Bagian. 17

Clara tengah menonton televisi di temani oleh suster Beril yang memang selama ia di rumah sakit di temani olehnya. Hari sudah malam, sesuai perkataan Carolline tadi siang dia akan kembali besok.

"Suster, Cla boleh tanya?" Ucapnya pada Beril,

"Tentu, bertanya apa?" Balas Beril menatap Clara,

"Bagaimana rasanya berkumpul dengan keluarga besar?" Tanya nya dengan begitu saja.

Beril yang mendengar itupun langsung terenyuh, hatinya sedikit tercubit mendengar nya.

"Kenapa Cla tanya seperti itu?" Tanya Beril,

"Hanya ingin tau, kata temen temen Cla kalau kumpul keluarga seru ya suster?"

Beril tersenyum kecil, wajah polos yang Clara tunjukan membuat hatinya semakin dibuat miris,

"Hem.. Begitu lah. Jika sedang berkumpul kita biasanya melakukan makan bersama, masak bersama atau terkadang nyanyi bersama. Kadang ada tuh keponakan suster yang jahil banget, dia suka banget mengerjai yang lainnya. Bahkan Nenek pernah menjadi sasarannya, dia menyembunyikan gigi palsunya saat kita akan makan malam bersama hahaha.. Tak ada yang menyangka dia melakukan itu, kita hanya berfikir jika Nenek lupa meletakkannya maklum Nenek sudah tua, Pikun. Lagian kita fikir dia tak akan berani mengerjai nenek.."

"Lalu bagaimana lagi?" Tanya Clara yang tampak antusias mendengarkan cerita Beril.

"Ya sampai akhirnya kita melihat rekaman CCTV. Kamar nenek itu memang di pasang CCTV takut ada apa apa. Pas ketahuan keponakan suster hanya tertawa sambil meminta maaf pada Nenek. Dia mengembalikan gigi nenek dan kita langsung bisa makan malam yang sudah sangat terlambat" Ujar Beril mengakhiri ceritanya itu.

"Seru ya suster" Ucap Clara. Dalam hati rasa iri mencuat, hanya bisa berandai andai jika dirinya pun memiliki keluarga yang seperti itu.

Beril menatap wajah Clara yang tampak tersenyum dengan cepat dia mendekap tubuh Clara. Memeluk nya, sungguh dia tak tega melihat Clara.

"Clara anak hebat, suster yakin suatu saat nanti. Cla akan merasakannya, Pasti" Ucap Beril sambil mengelus rambut pirang panjang Clara dengan sayang.

Clara sudah tak bisa lagi membendung tangisannya,

"Cla gak tau salah Cla apa sampai tuhan hukum Cla seperti ini" Ucapnya sambil tergugu dengan tangisan.

"Cla gak salah, Cla anak baik" Ucap Beril, dia tak tahu harus berucap seperti apa lagi. Clara terlalu kecil mengerti masalah orang dewasa.

"Hikss.. Cla, gak mau buat mami sedih. Cla sayang mami" Ucapnya lagi.

Beril mengerti kenapa Cla tak ingin bertanya pada ibunya. Dia memendam semuanya sendiri karena tak ingin membuat ibunya bersedih. Anak yang baik.

"Sabar ya, Suster yakin suatu saat nanti Cla akan bertemu keluarga Cla. Cla harus kuat" Ucap Beril sambil menatap helaian rambut rontok Clara yang ada di dalam tepak tangannya. Ya tugas baru dari Victor untuk mendapatkannya. Beril langsung memasukkan helaian rambut itu kedalam saku bajunya.

Setelahnya, dia melepaskan pelukan itu, menghapus air mata Clara, "Jangan menangis lagi. Masih banyak yang sayang dengan Cla"

Clara menatap Beril lekat lalu dia mengangguk kan kepalanya. Seharusnya dia bersyukur dia masih memiliki seorang ibu yang sangat menyayangi dirinya.

"Aduh, Suster jadi sedih nih. Gimana kalau kita main games aja?" Ajak Beril untuk mengalihkan perhatian Clara.

Clara mengangguk, menyetujuinya.

"Kita main kartu UNO bagaimana?" Usul Beril pada Clara.

"Tapi Cla gak ngerti" Ucap Clara mengerucutkan bibirnya sebal.

"Nanti Suster ajarin" Balas Beril

Clara pun langsung mengangguk antusias, "Eh tapi, kartunya kan gak ada Suster"

"Ada dong, tapi di dalam mobil. Jadi Suster pamit ambil dulu kartu nya ya" Ujar Beril dengan senyum

"Yey! Iya suster, tapi jangan lama lama ya" Balas Clara dengan antusias.

"Iya, sebentar ya" setelah itu Beril berjalan keluar ruangan Clara dia berjalan ke arah parkiran tempat minum mobilnya terparkir disana.

Beril membuka mobilnya mengambil kartu UNO milik sepupunya yang waktu itu tertinggal di sana. Lalu dia mengambil dua lembar tisu di dasboard.

Beril merogoh saku bajunya, mengambil helaian rambut Clara tadi menaruhnya di atas tisu lalu melipat lipatnya agar tak hilang. Lalu dia memasukkan kembali kedalam saku bajunya.

Beril berjalan kembali masuk rumah sakit, sampai di ruangan Clara dia langsung bergegas masuk.

Namun dia mendapati seorang wanita dewasa juga disana, tengah berdiri membelakanginya.

"Mami, itu suster Beril" Ucap Clara saat melihat Beril masuk berjalan kearah mereka.

Carolline menengok, tersenyum ramah pada Beril, "Hay, Carolline. Ibunya Cara" ucap Carolline memperkenalkan dirinya.

Beril membalas dengan ramah pula, "Beril, Nyonya" Balasnya

"Eh.. panggil Carolline saja" Ucap Carolline meralat panggilan Beril.

"Emm... Iya Carolline" ucap Beril.

"Suster, mana kartunya? Kita jadi mainkan?" Ucap Clara dengan antusias seakan kesedihan tadi tak pernah ada saat di depan Ibunya.

"Ehh.. iya ini, ayo main" Beril memberikan satu kotak kartu UNO yang ia bawa.

"Mami ikut juga ya" Ajak Clara pada Carolline dengan wajah ceria,

Carolline pura pura berfikir, "Emm.. gimana ya?"

"Mami.." Rengek Clara pada Maminya.

"Iya iya ayo" Ujar Carolline yang dibalas pekikan girang dari anaknya,

"Yey! Ayo suster ayo"

Beril mengangguk dia mengeluarkan kartu dari tempatnya lalu mereka pun mulai bermain UNO. Clara tak henti hentinya tersenyum begitu pun Carolline. Meraka berdua saling menutupi rasa yang sebenarnya ada, Beril tak henti hentinya di buat kagum dengan interaksi ibu dan anak itu. Jika berhadapan mereka tampak begitu bahagia tanpa beban.

"UNO!" Pekik Clara meletakkan kartu terakhirnya.

"Yey! Cla menang" Sambung nya dengan semangat,

"Yah, Mami kalah lagi deh" Keluh Carolline karena dia sudah kalah dari dua kali permainan.

"Hahah.. pokoknya mami harus traktir Cla sama suster Beril makan" Ujar Cla dengan cengiran khas nya.

"Iya deh iya, Mami traktir. Tapi warteg depan RS aja ya" Canda Carolline menggoda anaknya. Clara memang bukan anak yang pilih pilih makanan namun selagi ia melihat makanan itu bersih. Baik tempat maupun makannya sendiri. Ditambah sekarang dia tengah sakit,

"Ihh.. Engga. Mami itu kan kotor" Ucap Clara memelas.

"Kata siapa?"

"Kata Cla dong. Pokoknya Cla gak mau mami" Kekeh Clara dengan wajah yang cemberut,

"Yaudah gak jadi ya traktir nya"

"Ihhh... Mami curang" Rajuk Clara pada Maminya.

Carolline yang melihat itu pun tertawa kecil, "Haha... Iya iya Mami bercanda sayang" Ujarnya sambil mengacak-acak rambut Clara dengan gemas.

"Huh.. Mami"

Beril yang sedari tadi hanya sibuk memperhatikan mereka tanpa niat sedikit pun untuk menyela atau masuk kedalam percakapan ibu dan anak itu. Sampai akhirnya ia merasakan getaran ponsel dari saku bajunya,

Beril mengambil nya. Tertera nama kontak Bos nya, Victor.

"Cla, suster ijin ke depan dulu ya. Ibu suster nelpon" Pamitnya pada Clara

"Eh, iya suster"

Setelah mendengar itu Beril pun meninggalkan ruangan Clara setelah merasa dalam jarak aman baru lah dia mengangkat telpon masuk itu,

"Ya, Tuan?" Ucapnya

"Bagaimana?" Ucap Victor diseberang sana to the point.

"Sudah tuan"

"Bagus, berikan pada Jason di parkiran. Bonus mu akan di urus secepatnya" Ujar Victor lalu dia mematikan sambungan telpon.

Beril menghembuskan nafasnya, lalu dia pun langsung berjalan kembali ke parkiran untuk mencari Jason, sang Asisten pribadi tuannya itu.

Sesampainya di sana, ternyata tak susah menemukan Jason. Beril berjalan menghampiri Jason,

"Ini" Beril menyerahkan rambut tadi yang sudah ia bungkus dengan tisu pada Jason.

Jason yang memang sudah mengerti pun langsung mengambil nya, "Hem"

"Baiklah, aku kembali ke dalam dulu"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!