Papa Bos

Reina terlihat bingung.

"Maaf ya, he he he." Maya tersenyum sambil menyikut Lucy. "Temanku yang satu ini suka asal bicara."

"Tapi 'kan benar, sekretarisnya biasanya cantik dan seksi lagi." Lucy membela diri.

"Tapi 'kan dipecat gara-gara mengoda Pak Chris dengan pakaian yang terlampau seksi," ujar Kiki.

" Hush, sudah. Gak sopan tahu!" sela Maya lagi.

"Mungkin karena itu dia pilih, wajah sekretaris yang biasa-biasa aja," Lucy ikut menimpali.

Maya memegang kepalanya dengan kedua tangan. Pusing deh ini, batinnya.

"Mengoda Pak Chris ya?" Reina mengulang pelan. Ia tampak tak tersinggung.

"He he he." Maya hanya bisa tersenyum getir. "Teman-teman pada bocor, mbak, he he he."

"Tak apa-apa. Jadi tahu banyak nih ...." sahut Reina.

"Ada lho Mbak, sekretaris satu lagi, tapi suka bikin kesel." Kiki bercerita.

" Oh itu. Si Shelly." Lucy langsung memotong.

"Kenapa dia?" tanya Reina dengan wajah polos.

"Ambisius ingin jadi istri bos, kali," sahut Lucy lagi. Mereka tertawa.

"Mimpinya ketinggian itu," sela Maya.

"Ya, ada sih sekretaris yang bisa nikah sama bosnya, tapi itu 1 banding 10.000," Kiki menyahuti Maya.

"Mana pakai baju seksinya terlalu, mmh ... wow," Lucy menimpali.

"Lebih mirip Tante ehem ...." sindir Maya.

"A ha ha ha ha. Jangan begitu ah, sama teman sendiri," sahut Reina meredakan pembicaraan yang mulai keterlaluan.

"Apa? Teman? Semua orang diajak ribut, Mbak, sama dia " sela Dea yang dari tadi diam.

"Mbak, belum ambil makanan?" Lucy memperhatikan Reina. "Yuk, Mbak, aku temani."

"Eh iya." Reina mengikuti Lucy.

"Mbak termasuk hebat ya?" Lucy memuji.

"Kenapa?" jawab Reina heran.

"Yang pakai jilbab di sini bisa dihitung dengan jari. Sedikit sekali, Mbak."

"Memangnya banyak orang non Islam di sini?"

"Ya tidak juga. Banyak yang Islamnya kok. Ya tapi kebanyakan tidak pakai jilbab, Mbak karena yang punyanya Kristen."

"Maksudnya bagaimana, aku kok tidak mengerti, ya?"

"Ya kalau pakai jilbab kesulitan, Mbak, karena kliennya banyak yang Kristen. Mereka pasti lebih suka dilayani sama non muslim. Jadi banyak yang tidak berani pakai jilbab. Begitu, Mbak."

"Tapi Pak Chris memilihku karena apa adanya diriku."

"Itu dia, makanya tadi aku bilang, Mbak hebat."

"Masa sih? Padahal di sesi wawancara aku tidak bicara banyak. Hanya mengikuti apa yang dia tanyakan saja."

"Begitu ya?"

"Iya."

++++

Sekembalinya Reina ke ruangan, tidak ada Redi di sana. Ia menghampiri mejanya. Belum sempat ia duduk, seorang anak kecil keluar dari balik pintu ruang Pak Chris. Dia berlari keluar tapi tertegun melihat Reina. Langkahnya terhenti.

"Kamu ... sapa?" Jarinya menunjuk ke arah Reina. Reina kembali ingat cerita Redi.

" Kamu pasti anaknya Papa Chris, ya?" kata Reina sambil tersenyum.

"Eh, itu papaku bukan papamu." Anak itu terlihat kesal.

Reina hampir tidak bisa menahan tawanya. Ia melihat anak itu dengan seksama. Anak laki-laki itu berkulit putih bersih, badannya padat berisi berumur sekitar 3 tahun. Untuk anak di usia itu, ia sangat pintar bicara, tapi kenapa matanya sipit dan sama sekali tidak mirip Pak Chris ya? Apa mirip ibunya mungkin.

"Tama ...Tama kamu di mana?" Terdengar suara Pak Chris memanggil dari dalam ruangan.

Anak kecil yang ada di hadapan terlihat gelagapan. Ia melihat ke arah Reina yang sudah duduk di bangkunya.

"Tante, Tante. Jangan kasih tahu Papa aku di mana ya?"

Belum sempat Reina menjawab, anak kecil itu sudah berlari ke arahnya. Tiba-tiba rok Reina yang panjang disibaknya. Reina kaget. Anak itu masuk dan bersembunyi di dalamnya. Aduh, gimana nih, batin Reina.

Chris keluar dari ruangannya. Ia memandang ke sekeliling. Hanya ada Reina di sana. "Apa kau melihat anak kecil?" tanyanya pada Reina. Ia melangkah ke arah sang wanita.

Reina merasakan dekapan jari anak kecil di kakinya, dan itu membuatnya sedikit geli. "Itu ...." Ia memejam mata. Pelukan di kakinya semakin erat. Reina semakin merasa tidak nyaman karena dipeluk oleh kulit lembut seorang anak kecil.

"Mmh ...?" Chris makin bingung dengan tingkah Reina yang sepertinya tidak nyaman akan sesuatu, tapi tiba-tiba ia mengerti. Ia membulatkan mulutnya dan menaikkan telunjuk. Pria itu menurunkan tubuh dan melihat sepasang sepatu anaknya sedikit tersembul keluar dari rok panjang Reina.

"Dapat!" Chris menyibak rok Reina dan melihat anak itu bersembunyi di sana, tapi alih-alih bisa mengambilnya, kepala Chris dipukul Reina dengan map.

"Pak ...." jerit Reina.

"Aduhh ...." Chris memegang kepalanya.

"Ha ha ha ha ha," anak kecil itu tertawa sambil melepas pelukannya dari kaki wanita itu. Ia berlari ke arah Chris.

"Maaf Pak, tapi Bapak mengagetkanku." Reina membungkuk meminta maaf. Wajahnya terlihat memerah.

"Ada apa ini? Ada apa, Pak?" Redi ternyata sudah kembali. Ia terlihat bingung dengan apa yang terjadi.

"Tidak apa-apa." Wajah Chris pun terlihat memerah. Ia memeluk dan menggendong anak kecil itu.

"Ha ha ha ha ha. Lagi, Pa!" seru anak itu. Ia terlihat senang.

"Eh, kamu nakal, ya?" Chris mengeratkan pelukan.

"Lagi, lagi!" teriaknya kesenangan. Ia menghentak-hentakkan kakinya.

" Maaf, Pak." Reina mengkhawatirkan pukulan di kepala bosnya tadi."Tidak apa-apa," katanya canggung. Ia langsung berbalik ke arah ruangannya.

Setelah masuk ruangan, Reina menceritakan kejadian tadi pada Redi.

"Wa ha ha ha ha," Redi tertawa. "Anak itu memang nakal. Selalu. Ada saja yang dikerjakannya," katanya masih tertawa.

"Sst, jangan keras-keras," bisik Reina sambil meletakkan jari telunjuknya di depan mulut. Ia takut Chris mendengar suara Redi.

Tak lama terdengar suara tangisan anak kecil. Kembali Redi menahan tawanya.

"Kenapa lagi sekarang?"

"Sudahlah tak usah dipikirkan. Biasa. Disiplin. Sebentar juga berhenti." Tanpa melihat, Redi sibuk mengelompokkan kertas-kertas yang dibawanya tadi.

Beberapa menit kemudian, tangisannya masih belum juga berhenti membuat Reina semakin penasaran. Ia berdiri dan melangkah mendekati ruang kerja Chris.

"Eh, eh, mau ke mana? Kan ada Bapaknya Rei."

Namun, Reina begitu penasaran. Ia akhirnya melangkah ke dalam ruang bosnya.

"Huahh," terdengar suara tangisan Tama. Ketika pintu dibuka, keduanya menengok ke arah pintu. Tama tiba-tiba berlari ke arah Reina. Ia langsung memeluk kaki Reina.

"Huahh." Ia masih menangis.

Reina terkejut. Cepat-cepat ia segera membungkuk dan diambilnya Tama dalam gendongan. Reaksi bocah kecil itu malah memeluknya erat-erat.

"Eh, ada apa ini? Anak Papa kok nangis." Reina mencoba menghapus air mata Tama sambil tersenyum. Tanpa sengaja Chris melihat senyum itu. Indah sekali saat ia tersenyum, pikir Chris. ini untuk kedua kalinya ia melihat senyum sekretarisnya.

"Papa jahat, huahh ...," adu Tama.

"Oh. Masa? Memangnya Papamu bilang apa?" Reina masih tersenyum.

Tiba-tiba tangis Tama berhenti. Ia menunduk. "Katanya ...."

"Iya." Reina menunggu Tama yang ragu-ragu.

"Harus minta maaf sama Tante, huahh ...." Tama memeluk Reina sambil merebahkan kepalanya ke dada Reina. Ia menangis terisak sementara Reina harus menahan tawanya.

"Lho, anak Papa jagoan 'kan? Kok pakai nangis. Tantenya 'kan ada di sini, tinggal minta maaf saja, bisa 'kan?"

Tama berhenti dari tangisnya. Ia mengangguk dan mengangkat kepalanya. "Tante, maaf ... Tadi Tama cuma main-main. Ngak tau kenapa Papa tiba-tiba marah." Keduanya menengok ke arah Chris. Pria itu terlihat gelagapan. Reina tersenyum.

"Oh ya, kamu ada apa kemari? Biar sini Tama aku gendong." Chris mengalihkan pembicaraan dengan mencoba mengambil anaknya dari Reina.

"Aduhh," Reina mengaduh. Rupanya Tama yang terkejut saat hendak diambil berusaha menggenggam erat jilbab Reina.

Chris tak jadi mengambilnya. Ia jadi serba salah. Belum pernah sebelumnya Tama begitu ingin digendong orang lain selain dirinya. Ini cukup mengejutkan. Bahkan dengan Ibu Chris saja yang sudah lama mengenalnya, Tama tak mau digendong. Tama baru melihat Reina hari ini kenapa ia bisa begitu lengket?

Ia memandangi Tama yang sudah di dalam pelukan Reina. Anak itu memeluk Reina erat seakan-akan tidak ingin berpisah dengannya. Seakan-akan dia itu Ibunya. Padahal Ibu aslinya ada di rumah sakit, tapi ia tak pernah mau menyentuhnya. Ia selalu menangis bila Chris membawanya ke sana.

"Pak?" Chris tersadar dari lamunannya. Reina tersenyum. Aduh, kenapa ada wanita yang senyumnya seindah ini. Baru hanya senyuman. Belum yang lainnya. Yang lainnya? Yang lainnya apa?

Aku mikir apa? Astaga! Untung saja ia sudah bersuami, kalau tidak ... Kalau tidak apa? Apa sih yang aku pikirkan? Dia hanya memberiku senyuman, dan aku bisa berpikir sejauh ini? Ada apa dengan diriku? Apa aku sudah jatuh cinta padanya? Bodoh. No way!(tidak mungkin) Tunanganku kan cantik dan kaya. Berbanding terbalik dengan Reina ke mana-mana. Dia ... menghianatiku. Hufh. Aku membandingkan Reina untuk apa? Toh dia hanya seorang sekretaris yang punya senyum manis.

"Sudah tidur ya, sini aku gendong." Chris mencoba mengambil Tama yang sudah tertidur dipelukan Reina. Ternyata genggaman tangannya sangat kuat pada baju Reina. Chris mencoba membukanya dengan sedikit memaksa dan ... Tama terbangun.Chris terkejut.

"Huahhh." Tampaknya dia terbangun dari tidurnya dan menangis karena merasa terganggu.

"Biar denganku saja, Pak." Reina mengambil kembali Tama dari tangan Chris. Ia mengusap punggung Tama. Tak lama kemudian bocah kecil itu pun kembali tertidur. Reina masih mencoba meninabobokan, memastikan Tama benar-benar tertidur. Dilihatnya wajah bocah kecil itu yang sudah kembali tenang. "Cepat sekali tidurnya Pak. Mungkin karena sudah lelah menangis." Reina tersenyum. Ia bicara sambil berbisik. "O ya, Pak. Maaf tadi saya ...."

"Tak apa-apa. Soalnya tadi saya yang ...." kalimatnya terhenti. Ia tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat. Malu juga rasanya kalau diteruskan. Ia yang salah menyingkap rok wanita tanpa permisi. Mungkin saja karena takut kehilangan pekerjaan wanita ini tidak bisa marah "Lupakan saja. Ini terlalu canggung."

"Iya Pak. Benar." Hufh. Akhirnya, batin Reina lagi. "Ini saya taruh di sini saja, Pak ya? Sudah tidur." Reina meletakkan Tama di sofa besar dengan hati-hati.

"Namanya siapa, Pak?" Reina yang duduk di sebelah Tama yang telah tertidur lelap, mengusap-usap kakinya. Kaki kecil yang bikin orang gemas ingin mencubitnya.

"Tama? Pertama Airlangga Jhonson," sahut Chris sambil melipat tangannya di dada.

Terpopuler

Comments

Nazwatalita

Nazwatalita

penasaran

2022-09-20

2

Lena Laiha

Lena Laiha

pekerjaan suaminya Reina apa ya? jadi penasaran

2022-06-09

1

🌸Santi Suki🌸

🌸Santi Suki🌸

Suka tulisannya banyak. puas bacanya. 😍😍 lanjut Mak.

2022-06-04

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Mula
2 Papa Bos
3 Butik Rere
4 Bebek
5 Tama Telepon
6 Maaf
7 Mama Chris
8 I Hate Monday
9 Diselamatkan Tama
10 Bubble Gum
11 Mariko
12 Sah
13 Tangan Keberuntungan
14 Menghitung Khilaf
15 Mama
16 Silent Fight (Berjuang Dalam Diam)
17 My Little Angel
18 India
19 Sarapan
20 Alex
21 Tawaran Alex
22 Lunch With Alex
23 Anjali's Deal (Kesepakatan Dengan Anjali)
24 Kantor Alex
25 Tidur Bersama
26 Karena Alex dan Reina
27 Tawaran Alex
28 Lunch with Alex
29 Anjali's Deal (kesepakatan dengan Anjali)
30 Kantor Alex
31 Chris vs Alex
32 Kecemburuan Alex
33 David vs Shanty
34 Godaan Alex
35 Murotal Al Qur'an
36 Sakit Apa?
37 Terperangkap
38 Kencan
39 Kedutaan Amerika
40 Membukam Alex
41 Reina dan Ahmad
42 Reina, ceritaku
43 Berita
44 Inspeksi
45 Pengakuan siapa?
46 Alex (lagi)
47 Sehari Bersama Tama
48 Persiapan
49 Istirahat
50 Foto Dalam Pesawat
51 Reina dan Kuda
52 Ramalan
53 Reina dan Kuda 2
54 Siapa Dia?
55 Jaket
56 Ahmad dan Bundo
57 Boston
58 Investasi
59 Regi
60 Sepatu
61 Kehilangan
62 Biskuit Jahe
63 Kemana Reina
64 Tim Penyelamat
65 Kedutaan Jepang
66 Pulang
67 Rasa bersalah
68 Menghindar
69 Chris dan Ahmad
70 Makan Siang di Pabrik
71 Viral
72 Aku, Kamu dan Dia
73 Aku, Kamu dan Dia 2
74 Mr. Insyaallah
75 Mengantar Dea
76 Kencan Di Kantor
77 Irene
78 Dugaan
79 Rumah Sakit
80 Takdirku
81 Yang Tersayang
82 Saudara Kandung
83 Ulang Tahun 1
84 Ulang Tahun 2
85 Anak-anakku
86 Anak-anakku Bersatu
87 Jalan-jalan
88 Tamu Tak Diundang
89 Kantor Lagi
90 Yang Tertinggal
91 Perusuh
92 Rencana Chris
93 Rumah Baru
94 Kencan?
95 Makan Siang Yang Rusuh
96 Komentar David
97 Aku Yang Kau Kenal
98 Wawancara TV
99 Petunjuk Ustad Rifki
100 Rubah Aku
101 Drama Di Sekolah
102 Janji Reina
103 Permainan Roulette Dimulai
104 Bagaimana Denganku?
105 Maaf Dariku
106 Jangan Hatinya
107 Satu Lagi
108 Tamu Diam-Diam
109 Gerak Cepat Arya
110 Arya Lagi
111 Bersamamu
112 Mili Dan Oktav
113 Ungkapan Hati
114 Peluang
115 Kesempatan Demi Kesempatan
116 Warisan George
117 Momen Indah
118 Hadiah
119 Milikku
120 Reina Vs Chris
121 Lukaku
122 Izin
123 Test DNA
124 Menunggumu
125 Langkah Koshino
126 Negosiasi
127 Dewa Penolong
128 Kenyataan
129 Perdebatan Hati
130 Pengorbanan Reina
131 Kunjungan Mama
132 Bukti
133 Kesempatan Terakhir
134 Si Hitam Manis
135 I Miss You
136 I Need You (Aku membutuhkanmu)
137 I Want You (aku menginginkanmu)
138 I Love You
139 Will You Be Mine?(Akankah Kau Jadi Milikku)
140 Reina, Reina, Reina
141 Bundo Rules (Peraturan Bundo)
142 Persiapan
143 Yang Terbaik Untukmu
144 Memulai Denganmu
145 Kau Bukan Miliknya
146 Oh, Ini
147 Pengadu Bukan Ya?
148 Hidup Baru
149 Mrs. Chris, I Love You
150 Me And My Love
151 Mengenal Aska
152 Perjuanganku
153 Mencuri Kesempatan 1
154 Mencuri Kesempatan 2
155 Mencuri Kesempatan 3
156 Penjelasan
157 Pertolongan Itu Dekat
158 A Date( kencan)
159 Chris
160 Kecewa
161 Peringatan
162 Bantuan Arya
163 Di Rumah Sakit
164 Salah Siapa
165 Belum Selesai
166 Pertemuan
167 Konferensi Pers
168 Menunggu
169 Pulang
170 Pretty Boy (Pria Cantik)
171 Prasangka
172 Mengenal Mariko
173 Rahasia Yang Menyakitkan
174 Kamu
175 Asisten
176 Amarah
177 Derajat Cinta
178 Usahaku
179 Lolos?
180 Kamu Lagi
181 Tak Mengerti
182 Permintaan
183 Ngambek
184 My Sweet Enemy (Musuh Termanisku)
185 Yang Tak Terkatakan
186 Hanya Untukmu
187 Tama Dan Aku
188 Berteman?
189 Kau Selalu
190 Ingin Tahu
191 Cari Aman
192 Islam Agamaku
193 Mengantarmu
194 Kendali Hati
195 Yang Tak Terduga
196 Pegang Tanganku
197 Kau Sentuh Hatiku
198 Lagi
199 Terlanjur Sayang
200 Tidak Nyaman
201 Pemberitahuan Author
Episodes

Updated 201 Episodes

1
Awal Mula
2
Papa Bos
3
Butik Rere
4
Bebek
5
Tama Telepon
6
Maaf
7
Mama Chris
8
I Hate Monday
9
Diselamatkan Tama
10
Bubble Gum
11
Mariko
12
Sah
13
Tangan Keberuntungan
14
Menghitung Khilaf
15
Mama
16
Silent Fight (Berjuang Dalam Diam)
17
My Little Angel
18
India
19
Sarapan
20
Alex
21
Tawaran Alex
22
Lunch With Alex
23
Anjali's Deal (Kesepakatan Dengan Anjali)
24
Kantor Alex
25
Tidur Bersama
26
Karena Alex dan Reina
27
Tawaran Alex
28
Lunch with Alex
29
Anjali's Deal (kesepakatan dengan Anjali)
30
Kantor Alex
31
Chris vs Alex
32
Kecemburuan Alex
33
David vs Shanty
34
Godaan Alex
35
Murotal Al Qur'an
36
Sakit Apa?
37
Terperangkap
38
Kencan
39
Kedutaan Amerika
40
Membukam Alex
41
Reina dan Ahmad
42
Reina, ceritaku
43
Berita
44
Inspeksi
45
Pengakuan siapa?
46
Alex (lagi)
47
Sehari Bersama Tama
48
Persiapan
49
Istirahat
50
Foto Dalam Pesawat
51
Reina dan Kuda
52
Ramalan
53
Reina dan Kuda 2
54
Siapa Dia?
55
Jaket
56
Ahmad dan Bundo
57
Boston
58
Investasi
59
Regi
60
Sepatu
61
Kehilangan
62
Biskuit Jahe
63
Kemana Reina
64
Tim Penyelamat
65
Kedutaan Jepang
66
Pulang
67
Rasa bersalah
68
Menghindar
69
Chris dan Ahmad
70
Makan Siang di Pabrik
71
Viral
72
Aku, Kamu dan Dia
73
Aku, Kamu dan Dia 2
74
Mr. Insyaallah
75
Mengantar Dea
76
Kencan Di Kantor
77
Irene
78
Dugaan
79
Rumah Sakit
80
Takdirku
81
Yang Tersayang
82
Saudara Kandung
83
Ulang Tahun 1
84
Ulang Tahun 2
85
Anak-anakku
86
Anak-anakku Bersatu
87
Jalan-jalan
88
Tamu Tak Diundang
89
Kantor Lagi
90
Yang Tertinggal
91
Perusuh
92
Rencana Chris
93
Rumah Baru
94
Kencan?
95
Makan Siang Yang Rusuh
96
Komentar David
97
Aku Yang Kau Kenal
98
Wawancara TV
99
Petunjuk Ustad Rifki
100
Rubah Aku
101
Drama Di Sekolah
102
Janji Reina
103
Permainan Roulette Dimulai
104
Bagaimana Denganku?
105
Maaf Dariku
106
Jangan Hatinya
107
Satu Lagi
108
Tamu Diam-Diam
109
Gerak Cepat Arya
110
Arya Lagi
111
Bersamamu
112
Mili Dan Oktav
113
Ungkapan Hati
114
Peluang
115
Kesempatan Demi Kesempatan
116
Warisan George
117
Momen Indah
118
Hadiah
119
Milikku
120
Reina Vs Chris
121
Lukaku
122
Izin
123
Test DNA
124
Menunggumu
125
Langkah Koshino
126
Negosiasi
127
Dewa Penolong
128
Kenyataan
129
Perdebatan Hati
130
Pengorbanan Reina
131
Kunjungan Mama
132
Bukti
133
Kesempatan Terakhir
134
Si Hitam Manis
135
I Miss You
136
I Need You (Aku membutuhkanmu)
137
I Want You (aku menginginkanmu)
138
I Love You
139
Will You Be Mine?(Akankah Kau Jadi Milikku)
140
Reina, Reina, Reina
141
Bundo Rules (Peraturan Bundo)
142
Persiapan
143
Yang Terbaik Untukmu
144
Memulai Denganmu
145
Kau Bukan Miliknya
146
Oh, Ini
147
Pengadu Bukan Ya?
148
Hidup Baru
149
Mrs. Chris, I Love You
150
Me And My Love
151
Mengenal Aska
152
Perjuanganku
153
Mencuri Kesempatan 1
154
Mencuri Kesempatan 2
155
Mencuri Kesempatan 3
156
Penjelasan
157
Pertolongan Itu Dekat
158
A Date( kencan)
159
Chris
160
Kecewa
161
Peringatan
162
Bantuan Arya
163
Di Rumah Sakit
164
Salah Siapa
165
Belum Selesai
166
Pertemuan
167
Konferensi Pers
168
Menunggu
169
Pulang
170
Pretty Boy (Pria Cantik)
171
Prasangka
172
Mengenal Mariko
173
Rahasia Yang Menyakitkan
174
Kamu
175
Asisten
176
Amarah
177
Derajat Cinta
178
Usahaku
179
Lolos?
180
Kamu Lagi
181
Tak Mengerti
182
Permintaan
183
Ngambek
184
My Sweet Enemy (Musuh Termanisku)
185
Yang Tak Terkatakan
186
Hanya Untukmu
187
Tama Dan Aku
188
Berteman?
189
Kau Selalu
190
Ingin Tahu
191
Cari Aman
192
Islam Agamaku
193
Mengantarmu
194
Kendali Hati
195
Yang Tak Terduga
196
Pegang Tanganku
197
Kau Sentuh Hatiku
198
Lagi
199
Terlanjur Sayang
200
Tidak Nyaman
201
Pemberitahuan Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!