Setelah selesai berhadapan dengan segerombolan orang tak dikenal, Alvin pun kembali ke penginapan. Tiba tiba di tengah jalan, jam tangannya berdering seperti ada yang menelepon.
"Heh, siapa yang menelepon ku?" ucapnya dan melihat jam tangan itu, dan ternyata yang meneleponnya adalah Clara.
"Clara?, ada apa dia meneleponku?" ucapnya dan mengangkat telepon dari Clara.
"Halo Clara, ada apa ya?"
"Gini, aku nanti malam akan makan malam sendiri, aku ingin mengajak seseorang tapi tidak ada jadi, apa kau mau makan malam bersamaku di restoran, karena aku baru saja mendapatkan uang?"
"Heh......tapi bukannya lebih baik uangnya di tabung saja untuk hidupmu nanti?" ucapnya kebingungan dengan ucapan Clara
"Tidak apa apa aku masih punya uang, jadi bagaimana mau apa tidak?"
Tanpa pikir panjang, Alvin langsung menjawab iya "Hm, iya aku mau."
"Yey, jika begitu aku tunggu kau di Restoran Bronze pada jam 7 malam ya, bye bye."
"Hm, mungkin aku datang saja, dari pada dia sedih." ucapnya, Alvin pun melanjutkan perjalanan ke penginapan.
Malam pun tiba, di Kota Jakarta benar benar bisa disebut Kota yang tidak pernah tidur karena di malam masih banyak sekali orang yang diluar rumah untuk nongkrong, begadang atau kerja di malam hari.
Jam di penginapan menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Alvin bersiap untuk pergi ke restoran, tapi sebelum itu dia berpamitan dengan Kurt yang sepertinya sudah agak sehat.
"Kurt, aku mau pergi dulu ya ada urusan di luar."
"Heh, untuk apa kau izin padaku, keluar tinggal keluar memang aku ini Ayahmu?" ucapnya dengan perkataan tidak senang dengan kehadiran Alvin.
"Hm baiklah, sepertinya kau sudah baikkan, semoga kau cepat pulih, dan kita bisa bersaing lagi."
"........" Kurt sibuk push up karena merasa dirinya sudah agak sehat.
"Yaudahlah, aku pergi dulu." ucapnya dan menuju lantai bawah, di bawah dia bertemu Shasa yang sedang makan di meja.
"Shasa, tolong jaga Kurt, aku akan pergi beberapa waktu, jadi jika ada apa apa telepon aku saja."
"Oke, silahkan bersenang senang." ucapnya dengan gembira dan tersenyum ke arah Alvin hingga Alvin malu melihatnya.
Alvin keluar dari penginapan dan pergi ke Restoran Bronze dengan berjalan kaki. Dia melihat di luar sangat ramai orang yang sedang berjalan, maupun yang menggunakan kendaraan.
Alvin melihat jam tangan gamernya atau smartlocknya, dan jamnya menunjukkan pukul 19.40.
"Aduh, dua puluh menit lagi." Alvin pun bergegas menuju Restoran Bronze.
Di jalan dia memanggil OT 2, karena Alvin ingin tau sebuah sesuatu.
"OT 2, dimana kau?" berbisik bisik.
[Saya selalu ada di dekat tuan]
[Ada apa tuan memanggil saya]
"Aku ingin tau, apa peringkatku saat ini sebagai seorang Warrior?"
[Peringkat tuan saat ini adalah Kapten Perang Tahap Awal]
"Heh, sejak aku di dunia baru ini, aku jadi jarang untuk melawan monster, andaikan saja aku punya uang pasti aku akan pergi ke hutan mengalahkan monster hingga peringkatku naik." ucapnya panjang lebar dengan OT 2.
"Oh ya, ada berapa tahap dalam setiap peringkat?"
[Di dalam peringkat ada beberapa tahap antara lain pertama Tahap Awal, kedua Tahap Menengah, ketiga Tahap Akhir, dan keempat Tahap Puncak]
"Oh, aku merasa kasihan dengan Clara yang masih berperingkat Prajurit Ahli Tahap Akhir, padahal sebentar lagi dia naik peringkat."
"Oke itu saja OT 2 terima kasih informasinya."
[Sama sama tuan]
OT 2 menghilang di hadapan Alvin. Alvin pun melanjutkan perjalanannya ke Restoran Bronze. setelah beberapa menit dia sampai di Restoran Bronze.
Alvin melihat Clara di depan pintu Restoran, dia melihat Clara sangat cantik dengan rambut putihnya yang tak di kucir, dengan baju putih bermotif bunga, dan memakai rok payung berwarna hitam legam.
Alvin pun berjalan menyapa Clara yang sedang menunggu di depan Restoran itu.
"Selamat malam Clara, hari ini kau terlihat sangat cantik." ucap perkataan manisnya dan tersenyum ke arah Clara.
"Heh, bisa saja kamu, kamu juga bagus mengenakan baju merah dan jaket merah."
"Hm aku ingin bertanya, kenapa kau tidak memakai pakaian biasa saja?" tanya Alvin.
"Hm, tidak apa apa, ya sudah ayo masuk." ajaknya, mengajak Alvin untuk masuk ke Restoran Bronze.
Di dalam Restoran Bronze itu sangat ramai, hingga mereka berdua harus mencari tempat duduk yang pas. Setelah beberapa saat mereka menemukan tempat duduk yang cocok yaitu di lantai dua, di dekat pagar penghalang sambil melihat bintang bintang yang indah di malam hari.
"Clara kau duduk dulu disini aku akan memesan makanan dulu." ucapnya dan pergi ke lantai bawah untuk memesan makanan dan minuman.
Clara merasa sangat gugup, dengan apa yang terjadi malam ini, berduaan dengan seorang pria baik hati, dan tampan di malam hari yang sangat indah.
Setelah beberapa saat, Alvin kembali dengan membawa makanan dan minuman yang mereka pesan.
"Kenapa kau tidak suruh pelayan saja untuk mengantarkan makanan kemari?" tanya Clara dengan kebingunan karena melihat Alvin membawa makanan mereka berdua, membuat Clara bingung.
"Hehehehehe, tidak apa apa, aku hanya ingin menggerakkan tubuhku saja." ucapnya, Alvin menaruh makanannya di meja itu.
"Terima kasih, Alvin." tersenyum bahagia ke arah Alvin.
"Hm iya sama sama." tingkah Clara membuat Alvin gugup dan malu.
Mereka pun makan sambil melihat bintang bintang di langit malam yang cerah. Lagi lagi Clara memperhatikan Alvin, melihat Alvin melamun lagi seperti waktu itu.
"Ada apa Alvin?, apa makanannya kurang enak?"
"Heh, tidak aku hanya merindukan Ibuku, sekarang dia dimana ya?, sedang apa Ibu sekarang, bagaimana kondisinya?"
"Aku doakan, Ibumu baik baik saja." ucap Clara.
"Makasih ya Clara, aku juga khawatir dengan keadaan Tasya saat ini, dia sepertinya tidak akan bahagia setelah ini."
".........."
"Makasih ya Clara, sudah menemani kesendirianku selama ini."
"Iya sama sama, aku juga berterima kasih, berkat kau, hatiku tidak kosong lagi, dan bahkan sekarang aku mempunyai banyak teman di Guild Divilight."
"Oke, yaudah ayo lanjut makan, dengan melihat bintang yang indah di malam ini."
Mereka melanjutkan makan. Setelah selesai makan, mereka melihat bintang bintang di langit yang sangat indah dan cerah.
"Andaikan saja aku bisa mengambil bintang bintang itu." ucap Clara, membayangkan dia bisa mengambilnya.
"Hm kau tau, bintang bintang itu indah seperti kau di malam ini, sangat cantik bagaikan bintang." ucapan manis Alvin membuat Clara malu dan mukanya memerah.
"Clara kau kenapa?, kok mukanya merah gitu, apa kau sakit?" ucapnya dan menyentuh dahi Clara.
"Hehehe, tidak apa apa aku, tenang saja."
"Oh syukurlah."
"Sepertinya Alvin masih cinta dengan perempuan bernama Tasya, dia sepertinya tidak main hati denganku, tapi entah apa aku menyukainya." ucap Clara di dalam batinnya.
Setelah selesai makan dan melihat bintang, mereka berdua pun pulang.
"Clara, apa kau mau kuantar sampai ke rumah?"
"Tidak apa apa, aku bisa jalan sendiri, yaudah bye aku pulang dulu." Clara pergi untuk pulang ke rumahnya.
Hari sudah larut, tapi di jalanan masih banyak orang berjalan di trotoar dan banyak kendaraan yang melintas.
Alvin berjalan, dan entah kenapa Alvin terus melewati taman itu, saat pulang. Kondisi taman itu pun ramai pengunjung dia terus berjalan dan tiba di sebuah gang untuk menerobos agar cepat sampai penginapan.
Tiba tiba dari arah depan, banyak orang bertopeng seperti tadi sore datang menghampiri Alvin dengan jumlah yang sedikit banyak, disana juga ada Hiro, sesosok yang telah membuat dirinya sengsara.
"Kau mau apa Hiro?, apa kau mau membunuhku dengan anak buahmu sebanyak ini?" ucap Alvin dengan tatapan tajam ke arah Hiro.
"Heh memangnya kenapa, aku sudah memperingatkan mu, supaya tidak dekat dekat dengan Tasya, tapi kau masih melanggar."
"Daripada kau terus terusan mengganggu hubungan kami berdua, mending kau mati saja dengan kekonyolanmu itu."
Mendengar ucapan Hiro yang sampai menusuk ke hati Alvin, Alvin pun memukul kepalanya dengan keras dan cepat hingga dia terjatuh.
"Sekarang kau puas, membuat hidupku sengsara, dan sekarang membuat hidup Tasya sengsara juga apa kau puas."
"Dasar bodoh, kalian bunuh dia cepat!!!"
Seluruh anak buah Hiro, menyerang Alvin secara bersama sama. Alvin yang sendirian, tidak ada takut takutnya.
Alvin menggunakan tangan kosong, dan maju melawan mereka. Dengan cepat Alvin memukul salah satu anak buah Hiro hingga beberapa orang di belakangnya jatuh.
Dari samping, sebuah pukulan melesat ke arah Alvin, dengan cepat dia menghindar dan menendangnya hingga kakinya berbentuk vertikal.
Dengan rasa marah, Alvin mengeluarkan Pedang Masamune dan menyerang mereka semua sekaligus.
Satu demi satu dilawan oleh Alvin hingga mereka babak belur, walaupun dengan pedang, tapi Alvin hanya menyerang menggunakan sarung pedangnya yang terbuat dari kayu yang sangat keras.
Dari belakang, pukulan meluncur ke arah Alvin, dengan sigap Alvin memukul dari bawah hingga dia terpental jauh ke atas.
Sampai beberapa saat pertarungan pun selesai.
"Bagaimana Hiro, kau masih mau melawanku, bahkan anak buahmu tidak ada satupun yabg bisa menyentuhku." ucapnya dan mendekat ke arah Hiro.
Karena Hiro sedang duduk di tanah, dengan diam diam Hiro melemparkan pasir ke wajah Alvin, dan membuat dia tidak bisa melihat.
Hiro langsung menendang perut Alvin hingga Alvin terjatuh.
"Bagaimana hah, dengan sebuah pasir kau kalah telak, dasar sombong!" ucap Hiro dengan penuh kesombongannya.
Lalu Hiro memanggil pedangnya yang dimana pedang Hiro adalah Rune Blade.
"Matilah kau!!!" teriaknya dan akan menebas kepala Alvin, kepala Alvin pun putus.
"Hahahahaha, akhirnya kau mati juga!!!" teriak kegirangan.
Tapi, saat dia melihat mayat Alvin, itu hanya sebuah batang pohon tua dan yang ditebasnya itu hanya batang pohon yang lebih kecil.
"Apa!!?, sebuah batang pohon!?, jangan jangan dia mempunyai skill penyamaran.
Tiba tiba di atas sebuah pohon, Alvin duduk bersantai sambil melihat Hiro yang kebingungan.
"Hahahahahaha, Hiro, apakah kau sudah selesai bermain dengan sebuah batang pohon hahahahaha." teriak Alvin dengan tertawa terbahak bahak, melihat kebodohan Hiro.
"Apa!!?"
"Heh Hiro, jika kau mau latihan sana dirumah jangan disini, disini adalah tempat umum!" ucap Alvin dan masih saja tertawa tanpa henti.
"Dasar bocah ingusan!!!"
"Sadar diri kau juga bocah, berumur 20 tahun sama sepertiku."
"Oke, waktu main main sudah habis saatnya untuk serius. Alvin melompat dari pohon, setelah itu dia mengeluarkan Pedang Masamune nya itu.
"Kau akan tamat, Hiro." ucap Alvin dengan tersenyum jahat.
Tiba tiba Alvin berada di belakang Hiro dan merobek robek bajunya menggunakan pedang dan hanya sisa celananya saja.
"Jika kau mau bermain main denganku, kau harus banyak berlatih."
"Hiro, aku sarankan kau pulang dan mengadu pada Ibumu itu, dah sana cepat pulang nanti kau masuk angin lagi hahahahaha."
Alvin menendang punggung Hiro hingga dia terpental dan menabrak pohon.
[Selamat tuan, peringkat tuan saat ini Kapten Perang Tahap Menengah]
"Terima kasih Hiro, berkat kau aku naik tahap."
"Tunggu aku akan melawanmu!!!"
Hiro berlari ke arah Alvin dengan kecepatan tinggi dengan menghunuskan pedangnya ke depan. Tapi bagi Alvin itu hanya gerakan sebuah seekor nyamuk yang sedang lengah.
Alvin langsung menyandung kaki Hiro dan dia terjatuh dengan sangat kerasnya.
"Aku tidak akan membunuhmu, aku hanya ingin kau lepaskan Tasya dari ancaman busukmu itu."
"Jika sudah selesai latihannya aku pergi dulu, selamat malam semua." ucap Alvin dan melambaikan tangan ke Hiro dan anak buahnya.
Alvin pergi, sementara Hiro dan anak buahnya. Salah satu anak buahnya mendekati Hiro dengan luka yang cukup parah.
"Bos, apakah kau baik baik saja, nanti kau masuk angin jika tidak menggunakan baju?"
Mendengar ucapan anak buahnya itu, Hiro langsung memukul wajahnya hingga terbaring ke tanah.
"Jangan mendekatiku!, tubuhku tidak ingin kotor gara gara lukamu itu kau mengerti!" teriak Hiro, dia semakin marah terhadap Alvin dan semakin besar juga dendamnya terhadap Alvin.
Kemudian salah satu anak buahnya mendekati Hiro "Bos, bagaimana ini?, dia semakin berbahaya saja?" ucap salah satu anak buahnya yang juga terluka parah.
"Sepertinya aku harus mengutus Warrior Bayaran untuk membunuhnya, lihat saja Alvin kau bisa tertawa sekarang, tapi besok tubuhmu akan penuh dengan luka luka yang menyedihkan." ucap Hiro dan semakin besar dendamnya terhadap Alvin.
...[WARRIOR BAYARAN ADALAH WARRIOR YANG BUKAN BAGIAN DARI WARRIOR PEMERINTAH ATAU GUILD, MEREKA CENDERUNG LEBIH MIRIP PENJAHAT, MEREKA AKAN MELAKUKAN TUGAS APAPUN ASALKAN ADA BAYARAN UNTUK PERBUATAN MEREKA. WARRIOR BAYARAN MEMILIKI MARKAS YANG TIDAK DIKETAHUI PEMERINTAH, DAN PEMERINTAH MASIH MENCARI WARRIOR BAYARAN KARENA SANGAT MERUGIKAN NEGARA]...
Setelah selesai dengan Hiro, Alvin berencana untuk ke rumah Tasya, karena dia pikir akan baik baik saja mengingatkan Hiro dan anak buahnya terluka parah, Hiro tidak mungkin ke rumah Tasya.
"Lama kelamaan, berjalan melelahkan juga ya." ucapnya.
Beberapa menit kemudian, Alvin sampai di rumah Tasya. Dia pun menekan bel rumah Tasya.
"Ding dong." suara bel rumah.
Seseorang membukakan pintu, dan ternyata itu Tasya sendiri.
"Iya, ini siapa?" tanya Tasya dan ketika melihat Alvin datang dia terkejut.
"Ini aku Alvin apa kau tidak kenal." ucap dan tersenyum.
"Hah, Alvin!, aku sangat merindukanmu!" Tasya memeluk erat Alvin.
"Heh heh heh, sudah Tasya ini di luar rumah, aku mau bicara sebentar." ucap Alvin.
"Heh oke." Tasya sangat senang melihat Alvin masih ada di hadapannya.
Mereka berdua duduk di luar rumah dengan kursi yang telah disediakan.
"Ada apa Alvin, jika ketahuan Hiro, kau ke rumahku, bisa bisa nanti dia semakin marah padamu?" ucap Tasya dan dia kembali bahagia.
"Tidak apa apa, aki hanya sebentar disini untuk melihat keadaanmu."
"Oh hehehehe, makasih." ucapnya sambil tersenyum bahagia ke Alvin.
"Besok aku akan menjalankan misi, sekarang aku sudah masuk Guild."
"Apa, yang benar, kau masuk Guild apa?"
"Ya itu adalah Guild Divilight."
"Benarkah!, selamat ya, aku doakan misimu akan lancar!." teriak bahagia
"Kenapa kau teriak teriak ini sudah malam." ucapnya dengan penuh perhatian.
"Alvin, aku mau bertanya, sebenarnya siapa perempuan yang selalu bersamamu itu?"
"Bagaimana kau tau?, sebenarnya dia adalah temanku, dia juga masuk di Guild Divilight, jadi secara tidak sengaja kami bertemu di Guild yang sama."
"Kelihatan kalian sangat dekat, kupikir ini memang sudah takdirku." ucap Tasya dan menangis.
"Heh kenapa kau menangis?"
"Tidak apa apa, makasih ya sudah mampir ke sini." ucapnya sambil menangis.
"Sepertinya, aku harus segera pulang, jika Hiro mengatakan apa Alvin datang ke sini, bilang saja dia kesini."
"Tapi jika aku mengatakan itu, dia akan semakin marah padamu."
"Biarkan saja, jika begitu aku pergi dulu. Ini mungkin pertemuan terakhir kita, selamat tinggal." ucap Alvin dan pergi dari rumah Tasya.
"Hiks hiks, Alvin."
Tiba tiba adiknya Nesya keluar.
"Kak, tadi siapa yang datang?" tanya Nesya, kebingungan karena melihat Kakaknya menangis.
"Heh, bukan apa apa ayo masuk sudah larut malam."
...To be Continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
LaylaTheCat
Lebih baik Alvin sama Clara aja supaya ga bonyokin Hiro -,
2020-11-27
2
🔵pacarku 😜Peak_Fam😜
sengat
2020-11-27
1
《Nula》
semangat kak💪💪!! kutunggu eps selanjutnya😪😪
2020-11-27
1