Reina terlihat bingung.
"Maaf ya, he he he." Maya tersenyum sambil menyikut Lucy. "Temanku yang satu ini suka asal bicara."
"Tapi 'kan benar, sekretarisnya biasanya cantik dan seksi lagi." Lucy membela diri.
"Tapi 'kan dipecat gara-gara mengoda Pak Chris dengan pakaian yang terlampau seksi," ujar Kiki.
" Hush, sudah. Gak sopan tahu!" sela Maya lagi.
"Mungkin karena itu dia pilih, wajah sekretaris yang biasa-biasa aja," Lucy ikut menimpali.
Maya memegang kepalanya dengan kedua tangan. Pusing deh ini, batinnya.
"Mengoda Pak Chris ya?" Reina mengulang pelan. Ia tampak tak tersinggung.
"He he he." Maya hanya bisa tersenyum getir. "Teman-teman pada bocor, mbak, he he he."
"Tak apa-apa. Jadi tahu banyak nih ...." sahut Reina.
"Ada lho Mbak, sekretaris satu lagi, tapi suka bikin kesel." Kiki bercerita.
" Oh itu. Si Shelly." Lucy langsung memotong.
"Kenapa dia?" tanya Reina dengan wajah polos.
"Ambisius ingin jadi istri bos, kali," sahut Lucy lagi. Mereka tertawa.
"Mimpinya ketinggian itu," sela Maya.
"Ya, ada sih sekretaris yang bisa nikah sama bosnya, tapi itu 1 banding 10.000," Kiki menyahuti Maya.
"Mana pakai baju seksinya terlalu, mmh ... wow," Lucy menimpali.
"Lebih mirip Tante ehem ...." sindir Maya.
"A ha ha ha ha. Jangan begitu ah, sama teman sendiri," sahut Reina meredakan pembicaraan yang mulai keterlaluan.
"Apa? Teman? Semua orang diajak ribut, Mbak, sama dia " sela Dea yang dari tadi diam.
"Mbak, belum ambil makanan?" Lucy memperhatikan Reina. "Yuk, Mbak, aku temani."
"Eh iya." Reina mengikuti Lucy.
"Mbak termasuk hebat ya?" Lucy memuji.
"Kenapa?" jawab Reina heran.
"Yang pakai jilbab di sini bisa dihitung dengan jari. Sedikit sekali, Mbak."
"Memangnya banyak orang non Islam di sini?"
"Ya tidak juga. Banyak yang Islamnya kok. Ya tapi kebanyakan tidak pakai jilbab, Mbak karena yang punyanya Kristen."
"Maksudnya bagaimana, aku kok tidak mengerti, ya?"
"Ya kalau pakai jilbab kesulitan, Mbak, karena kliennya banyak yang Kristen. Mereka pasti lebih suka dilayani sama non muslim. Jadi banyak yang tidak berani pakai jilbab. Begitu, Mbak."
"Tapi Pak Chris memilihku karena apa adanya diriku."
"Itu dia, makanya tadi aku bilang, Mbak hebat."
"Masa sih? Padahal di sesi wawancara aku tidak bicara banyak. Hanya mengikuti apa yang dia tanyakan saja."
"Begitu ya?"
"Iya."
++++
Sekembalinya Reina ke ruangan, tidak ada Redi di sana. Ia menghampiri mejanya. Belum sempat ia duduk, seorang anak kecil keluar dari balik pintu ruang Pak Chris. Dia berlari keluar tapi tertegun melihat Reina. Langkahnya terhenti.
"Kamu ... sapa?" Jarinya menunjuk ke arah Reina. Reina kembali ingat cerita Redi.
" Kamu pasti anaknya Papa Chris, ya?" kata Reina sambil tersenyum.
"Eh, itu papaku bukan papamu." Anak itu terlihat kesal.
Reina hampir tidak bisa menahan tawanya. Ia melihat anak itu dengan seksama. Anak laki-laki itu berkulit putih bersih, badannya padat berisi berumur sekitar 3 tahun. Untuk anak di usia itu, ia sangat pintar bicara, tapi kenapa matanya sipit dan sama sekali tidak mirip Pak Chris ya? Apa mirip ibunya mungkin.
"Tama ...Tama kamu di mana?" Terdengar suara Pak Chris memanggil dari dalam ruangan.
Anak kecil yang ada di hadapan terlihat gelagapan. Ia melihat ke arah Reina yang sudah duduk di bangkunya.
"Tante, Tante. Jangan kasih tahu Papa aku di mana ya?"
Belum sempat Reina menjawab, anak kecil itu sudah berlari ke arahnya. Tiba-tiba rok Reina yang panjang disibaknya. Reina kaget. Anak itu masuk dan bersembunyi di dalamnya. Aduh, gimana nih, batin Reina.
Chris keluar dari ruangannya. Ia memandang ke sekeliling. Hanya ada Reina di sana. "Apa kau melihat anak kecil?" tanyanya pada Reina. Ia melangkah ke arah sang wanita.
Reina merasakan dekapan jari anak kecil di kakinya, dan itu membuatnya sedikit geli. "Itu ...." Ia memejam mata. Pelukan di kakinya semakin erat. Reina semakin merasa tidak nyaman karena dipeluk oleh kulit lembut seorang anak kecil.
"Mmh ...?" Chris makin bingung dengan tingkah Reina yang sepertinya tidak nyaman akan sesuatu, tapi tiba-tiba ia mengerti. Ia membulatkan mulutnya dan menaikkan telunjuk. Pria itu menurunkan tubuh dan melihat sepasang sepatu anaknya sedikit tersembul keluar dari rok panjang Reina.
"Dapat!" Chris menyibak rok Reina dan melihat anak itu bersembunyi di sana, tapi alih-alih bisa mengambilnya, kepala Chris dipukul Reina dengan map.
"Pak ...." jerit Reina.
"Aduhh ...." Chris memegang kepalanya.
"Ha ha ha ha ha," anak kecil itu tertawa sambil melepas pelukannya dari kaki wanita itu. Ia berlari ke arah Chris.
"Maaf Pak, tapi Bapak mengagetkanku." Reina membungkuk meminta maaf. Wajahnya terlihat memerah.
"Ada apa ini? Ada apa, Pak?" Redi ternyata sudah kembali. Ia terlihat bingung dengan apa yang terjadi.
"Tidak apa-apa." Wajah Chris pun terlihat memerah. Ia memeluk dan menggendong anak kecil itu.
"Ha ha ha ha ha. Lagi, Pa!" seru anak itu. Ia terlihat senang.
"Eh, kamu nakal, ya?" Chris mengeratkan pelukan.
"Lagi, lagi!" teriaknya kesenangan. Ia menghentak-hentakkan kakinya.
" Maaf, Pak." Reina mengkhawatirkan pukulan di kepala bosnya tadi."Tidak apa-apa," katanya canggung. Ia langsung berbalik ke arah ruangannya.
Setelah masuk ruangan, Reina menceritakan kejadian tadi pada Redi.
"Wa ha ha ha ha," Redi tertawa. "Anak itu memang nakal. Selalu. Ada saja yang dikerjakannya," katanya masih tertawa.
"Sst, jangan keras-keras," bisik Reina sambil meletakkan jari telunjuknya di depan mulut. Ia takut Chris mendengar suara Redi.
Tak lama terdengar suara tangisan anak kecil. Kembali Redi menahan tawanya.
"Kenapa lagi sekarang?"
"Sudahlah tak usah dipikirkan. Biasa. Disiplin. Sebentar juga berhenti." Tanpa melihat, Redi sibuk mengelompokkan kertas-kertas yang dibawanya tadi.
Beberapa menit kemudian, tangisannya masih belum juga berhenti membuat Reina semakin penasaran. Ia berdiri dan melangkah mendekati ruang kerja Chris.
"Eh, eh, mau ke mana? Kan ada Bapaknya Rei."
Namun, Reina begitu penasaran. Ia akhirnya melangkah ke dalam ruang bosnya.
"Huahh," terdengar suara tangisan Tama. Ketika pintu dibuka, keduanya menengok ke arah pintu. Tama tiba-tiba berlari ke arah Reina. Ia langsung memeluk kaki Reina.
"Huahh." Ia masih menangis.
Reina terkejut. Cepat-cepat ia segera membungkuk dan diambilnya Tama dalam gendongan. Reaksi bocah kecil itu malah memeluknya erat-erat.
"Eh, ada apa ini? Anak Papa kok nangis." Reina mencoba menghapus air mata Tama sambil tersenyum. Tanpa sengaja Chris melihat senyum itu. Indah sekali saat ia tersenyum, pikir Chris. ini untuk kedua kalinya ia melihat senyum sekretarisnya.
"Papa jahat, huahh ...," adu Tama.
"Oh. Masa? Memangnya Papamu bilang apa?" Reina masih tersenyum.
Tiba-tiba tangis Tama berhenti. Ia menunduk. "Katanya ...."
"Iya." Reina menunggu Tama yang ragu-ragu.
"Harus minta maaf sama Tante, huahh ...." Tama memeluk Reina sambil merebahkan kepalanya ke dada Reina. Ia menangis terisak sementara Reina harus menahan tawanya.
"Lho, anak Papa jagoan 'kan? Kok pakai nangis. Tantenya 'kan ada di sini, tinggal minta maaf saja, bisa 'kan?"
Tama berhenti dari tangisnya. Ia mengangguk dan mengangkat kepalanya. "Tante, maaf ... Tadi Tama cuma main-main. Ngak tau kenapa Papa tiba-tiba marah." Keduanya menengok ke arah Chris. Pria itu terlihat gelagapan. Reina tersenyum.
"Oh ya, kamu ada apa kemari? Biar sini Tama aku gendong." Chris mengalihkan pembicaraan dengan mencoba mengambil anaknya dari Reina.
"Aduhh," Reina mengaduh. Rupanya Tama yang terkejut saat hendak diambil berusaha menggenggam erat jilbab Reina.
Chris tak jadi mengambilnya. Ia jadi serba salah. Belum pernah sebelumnya Tama begitu ingin digendong orang lain selain dirinya. Ini cukup mengejutkan. Bahkan dengan Ibu Chris saja yang sudah lama mengenalnya, Tama tak mau digendong. Tama baru melihat Reina hari ini kenapa ia bisa begitu lengket?
Ia memandangi Tama yang sudah di dalam pelukan Reina. Anak itu memeluk Reina erat seakan-akan tidak ingin berpisah dengannya. Seakan-akan dia itu Ibunya. Padahal Ibu aslinya ada di rumah sakit, tapi ia tak pernah mau menyentuhnya. Ia selalu menangis bila Chris membawanya ke sana.
"Pak?" Chris tersadar dari lamunannya. Reina tersenyum. Aduh, kenapa ada wanita yang senyumnya seindah ini. Baru hanya senyuman. Belum yang lainnya. Yang lainnya? Yang lainnya apa?
Aku mikir apa? Astaga! Untung saja ia sudah bersuami, kalau tidak ... Kalau tidak apa? Apa sih yang aku pikirkan? Dia hanya memberiku senyuman, dan aku bisa berpikir sejauh ini? Ada apa dengan diriku? Apa aku sudah jatuh cinta padanya? Bodoh. No way!(tidak mungkin) Tunanganku kan cantik dan kaya. Berbanding terbalik dengan Reina ke mana-mana. Dia ... menghianatiku. Hufh. Aku membandingkan Reina untuk apa? Toh dia hanya seorang sekretaris yang punya senyum manis.
"Sudah tidur ya, sini aku gendong." Chris mencoba mengambil Tama yang sudah tertidur dipelukan Reina. Ternyata genggaman tangannya sangat kuat pada baju Reina. Chris mencoba membukanya dengan sedikit memaksa dan ... Tama terbangun.Chris terkejut.
"Huahhh." Tampaknya dia terbangun dari tidurnya dan menangis karena merasa terganggu.
"Biar denganku saja, Pak." Reina mengambil kembali Tama dari tangan Chris. Ia mengusap punggung Tama. Tak lama kemudian bocah kecil itu pun kembali tertidur. Reina masih mencoba meninabobokan, memastikan Tama benar-benar tertidur. Dilihatnya wajah bocah kecil itu yang sudah kembali tenang. "Cepat sekali tidurnya Pak. Mungkin karena sudah lelah menangis." Reina tersenyum. Ia bicara sambil berbisik. "O ya, Pak. Maaf tadi saya ...."
"Tak apa-apa. Soalnya tadi saya yang ...." kalimatnya terhenti. Ia tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat. Malu juga rasanya kalau diteruskan. Ia yang salah menyingkap rok wanita tanpa permisi. Mungkin saja karena takut kehilangan pekerjaan wanita ini tidak bisa marah "Lupakan saja. Ini terlalu canggung."
"Iya Pak. Benar." Hufh. Akhirnya, batin Reina lagi. "Ini saya taruh di sini saja, Pak ya? Sudah tidur." Reina meletakkan Tama di sofa besar dengan hati-hati.
"Namanya siapa, Pak?" Reina yang duduk di sebelah Tama yang telah tertidur lelap, mengusap-usap kakinya. Kaki kecil yang bikin orang gemas ingin mencubitnya.
"Tama? Pertama Airlangga Jhonson," sahut Chris sambil melipat tangannya di dada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Nazwatalita
penasaran
2022-09-20
2
Lena Laiha
pekerjaan suaminya Reina apa ya? jadi penasaran
2022-06-09
1
🌸Santi Suki🌸
Suka tulisannya banyak. puas bacanya. 😍😍 lanjut Mak.
2022-06-04
1