I Hate Monday

Mau tak mau Shanty ikut tertawa. "Kamu jangan terus menerus menghindar dari Helen, Chris. Selesaikan masalahmu. Mungkin saja sebenarnya ada yang ingin disampaikan Helen padamu."

"Baik Mom." Wajah Chris sudah mulai dipenuhi keringat, tapi ia terus saja mencoba memakan spageti pedasnya itu.

"Kau tak apa-apa Chris." Shanty sudah mulai khawatir.

Chris menghabiskan segelas air putih. "Minta air lagi Mom."

Shanty memanggil pembantunya.

"Berhenti saja Pak kalau tidak kuat." Reina memicingkan matanya.

"Sudah kok, aku sudah selesai."

Pembantunya datang tergopoh-gopoh membawakan air di gelas besar. Chris meminum lagi sebagian.

++++

Tak lama mereka sudah pindah ke ruang tamu. "Bagaimana dengan cucu Mama?"

"Tama?"

"Iya."

"Dia sudah pintar bicara sekarang. Juga pintar membantah."

"Kapan-kapan bawa dia kemari ya Chris?"

"Iya Mom."

Ibunya menerima Tama yang belum jelas statusnya. Ibunya baik sekali, batin Reina.

Shanty melirik ke arah Reina. Ia memandangi Reina lekat-lekat.

"Kenapa Bu?" Reina yang dipandangi seperti itu merasa Tak enak.

"Dari pertama kamu di sini, ibu kok merasa familiar sekali dengan wajahmu. Apa sebelumnya kita pernah bertemu?"

Reina kaget. "Saya juga tidak tahu Bu."

"Mungkin perasaan Mama saja," sela Chris.

"Mungkin ya?"

"Ma, aku pulang dulu. Kasihan Tama ditinggal terlalu lama."

Mereka pun pamit.

Shanty mengantar mereka sampai ke mobil. Ia belum beranjak dari sana hingga mobil Chris hilang dari penglihatan.

Chris, apa kau mencintainya Nak? Ia memang terlihat sempurna untukmu tapi juga terlarang untukmu. Dia sudah punya keluarga. Mama tidak mau kamu jadi bagian dari sebuah penghianatan. Mudah-mudahan kamu bisa menemukan orang yang bisa mengakhiri penderitaanmu dan memberikanmu kebahagiaan. Semoga saja, doa Shanty dalam hati.

++++

Senin adalah hari yang paling sibuk. Begitu juga yang terjadi pada kantor ini. Semua orang sibuk dengan laporannya masing-masing, karena sebentar lagi akan ada meeting mingguan.

Chris baru saja memasuki ruangan diikuti Redi dan Reina.

"Apa jadwalku hari ini, Red?"

"Meeting mingguan pagi, terus ada pertemuan dengan kontraktor sorenya, Pak."

"Ok."

"Reina, kamu sudah siapkan bahan meeting pagi ini."

"Sudah, Pak."

"Bagus. Cepat belajar juga kamu ya? Tolong serahkan dulu padaku sebelum meeting."

"Baik Pak."

"Kemarin bagaimana, Pak, dengan Pak Wiryo?" Kali ini Redi yang bertanya.

"Pak Wiryo ...." Chris tersenyum mengejek. "Coret saja namanya."

" Tapi, Pak ...."

"Saya sudah dapat banyak laporan mengenai dirinya. Dia itu sogok sana sini agar bisnisnya lancar. Produk yang dijualnya pun tidak semuanya bagus. Melelahkan bisnis sama orang seperti itu."

"Tapi dia produknya ada di mana-mana lho, Pak. Bisnisnya berkembang terus. Sekarang saja dia mau masuk bidang properti, Pak."

"Ya kalau sogok sana sini berarti dia tidak percaya diri sama produk yang dia punya. Tidak bisa berkompetisi. Ujung-ujungnya bisa masuk bui. Sudah, kita cari yang lain saja. Aku ingin produk kita menggunakan bahan-bahan dari Indonesia, selama ini kita masih impor. Kamu sudah hubungi ahli pangan yang bisa kerjasama dengan kita?"

"Saya sudah hubungi beberapa Universitas, tapi belum ada jawaban, Pak, karena kebanyakan dari mereka juga joint dengan perusahaan tertentu dan ada pula yang pindah ke luar negeri."

"Ya sudah. Hubungi aku kalau ada perkembangan."

"Baik, Pak."

"Ok, Reina, mana berkasnya? Kita akan meeting segera."

"Baik, Pak."

Keduanya ke luar ruangan. Tak lama Reina sudah kembali dengan berkas di tangannya. Chris sudah menunggu di meja kerjanya.

"Ini Pak." Reina meletakkan berkas-berkas di atas meja. Chris mempelajarinya satu-satu.

Beda sekali dengan anak Mama kemarin, batin Reina. Ia tersenyum simpul.

"Ok. Ini kamu sudah fotokopi belum?"

"Belum, Pak. 'Kan aku tunggu persetujuan Bapak dulu."

"Ya sudah. Ini sudah aku setujui. Tolong kamu fotokopi dan bagikan di rapat. Aku tunggu, sekarang!"

"Baik, Pak." Reina segera mengumpulkan berkas-berkasnya, lalu ia berlari ke arah pintu.

Chris tersenyum seiring melihat Reina menghilang di balik pintu.

Reina berlari keluar. Ia berhenti sebentar di depan mejanya dan mencoba mengatur napasnya pelan-pelan.

Redi yang melihat itu tersenyum. "Begitu kalau punya bos workaholic."

"Workaholic? Gila kerja? Dia seperti itu?" Reina bertanya keheranan.

"Baru tahu ya? Dia lebih parah dari ini sebelum ada Tama. Kamu malah menyuruhnya pakai Babysitter segala. Sepertinya ke depannya, kita semua akan kerja keras."

"Haduuh ...." Reina memukul dahinya sendiri.

"Ayo cepat. Kamu 'kan lagi ditunggu bosmu."

"Iya Red." Reina segera berlari ke arah pintu keluar dan menghilang di baliknya.

++++

Akhirnya meeting selesai juga. Chris dan Redi yang keluar lebih dulu, masih sibuk membicarakan detail hasil rapat yang perlu ditindak lanjuti. Reina yang berjalan di belakang, berhenti sebentar untuk beristirahat. Ia memegang tengkuknya dan menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri. Banyak sekali yang dicatatnya hari ini. Karena ingin buka pabrik baru, banyak sekali pertanyaan dan gagasan baru yang diungkap di meeting tadi. Meeting pun jadi makin lama dari yang tadi rencananya cuma setengah jam jadi hampir mendekati dua jam. Reina berjalan gontai.

Ah, di depan ada toilet. Bersih-bersih dulu ah biar tidak kusut wajahnya, batin Reina.

Reina membasuh mukanya dengan air dan merapikan kerudungnya. Aduh, lupa! Alat make upku ada didalam tas. Ah ... nanti saja di ruangan pakainya, pikir Reina lagi.

Tiba-tiba salah satu pintu toilet terbuka. Muncul seorang wanita yang sepertinya karyawan di HRD. Wajahnya cukup cantik dengan pakaian yang cukup seksi. Menggunakan blus tangan pendek dengan leher terbuka lebar dan rok selutut dengan belahan yang tinggi, sepertinya ia seorang sekretaris.

"Mbak Sekretarisnya Pak Chris ya?" tanya wanita itu sambil mencuci tangan. Ia melihat Reina dari atas kepala hingga ujung kaki.

"Iya." Reina memberi senyuman.

"Kalau jadi Sekretaris direksi tuh, harus bisa membawa nama perusahaan lebih baik."

"Maksudnya?" Dahi Reina berkerut.

"Yah, jangan pakai baju kuno seperti ini, Mbak. Harus modis sedikit. Kerudungnya dibuka saja Mbak. Banyak kok perempuan yang Islam tapi tidak pakai kerudung. Sekretaris 'kan bagian dari image perusahaan, jadi jangan pakai baju sembarangan seperti ini Mbak. Image-nya bisa jatuh."

Seperti disambar petir di siang bolong Reina mendengar ucapan wanita itu. Dia berani menghina jilbabku, rutuk Reina. Ia merapikan baju dan berdiri di hadapan wanita itu.

"Bedanya wanita Islam yang berjilbab dan tidak berjilbab adalah keimanannya. Dan bedanya dengan perusahaan yang punya Sekretaris berjilbab adalah karena perusahaan itu bisa menerima perbedaan. Jelas?!" Dengan kesal Reina keluar dari sana sambil memajukan mulutnya. Kenapa ada orang seperti itu bekerja di perusahaan ini. Rutuknya dalam hati.

Sekembalinya ke ruangan, suasana hati Reina benar-benar tidak baik. Ia hanya duduk diam tanpa berkata apa-apa. Redi yang melihat perubahan ini, mulai merasa tak nyaman.

"Ada apa?" tanya Redi hati-hati.

Reina yang mulai sadar diperhatikan Redi, segera mengambil tasnya dan pura-pura mencari sesuatu.

"Tidak apa-apa." Oh iya. Tadi kan aku mau mencari alat make-up ya? Ini dia. Kalau dandan yang cantik pasti semuanya beres, pikir Reina. Ia mulai mendandani wajahnya. Bedak ... lipstik ... selesai. Sekarang ....

Seseorang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan. Helen? Reina terkejut. Ia seperti sedang mencari seseorang dan ia melihat Reina. Wajahnya terlihat sangat kesal. Ia menghampiri Reina.

"Kamu memang wanita luar biasa. Sudah punya suami tapi masih berselingkuh? Hebat! Untuk apa jilbabmu itu kalau hatimu busuk seperti itu! Kau mengincar hartanya ya, hah?"

Redi terperanjat mendengar semua tuduhan Helen. Sebelum ia sempat bicara, Helen sudah dengan cepat berbalik dan berjalan masuk ke ruangan Chris.

"Reina ..." Hanya itu yang bisa Redi ucapkan. Ia menatap ke arah Reina.

Reina terlihat sangat kesal, tapi ia tidak berdaya. Matanya masih terus menatap pintu ruangan Chris. Terlihat bulir-bulir air matanya mulai menetes. Kemudian ia menutup wajah dengan tangannya di atas meja.

"Rena ...." bisik Redi lagi. Sebenarnya apa yang terjadi?

Sementara di dalam ruang kerja, Chris terkejut dengan kedatangan Helen. Wanita itu menutup pintu.

"Helen?"

"Apa wanita sialan Sekretarismu itu menggodamu? Apa kau buta? Aku lebih cantik darinya! Apa kau ini kena guna-guna?" Helen berbicara begitu berapi-api.

"Apa?" telinga Chris terasa panas. "Kamu ke sini mau apa?" Chris memelankan suaranya.

"Wanita itu sudah punya suami, Chris. Sudah punya anak. Ia orang Islam pula. Apa yang menarik darinya? Kau sudah gila, ya?" teriak Helen lagi.

Chris berdiri, berjalan memutar melingkari meja dan melangkah ke depan dengan menyandarkan tubuhnya pada meja kerja. "Tunggu dulu." Ia melipat tangannya di dada. "Kamu itu siapaku?"

"Aku 'kan ...." Helen tak dapat melanjutkan kata-katanya.

Chris menggelengkan kepala. "Kau," Chris menunjuk Helen, "yang meninggalkanku demi sahabatku, tapi menuduh orang lain melakukan itu. Apa itu tidak picik namanya, Helen." Chris menyipitkan matanya. Suaranya terdengar sangat tajam.

"Alex ternyata pria jahat Chris, ia menjebakku. Ia hanya ingin mempermainkanku saja. Aku ingin ...."

"Kau tergoda 'kan? Tergoda padanya 'kan? Apa itu artinya selingkuh, atau tidak selingkuh dariku?" Ia menopang dagunya dengan tangan, pura-pura berpikir.

"Chris, aku mencintaimu Chris. Aku ingin kembali padamu. Aku minta maaf. Please ...." Helen menghentak-hentakkan kakinya seperti anak kecil.

"Kalau kamu mau minta maaf, minta maaflah pada Reina, Sekretarisku. Karena kau denganku urusannya sudah lama selesai."

"Chris. Apa kau akan berpacaran dengannya?"

"Kalaupun aku berpacaran dengannya, itu bukan urusanmu lagi."

Helen memajukan mulutnya. Ia berusaha menahan tangisnya. "Aku tak sanggup mengatakannya. Aku malu."

"Kau harus minta maaf pada Sekretarisku, atau aku akan bilang pada orangtuamu kau datang ke kantorku membuat masalah, menuduh karyawanku dan membuat malu aku di sini. Tinggal pilih, mau yang mana?" Suara Chris terdengar sangat tegas.

Sebenarnya di luar sana Reina dan Redi bisa mendengarkan pertengkaran mereka walaupun tidak begitu jelas. Redi sendiri sedang menerka-nerka apa yang terjadi sedangkan Reina semakin stres karena namanya disebut-sebut. Ia semakin menenggelamkan kepalanya. Ketika Helen dan Chris muncul dari balik pintu, Redi berbisik memanggil Reina. "Reina ... Reina ... Ada Pak Chris sama Ibu Helen, Rei."

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Senandung Rinduw Serin

Senandung Rinduw Serin

semoga suami Reina ga cemburu ya thor

2022-07-27

1

Mayya_zha

Mayya_zha

penasaran siapa suami reina

2022-06-30

1

🌸Santi Suki🌸

🌸Santi Suki🌸

modus ini si Chris, padahal mah masih mau lebih lama lagi bareng Reina

2022-06-06

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Mula
2 Papa Bos
3 Butik Rere
4 Bebek
5 Tama Telepon
6 Maaf
7 Mama Chris
8 I Hate Monday
9 Diselamatkan Tama
10 Bubble Gum
11 Mariko
12 Sah
13 Tangan Keberuntungan
14 Menghitung Khilaf
15 Mama
16 Silent Fight (Berjuang Dalam Diam)
17 My Little Angel
18 India
19 Sarapan
20 Alex
21 Tawaran Alex
22 Lunch With Alex
23 Anjali's Deal (Kesepakatan Dengan Anjali)
24 Kantor Alex
25 Tidur Bersama
26 Karena Alex dan Reina
27 Tawaran Alex
28 Lunch with Alex
29 Anjali's Deal (kesepakatan dengan Anjali)
30 Kantor Alex
31 Chris vs Alex
32 Kecemburuan Alex
33 David vs Shanty
34 Godaan Alex
35 Murotal Al Qur'an
36 Sakit Apa?
37 Terperangkap
38 Kencan
39 Kedutaan Amerika
40 Membukam Alex
41 Reina dan Ahmad
42 Reina, ceritaku
43 Berita
44 Inspeksi
45 Pengakuan siapa?
46 Alex (lagi)
47 Sehari Bersama Tama
48 Persiapan
49 Istirahat
50 Foto Dalam Pesawat
51 Reina dan Kuda
52 Ramalan
53 Reina dan Kuda 2
54 Siapa Dia?
55 Jaket
56 Ahmad dan Bundo
57 Boston
58 Investasi
59 Regi
60 Sepatu
61 Kehilangan
62 Biskuit Jahe
63 Kemana Reina
64 Tim Penyelamat
65 Kedutaan Jepang
66 Pulang
67 Rasa bersalah
68 Menghindar
69 Chris dan Ahmad
70 Makan Siang di Pabrik
71 Viral
72 Aku, Kamu dan Dia
73 Aku, Kamu dan Dia 2
74 Mr. Insyaallah
75 Mengantar Dea
76 Kencan Di Kantor
77 Irene
78 Dugaan
79 Rumah Sakit
80 Takdirku
81 Yang Tersayang
82 Saudara Kandung
83 Ulang Tahun 1
84 Ulang Tahun 2
85 Anak-anakku
86 Anak-anakku Bersatu
87 Jalan-jalan
88 Tamu Tak Diundang
89 Kantor Lagi
90 Yang Tertinggal
91 Perusuh
92 Rencana Chris
93 Rumah Baru
94 Kencan?
95 Makan Siang Yang Rusuh
96 Komentar David
97 Aku Yang Kau Kenal
98 Wawancara TV
99 Petunjuk Ustad Rifki
100 Rubah Aku
101 Drama Di Sekolah
102 Janji Reina
103 Permainan Roulette Dimulai
104 Bagaimana Denganku?
105 Maaf Dariku
106 Jangan Hatinya
107 Satu Lagi
108 Tamu Diam-Diam
109 Gerak Cepat Arya
110 Arya Lagi
111 Bersamamu
112 Mili Dan Oktav
113 Ungkapan Hati
114 Peluang
115 Kesempatan Demi Kesempatan
116 Warisan George
117 Momen Indah
118 Hadiah
119 Milikku
120 Reina Vs Chris
121 Lukaku
122 Izin
123 Test DNA
124 Menunggumu
125 Langkah Koshino
126 Negosiasi
127 Dewa Penolong
128 Kenyataan
129 Perdebatan Hati
130 Pengorbanan Reina
131 Kunjungan Mama
132 Bukti
133 Kesempatan Terakhir
134 Si Hitam Manis
135 I Miss You
136 I Need You (Aku membutuhkanmu)
137 I Want You (aku menginginkanmu)
138 I Love You
139 Will You Be Mine?(Akankah Kau Jadi Milikku)
140 Reina, Reina, Reina
141 Bundo Rules (Peraturan Bundo)
142 Persiapan
143 Yang Terbaik Untukmu
144 Memulai Denganmu
145 Kau Bukan Miliknya
146 Oh, Ini
147 Pengadu Bukan Ya?
148 Hidup Baru
149 Mrs. Chris, I Love You
150 Me And My Love
151 Mengenal Aska
152 Perjuanganku
153 Mencuri Kesempatan 1
154 Mencuri Kesempatan 2
155 Mencuri Kesempatan 3
156 Penjelasan
157 Pertolongan Itu Dekat
158 A Date( kencan)
159 Chris
160 Kecewa
161 Peringatan
162 Bantuan Arya
163 Di Rumah Sakit
164 Salah Siapa
165 Belum Selesai
166 Pertemuan
167 Konferensi Pers
168 Menunggu
169 Pulang
170 Pretty Boy (Pria Cantik)
171 Prasangka
172 Mengenal Mariko
173 Rahasia Yang Menyakitkan
174 Kamu
175 Asisten
176 Amarah
177 Derajat Cinta
178 Usahaku
179 Lolos?
180 Kamu Lagi
181 Tak Mengerti
182 Permintaan
183 Ngambek
184 My Sweet Enemy (Musuh Termanisku)
185 Yang Tak Terkatakan
186 Hanya Untukmu
187 Tama Dan Aku
188 Berteman?
189 Kau Selalu
190 Ingin Tahu
191 Cari Aman
192 Islam Agamaku
193 Mengantarmu
194 Kendali Hati
195 Yang Tak Terduga
196 Pegang Tanganku
197 Kau Sentuh Hatiku
198 Lagi
199 Terlanjur Sayang
200 Tidak Nyaman
201 Pemberitahuan Author
Episodes

Updated 201 Episodes

1
Awal Mula
2
Papa Bos
3
Butik Rere
4
Bebek
5
Tama Telepon
6
Maaf
7
Mama Chris
8
I Hate Monday
9
Diselamatkan Tama
10
Bubble Gum
11
Mariko
12
Sah
13
Tangan Keberuntungan
14
Menghitung Khilaf
15
Mama
16
Silent Fight (Berjuang Dalam Diam)
17
My Little Angel
18
India
19
Sarapan
20
Alex
21
Tawaran Alex
22
Lunch With Alex
23
Anjali's Deal (Kesepakatan Dengan Anjali)
24
Kantor Alex
25
Tidur Bersama
26
Karena Alex dan Reina
27
Tawaran Alex
28
Lunch with Alex
29
Anjali's Deal (kesepakatan dengan Anjali)
30
Kantor Alex
31
Chris vs Alex
32
Kecemburuan Alex
33
David vs Shanty
34
Godaan Alex
35
Murotal Al Qur'an
36
Sakit Apa?
37
Terperangkap
38
Kencan
39
Kedutaan Amerika
40
Membukam Alex
41
Reina dan Ahmad
42
Reina, ceritaku
43
Berita
44
Inspeksi
45
Pengakuan siapa?
46
Alex (lagi)
47
Sehari Bersama Tama
48
Persiapan
49
Istirahat
50
Foto Dalam Pesawat
51
Reina dan Kuda
52
Ramalan
53
Reina dan Kuda 2
54
Siapa Dia?
55
Jaket
56
Ahmad dan Bundo
57
Boston
58
Investasi
59
Regi
60
Sepatu
61
Kehilangan
62
Biskuit Jahe
63
Kemana Reina
64
Tim Penyelamat
65
Kedutaan Jepang
66
Pulang
67
Rasa bersalah
68
Menghindar
69
Chris dan Ahmad
70
Makan Siang di Pabrik
71
Viral
72
Aku, Kamu dan Dia
73
Aku, Kamu dan Dia 2
74
Mr. Insyaallah
75
Mengantar Dea
76
Kencan Di Kantor
77
Irene
78
Dugaan
79
Rumah Sakit
80
Takdirku
81
Yang Tersayang
82
Saudara Kandung
83
Ulang Tahun 1
84
Ulang Tahun 2
85
Anak-anakku
86
Anak-anakku Bersatu
87
Jalan-jalan
88
Tamu Tak Diundang
89
Kantor Lagi
90
Yang Tertinggal
91
Perusuh
92
Rencana Chris
93
Rumah Baru
94
Kencan?
95
Makan Siang Yang Rusuh
96
Komentar David
97
Aku Yang Kau Kenal
98
Wawancara TV
99
Petunjuk Ustad Rifki
100
Rubah Aku
101
Drama Di Sekolah
102
Janji Reina
103
Permainan Roulette Dimulai
104
Bagaimana Denganku?
105
Maaf Dariku
106
Jangan Hatinya
107
Satu Lagi
108
Tamu Diam-Diam
109
Gerak Cepat Arya
110
Arya Lagi
111
Bersamamu
112
Mili Dan Oktav
113
Ungkapan Hati
114
Peluang
115
Kesempatan Demi Kesempatan
116
Warisan George
117
Momen Indah
118
Hadiah
119
Milikku
120
Reina Vs Chris
121
Lukaku
122
Izin
123
Test DNA
124
Menunggumu
125
Langkah Koshino
126
Negosiasi
127
Dewa Penolong
128
Kenyataan
129
Perdebatan Hati
130
Pengorbanan Reina
131
Kunjungan Mama
132
Bukti
133
Kesempatan Terakhir
134
Si Hitam Manis
135
I Miss You
136
I Need You (Aku membutuhkanmu)
137
I Want You (aku menginginkanmu)
138
I Love You
139
Will You Be Mine?(Akankah Kau Jadi Milikku)
140
Reina, Reina, Reina
141
Bundo Rules (Peraturan Bundo)
142
Persiapan
143
Yang Terbaik Untukmu
144
Memulai Denganmu
145
Kau Bukan Miliknya
146
Oh, Ini
147
Pengadu Bukan Ya?
148
Hidup Baru
149
Mrs. Chris, I Love You
150
Me And My Love
151
Mengenal Aska
152
Perjuanganku
153
Mencuri Kesempatan 1
154
Mencuri Kesempatan 2
155
Mencuri Kesempatan 3
156
Penjelasan
157
Pertolongan Itu Dekat
158
A Date( kencan)
159
Chris
160
Kecewa
161
Peringatan
162
Bantuan Arya
163
Di Rumah Sakit
164
Salah Siapa
165
Belum Selesai
166
Pertemuan
167
Konferensi Pers
168
Menunggu
169
Pulang
170
Pretty Boy (Pria Cantik)
171
Prasangka
172
Mengenal Mariko
173
Rahasia Yang Menyakitkan
174
Kamu
175
Asisten
176
Amarah
177
Derajat Cinta
178
Usahaku
179
Lolos?
180
Kamu Lagi
181
Tak Mengerti
182
Permintaan
183
Ngambek
184
My Sweet Enemy (Musuh Termanisku)
185
Yang Tak Terkatakan
186
Hanya Untukmu
187
Tama Dan Aku
188
Berteman?
189
Kau Selalu
190
Ingin Tahu
191
Cari Aman
192
Islam Agamaku
193
Mengantarmu
194
Kendali Hati
195
Yang Tak Terduga
196
Pegang Tanganku
197
Kau Sentuh Hatiku
198
Lagi
199
Terlanjur Sayang
200
Tidak Nyaman
201
Pemberitahuan Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!