"Iya Pak." Reina memperhatikan bosnya hingga masuk ke dalam mobil.
Padahal aku kan sudah bilang tidak mau dibelikan, tapi dianya maksa. Sekarang kok jadi aku yang disalahkan? Kelihatannya orang ini suka sekali pamer ya? Kenapa sih orang kaya semua begitu, rutuk Reina dalam hati.
****
Di mobil Reina melihat ke jendela sambil menikmati pemandangan pinggir kota. Mmh, indah sekali. Masih ada orang yang mempunyai sawah di pinggiran kota seperti ini, pikir Reina. Ia tidak menyadari bosnya terus memperhatikan dirinya dari belakang.
Wanita ini, sama sekali tidak cantik. Tidak cantik. Lalu, kenapa aku masih terus memandanginya? Apa yang menarik darinya? Entahlah. Aku hanya tidak bisa bosan melihat wajahnya. Apalagi kalau dia tersenyum. Rasanya seperti habis dikasih bonus sama bidadari.
Chris tiba-tiba tersenyum sendiri. Ia tidak bisa menahan apa yang mengalir di otaknya.
Aduh, apa yang aku pikirkan? Dia kan istri orang? Chris merutuki dirinya sendiri.
Tiba-tiba Reina mengalihkan pandangan. Dengan gelagapan Chris mencoba fokus pada laptopnya.
"Pak kita sudah sampai, apa Bapak tidak ingin turun." Reina ternyata sudah membuka pintunya dan turun.
Chris melihat ke sekeliling. Ternyata sudah sampai. Kenapa ia tidak menyadarinya?
"Ehem, aku matikan laptopku dulu." Chris mencari alasan.
Di pintu pabrik mereka disambut oleh kepala pabrik, Pak Hasan. Pak Hasan membawa mereka berkeliling pabrik. Setelah itu mereka diajak masuk ke ruang meeting. Tak lama kemudian mereka meeting bersama karyawan pabrik. Sejam kemudian mereka selesai meeting. setelah itu mereka melanjutkan perjalanan untuk bertemu klien mereka di tempat lain.
"Kita berhenti di sini saja Mang." Mobil berbelok memasuki perparkiran sebuah restoran mewah.
"Meeting-nya kan bukan di sini Pak?"
"Iya, tapi ini kan jam makan siang."
Oh iya, sudah jam 12.15. Reina melirik jam tangannya.
Chris sudah turun dari mobilnya, tapi ia tidak melihat Reina ikut turun.
"Kamu kenapa tidak turun?" Chris mendekatkan kepalanya ke jendela mobil.
Reina membuka kaca mobil. "Belum lapar, Pak."
"Eh, tidak ada Sekretaris yang membiarkan bosnya makan sendirian. Ayo, mana catatan di pabrik tadi. Aku mau lihat."
"Oh ini ...." Reina sudah mengeluarkan mapnya, tapi bosnya sudah berjalan masuk ke dalam restoran di depannya.
Reina sebenarnya malas makan dengan bosnya setelah kejadian di butik tadi, tapi mau bilang apa, ia harus menemani bosnya makan siang.
Setelah memasuki pintu restoran, Reina melihat bosnya telah masuk ke area VVIP. Sebenarnya sudah banyak orang yang makan siang di sana tapi untuk yang masuk area VVIP boleh dibilang sedikit sekali.
Reina memasuki sebuah ruangan yang cukup luas. Chris sudah lebih dulu duduk di sana. Di sebelah meja makan ternyata ada taman dan sebuah kolam kecil yang dibatasi oleh dinding kaca. Benar-benar menyejukkan mata.
"Ini Pak catatannya." Reina menyerahkan catatan yang diminta.
"Kenapa kamu tidak ikut duduk?"
" Maaf, Pak, permisi mau sholat dulu."
"Oh, saya lupa kalau kamu muslim. Ya sudah." Chris mengambil daftar menu di meja. "Kau mau kupesankan makanan?"
" Nanti saya pesan sendiri, Pak." Reina pamit dan keluar.
Chris masih membolak balikkan daftar menu. Tetapi pikirannya tidak sedang di sana.
Untung saja saya Kristen. Kalau tidak ada perbedaan ini mungkin aku bisa gila, rutuk Chris. Kenapa aku bisa memilihnya dulu jadi Sekretaris? Apa semua bos selalu punya masalah dengan Sekretarisnya?
Memang sekretarisnya yang sudah-sudah terbilang cantik dan selalu berpakaian seksi. apalagi setelah mereka bekerja pada Chris, mereka selalu menggoda Chris. Ia tidak nyaman dengan ini. Chris lupa bahwa sebenarnya pesonanyalah yang menyebabkan semua mantan sekretarisnya tergila-gila bahkan nekat mengodanya dengan cara apapun. Seorang pria yang sangat tampan, tubuh atletis, tinggi dengan kulit putih dan wajah indo, ia terbilang sangat sempurna. Apalagi, selain tegas, Chris juga terbilang ramah.
"Lho, Bapak belum pesan makanan?" Suara Reina menyadarkannya dari lamunan.
"Saya tunggu kamu saja. Tidak enak makan sendiri."
"Mau saya pesankan?" Reina sudah duduk di sebelahnya. Chris menyerahkan daftar menu yang ada padanya.
"Saya Aussie steak saja, yang well done(matang)."
"Ok. Mmh ... Oh aku yang ini saja." Reina memanggil pelayan dan memesan makanan.
Sejurus kemudian, makanan mereka datang.
"Kamu makan bebek?"
Reina mencuci tangannya. "Iya."
"Pakai tangan?"
Apalagi ini? Apa dia mau protes dengan apa yang aku makan? "Iya, Pak."
Chris meletakkan jarinya di dagu. Ia memperhatikan Reina menyuap makanannya dengan tangan.
"Cabe hijau dengan cabe merah sama 'kan ya? Pedas ...." Chris terlihat membayangkan rasa pedas di mulutnya.
"Yang pedas cabe rawit, Pak." Kata Reina sambil tersenyum. "Yang ini enak. Pedasnya hanya sedikit." Ia masih mengunyah makanan di mulutnya.
"Bebeknya enak?" tanyanya lagi.
"Enak. Bapak tidak makan?"
"Bebek itu rasanya seperti apa? Ayam?"
Reina tertawa. "Bapak mau coba? Ini."
Reina mencubit sedikit daging bebeknya dan menyodorkan ke mulut Chris.
"Tapi ini ada cabai hijaunya." Chris memperhatikan potongan daging yang ditawarkan padanya.
"Tidak apa-apa, Pak, tidak pedas."
Chris melirik ke arah Reina.
"Saya bawa permen kok kalau Bapak kepedesan."
Chris menggigit daging yang disodorkan dari tangan Reina. Mengunyah sebentar. Tiba-tiba ia mengambil garpu dan menyendokkan nasi dari piring Reina.
Wanita itu terkejut.
"Minta nasinya."
"Pakai tangan Pak lebih enak."
"Mmh?"
" Begini, Pak." Reina mengumpulkan nasinya sedikit di piringnya. Menambahkan potongan daging bebek serta bumbunya, menekan-nekan hingga berbentuk kerucut, kemudian mengambilnya dengan tangkupan tangan. Ia mengarahkan tangannya ke mulut Chris. Pria itu memakan suapan Reina membuat wajah Reina memerah seketika. Ia baru sadar apa yang baru saja dilakukannya.
"Sudah ya?" Reina menarik piring. Belum sempat ia menikmati makanannya, piringnya sudah ditarik Chris kembali. Ia menukarnya dengan steak yang ada di hadapan.
"Tukar ya? Aku mau ini."
"Tidak mau, Pak, saya sudah lama ingin makan ini." Reina mencoba mengambil kembali piringnya, tapi dihalau Chris.
"Aku juga sudah lama ingin mencobanya tapi bumbunya selalu pakai cabai, tapi ini tidak terlalu pedas. Kenapa? Kamu tidak suka steak ya? Pesan lagi saja." Chris sudah mulai sibuk dengan nasi yang ia kumpulkan.
"Ya sudah." Reina mulai mencuci tangannya dan mengambil garpu dan pisau. Ia melirik Chris. Pria itu masih sibuk memadatkan nasi, namun ketika ia mencoba mengambil nasinya, malah tumpah berantakan.
Reina tertawa.
"Kok tidak bisa." Chris terlihat bingung.
"Begini." Reina mengambil piringnya lagi. "Bapak ambil bumbunya terlalu banyak. Sedikit saja, Pak. Soalnya terlalu banyak minyak jadi nasinya tidak nempel." Reina mencontohkan sekali lagi, memadatkan nasinya. "Nih, Pak."
"Mana? Aaaa." Chris membuka mulutnya.
Wajah Reina kembali memerah. "Makan sendiri, Pak." Reina mendorong piring berisi nasi bebek ke arah Chris. Apa-apaan sih Pak Chris ini masak aku harus menyuapi dia, rutuk Reina lagi.
"Ya sudah." Chris memakan nasi padat yang dibuat Reina tadi. Berhasil. Ia mencoba membuatnya beberapa kali. Ada yang berhasil ada yang tidak. Chris termasuk gigih belajar membuatnya.
Dari tempat ia duduk, Reina memperhatikan tingkah laku bosnya itu. Kadang ia ingin tertawa tapi di tahannya.
Orang ini lucu sekali ya? Apa dia belum pernah makan yang seperti ini? Batin Reina. Ia bisa bicara bahasa Indonesia dengan lancar tapi tetap saja darah ekspatriatnya tidak bisa dibohongi.
"Pedas juga ternyata ya?" Chris mengibas-ngibaskan mulutnya dengan tangan. Keringatnya sudah bercucuran dari kepala. Sudah 1 gelas jus jeruk habis olehnya.
"Ini Pak ada permen." Reina menyodorkan permen di atas meja.
"Tidak. Aku butuh air. Mintakan air putih yang banyak untukku."
Reina berjalan keluar mencari pelayan. Sebenarnya ia ingin tertawa tapi ia tahan. Di luar ruangan Reina akhirnya tertawa terpingkal-pingkal. Ada beberapa pengunjung restoran yang menengok ke arahnya tapi ia tak peduli.
Ini benar lucu! Lagipula, siapa suruh makan makanan orang lain. Jadi kalau bermasalah ya salah sendiri.
Reina berjalan masuk diiringi seorang pelayan yang membawa satu teko besar dari kaca berisi air putih. Ia menuangkannya ke sebuah gelas baru yang dibawanya, lalu meletakan sisanya di atas meja, kemudian pelayan itu pergi.
"Terima kasih." Chris segera meminumnya sampai habis.
"Bagaimana, Pak?"
"It's fun. Seru. Kapan-kapan aku ingin coba makan lagi." Chris seperti mencari sesuatu.
"Cari apa, Pak?"
"Tidak ada tisu," jawabnya pelan. Kebetulan tisu yang ada di atas meja sudah habis.
"Pakai ini saja, Pak." Reina mengeluarkan saputangan dari dalam tasnya.
Chris mengambil dan mengusap wajahnya yang bercucuran keringat. Lalu ia melihat kembali saputangan itu. Sudah kotor.
"Sudah, Pak? Sini." Reina meminta kembali saputangannya.
Chris malah mengantongi.
"Tidak usah dicuci, Pak. Kembalikan saja."
"Siapa yang mau mengembalikan? Buat aku saja." Chris langsung berdiri dan meninggalkan meja.
Reina mengikuti. "Tapi Pak, itu ...."
"Aku sudah membelikanmu jas 2 buah. Tidak sebanding harganya dengan saputangan ini 'kan?" Ia mengacukan saputangan itu tinggi-tinggi. "Masa aku tidak boleh meminta saputangan ini."
Reina terdiam.
Chris tersenyum, menang. Ia memasukkan saputangan itu kembali ke kantong celananya. "Ayo, sekarang kita berangkat lagi."
****
Mereka sudah naik ke lantai 2 dan langsung menemukan meja resepsionis di sana.
"Pak Robert ada?" tanya Reina pada resepsionisnya.
"Dari mana ya, Mbak?"
"Pak Christian dari Famindo. Kita sudah ada janji."
"Oh iya, Mbak. Sudah ditunggu sama Pak Robert. Lewat sini, Mbak."
Mereka mengikuti resepsionis itu hingga sampai ke sebuah ruang kantor. Ia membuka pintu. "Ada Pak Christian, Pak," kata resepsionis itu sambil datang mendekat.
"Oh ya? Mana dia? Hei Chris, how are you (apa kabar)?" Robert menyambutnya.
"Fine. So how are you, now? You seems doing well. You have a great office(Baik. Bagaimana denganmu? Kelihatannya bisnismu lancar. Apalagi kantormu bagus begini) Chris melihat ke sekeliling ruangan Robert. "Kamu jadi beli gedung ini 'kan?"
______________________________________
Terimakasih ya teman2 tersayang sudah mau membaca novelku yg pertama ini. Sekali lagi author minta komen yg membangun dan vote, vote, vote biar dapat rangking😊. Love you all💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Nazwatalita
Makin penasaran
2022-09-20
2
Senandung Rinduw Serin
bagusss
2022-07-27
1
🌸Santi Suki🌸
kalau baca Tama aku jadi ingat kisah dia di sungai rindu 😭😭😭
2022-06-05
2