingatkan Clara jika ada monster Gargoyle di depannya.
Clara tidak mendengar teriakan Alvin. Tiba tiba dari langit, Gargoyle itu menerkam Clara dan membawanya keatas langit. Clara pun berteriak ketakutan.
"Tolong!, tolong aku Alvin!" teriak Clara ketakutan di atas langit.
Dengan cepat, Alvin melemparkan pedangnya ke arah Gargoyle hingga Gargoyle itu melepaskan Clara dari terkaman-nya.
Clara pun jatuh, tiba tiba Gargoyle lain menangkap Clara dan membawanya terbang ke langit bahkan lebih tinggi.
"Sial!, mengapa mereka harus ada lagi sih!?"
Tiba tiba Vettel berlari dengan sangat cepat dan melemparkan pedangnya seperti shuriken hingga menusuk ke dada yang membawa Clara.
Gargoyle itu tewas di langit, Clara pun terjatuh kembali. Dengan cepat Vettel bersiap menangkap Clara yang akan terjatuh. Akan tetapi lagi lagi Gargoyle yang satunya itu membawa Clara lagi, Vettel berhasil memegang kaki Clara dan mereka berdua dibawa terbang oleh Gargoyle itu.
Alvin hanya bisa terus berlari dan berlari, hingga dia menemukan pedang milik Vettel dan melemparkannya ke Vettel.
"Vettel!, ambillah!" melemparkan pedang itu ke Vettel.
Vettel berhasil menangkap pedang itu, dan menebas kaki Gargoyle itu hingga darahnya bercucuran kemana mana. Vettel dan Clara terjatuh, sementara Gargoyle itu masih bisa bertahan dan membawa Clara kembali dengan satu kakinya.
Clara dibawa terbang lagi sementara Vettel sudah lepas dari pegangan kakinya Clara. Vettel terjatuh dengan posisi berbaring, Alvin datang dan menyuruhnya untuk mengejar Clara yang sedang dibawa oleh Gargoyle.
"Vettel bagaimana ini, kasihan dia?" tanya Alvin sambil berlari mengejar Clara yang dibawa oleh Gargoyle itu.
"Aku pinjam pedangmu untuk melemparkannya ke Gargoyle itu." jawab Vettel, berlari mengejar Clara.
"Baiklah ini dia." ucap Alvin, memberikan pedang Masamune nya ke Vettel
Vettel melemparkan pedang milik Alvin ke arah Gargoyle itu dengan sangat cepat. Alhasil berhasil mengenai sayap dari Gargoyle itu, akan tetapi itu hanya dapat melukai sayapnya sedikit saja.
"Dia belum saja menyerah, seharusnya memakai tombak atau panah, itu akan lebih mudah." ucap Alvin terus terang.
Tiba tiba sebuah anak panah api, melesat dan mengenai Gargoyle itu. Gargoyle itu tewas dan terjatuh begitupun dengan Clara juga ikut terjatuh. Dengan cepat Vettel, menangkap Clara yang pingsan itu.
Mereka berdua bisa menarik nafas lega karena Clara telah selamat, hanya saja dia pingsan karena terlalu lama di langit dan terus dipermainkan oleh Gargoyle itu.
"Vettel, sebaiknya kau membawa Clara, tangaku yang kanan terkilir dan masih sakit."
"Baiklah aku akan membawanya." Vettel masih saja marah dengan Clara dan sepertinya disitu juga Vettel mulai menyukai Clara.
"Tadi siapa yang menembakkan anak panah api ke arah Gargoyle itu?" tanya Alvin kebingungan.
Segerombolan orang datang menggunakan baju kulit layaknya prajurit. Itu adalah Milisi dari Desa Gaia yang siap menjaga desanya dari ancaman monster monster.
...To be Continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
16960002 chigaiきばー
ntar muncul ultramen GAIA kagak y..
2021-02-13
1
:v
next
2020-12-15
1
Orpmy
desa Gaia?
yang pasti bukan dari bumi
2020-11-29
1