Grisha asik sendiri dengan setumpuk makanan ringan di sekelilingnya. Gadis itu sedang menonton film yang diputar dari CD yang menampilkan film Harry Potter.
Gadis itu nampak nyaman. Bersandar di sofa empuk dengan mulut yang tak berhenti mengunyah.
Grisha mendongak untuk melihat waktu yang menunjukkan pukul 10 malam. Aneh, suaminya belum pulang juga. Biasanya Xeno akan pulang paling lambat pukul 9 malam.
"Kenapa dia belum pulang ya?"
Drrt drrt
Grisha mendecih. Ini sudah kesekian kalinya ponselnya berdering nyaring. Entah sudah keberapa kali suara dari ponsel itu mengganggu aktivitas bersantainya.
"Haishh siapa sih yang ganggu malam-malam!" Karena kesal, gadis itu pun meraih ponselnya dan seketika matanya terbelalak saat melihat banyak sekali notifikasi masuk ke ponselnya.
From : Xeno
25 missed call, 5 unread massage
*Woy!
Cepat jemput aku!!
Yak!! Kambing hitam!
Kau berniat membuatku tidur dikantor?
Aku sudah mengantuk! Cepat jemput aku*!!
"Hiiii" Grisha bergidik ngeri lalu mencoba menghubungi sang suami yang tampaknya sudah dalam mode maung. Ia lupa kalau tadi siang Xeno menitipkan kunci mobil padanya.
"Halo Xeno?"
"Hm?" Suara Xeno terdengar malas.
"A-apa kau masih disana?"
"Aku sudah ada di neraka"
Grisha mencak-mencak mendengar balasan Xeno yang absurd itu.
"Aku serius! Kau masih disana?"
"Cepat jemput aku, bodoh!!"
Panggilan itu diputus sepihak. Grisha tak mempermasalahkannya dan langsung berlari menuju kamar untuk mengambil hoodie dan kunci mobil.
Ia harus segera menjemput suaminya sebelum lelaki itu mengamuk.
.....
Grisha memasuki gedung dihadapannya seraya bergidik horor. Sebagian sektor digedung itu gelap, hanya ada beberapa ruangan yang lampunya dibiarkan menyala.
Gadis itu segera bergegas menuju ruangan Xeno yang berada dilantai dua. Suaminya pasti sudah kesal setengah mati setelah menunggu kurang lebih selama satu jam setengah diruangannya.
Grisha mengetuk pintu dihadapannya dan memanggil nama sang suami. Namun tak ada sahutan dari dalam. Grisha menempelkan telinganya pada permukaan pintu, berharap dapat mendengar sesuatu didalam sana.
"Apa Xeno sudah pulang?"
Ia mencoba mendorong gagang pintu dan ternyata pintu kokoh itu tidak dikunci. "Kalau tidak dikunci kenapa aku harus repot-repot mengetuk pintu?"
Pintu itu dibuka perlahan. Ruangan Xeno begitu gelap, hanya ada cahaya dari lampu-lampu gedung dari balik kaca yang menerangi ruangan itu.
Grisha menyipitkan matanya untuk mencari Xeno dalam kegelapan yang remang-remang. Dan ternyata lelaki itu sedang tertidur di sebuah sofa yang terletak tak jauh dari meja kerjanya.
Grisha berjalan mendekat dan berjongkok tepat dihadapannya. Mengamati wajah damai sang suami yang tengah terlelap. Dalam posisi sedekat ini, walau dalam keadaan gelap sekalipun ia masih bisa melihat betapa tegas rahang itu, hidung mancungnya, matanya yang menukik tajam, dan bibir tipis yang selalu mengeluarkan kata-kata jahannam. Semuanya tampak sempurna, sangat sulit menyangkal bahwa Xeno memanglah pria tampan dan berkarisma.
Lelaki itu mungkin kelelahan karena terus menunggu Grisha yang tak kunjung datang. Namun gadis itu malah tersenyum senang. Setidaknya ia bisa membuat Xeno kesal, dan dia senang akan hal itu.
"Sesekali kau yang dibuat kesal, jangan aku terus." Bisiknya.
Grisha penasaran, bagaiamana rasanya menyentuh wajah Xeno? Jari mungil itu bergerak sendiri untuk menunjuk-nunjuk pipi tirus sang suami. Kulitnya sangat halus, apa Xeno melakukan perawatan kulit?
Lalu jari itu bergerak menuju kelopak mata. Mengusapnya pelan seraya terkekeh tipis. Dibalik kelopak yang terpejam itu, ada sebuah binar yang kadang selalu membuatnya bingung. Kadang binar mata itu menajam, terlihat polos, dan salah tingkah. Grisha jadi penasaran sisi lain apalagi yang belum pernah ia lihat dari sosok seorang Xeno Arsene.
Kini jari itu beralih pada hijung mancung Xeno yang mengkilap. Entah ide jahil itu muncul dari mana, yang pasti kini jari itu menarik hidung Xeno hingga mirip seperti hidung ****.
Grisha menahan tawa. Sungguh, kapan lagi bisa melihat wajah konyol Xeno?
Kekehan itu terhenti saat Xeno bergerak tak nyaman. Kelopak yang sejak tadi terpejam kini terbuka juga. Xeno terbangun dari tidurnya karena merasa ada yang mengusik tidurnya.
"Kau...Grisha? Sejak kapan kau ada disini?" Lelaki itu bangun terduduk seraya mengucek matanya. Lucu sekali, seperti anak kecil yang baru bangun tidur.
"Baru saja."
"Kenapa kau baru menjemputku? Apa saja yang kau lakukan dirumah?"
"Nonton TV"
Xeno berdecih mendengar jawaban terlampau polos dari mulut gadis dihadapannya. Xeno lelah, ia tak ingin banyak bicara kali ini. Ia benar-benar sudah sangat mengantuk!
"Ayo pulang."
Grisha mengikuti gerak-gerik sang suami mulai dari memakai jas, mengambil tas kerja dan mengunci pintu.
Mereka berjalan beriringan tanpa ada yang bicara. Hanya terdengar suara langkah mereka yang menggema diseluruh penjuru ruangan yang sepi dan dingin.
"Kau selalu pulang paling terlambat seperti ini, Xeno?" Tanya Grisha.
"Tidak juga. Kadang aku pulang seperti jam kerja pada umumnya. Hanya saja aku suka menghabiskan waktu dulu diluar baru pulang." Jawab Xeno seraya menguap lebar di akhir kalimat. Ia benar-benar mengantuk.
"Oooh" Grisha hanya ber'oh ria lalu tanpa sengaja matanya menangkap sesuatu.
Grisha menghentikkan langkahnya dan terus menatap itu. Sedangkan Xeno terus berjalan dan memasuki lift hingga tidak sadar bahwa Grisha tidak berjalan lagi disampingnya.
Xeno masih tidak sadar sampai pintu lift sudah tiba dilantai dasar. Lelaki itu berjalan dengan santai seraya menguap lebar. Matanya memberat, ia sangat mengantuk.
"Pastikan saat kau menyetir, kau tidak akan menabrak apapun ok?"
Hening, tak ada sahutan dari yang bersangkutan. Xeno berdecak malas, ia tak suka diabaikan.
"Kau dengar aku tidak kambing hitam malika?"
Xeno menoleh dan hanya menemukan ruangan yang kosong. Hanya ada dirinya sendiri di gedung ini. Mata yang sempat memberat karena kantuk kini terbuka lebar. Ia melirik kesana-kemari untuk mencari keberadaan istrinya.
"Haihh dia kemana? Masa ketinggalan? Gadis itu memang bodoh. Merepotkan saja!" Xeno memutuskan untuk mencari Grisha. Lelaki itu kembali menaiki lift menuju lantai dimana ia dan Grisha berpisah.
"Semoga saja dia masih ada disana. Aku ingin cepat pulang dan tidur." Untuk yang kesekian kalinya, lelaki itu kembali menguap.
....
Sudah 15 menit berlalu namun ia tak menemukan gadis itu dimanapun. Xeno terengah-engah didepan pintu utama lantai satu. Ia sudah kelelahan mencari Grisha di gedung yang sangat luas itu.
"Lagian kemana juga gadis itu? Masa diculik hantu? Yang ada hantu takut sama wanita aneh itu. Cih, merepotkan saja!"
Xeno bergidik ngeri lalu memilih untuk keluar. Lebih baik ia menunggu dimobilnya dan tidur sebentar sambil menunggu Grisha datang.
Namun saat pintu itu dibuka, ia dibuat kaget karena mobilnya diisi oleh seseorang.
"Apasih? Kenapa harus sekaget itu?"
"Grisha? Kau Grisha?!" Tanya Xeno absurd.
Seseorang yang ternyata Grisha hanya memasang raut bingung. "Tentu saja ini aku. Kau ini kenapa? Seperti melihat hantu saja!"
"Kau darimana sialan?! Aku mencarimu karena kau menghilang tiba-tiba!" Seru Xeno seraya memasuki mobilnya.
"Aku hanya beli takoyaki di depan sana. Tadi aku lihat kedainya hampir tutup. Jadi aku naik lift duluan dan berlari untuk beli ini." Ucapnya seraya menunjukkan dua kotak berukuran sedang takoyaki yang masih hangat.
Wajah Xeno seketika berbinar, "Takoyaki?? Sejak kapan disana ada kedai Takoyaki?"
Grisha memasang raut aneh, "Ada apa denganmu? Kau suka Takoyaki?"
Xeno langsung memalingkan wajahnya. Walaupun gelap, ia masih bisa melihat bahwa kuping lelaki itu memerah. Lelaki itu memang benar menyukai Takoyaki.
Grisha tersenyum jahil, "Kita akan makan bersama nanti"
Grisha menyimpan bungkusan Takoyakinya lalu mulai menjalankan mobilnya. Suaminya tampak sudah sangat bersemangat untuk menyantap Takoyakinya.
.....
Disinilah mereka sekarang. Duduk berhadapan dimeja makan sederhana dengan satu kotak takoyaki hangat dihadapan masing-masing.
Kantuk yang sempat menyerangnya seketika hilang saat wangi dari makanan itu menyapa hidungnya.
Xeno sudah mengganti bajunya dengan kaos polos dan celana pendek selutut. Sedangkan Grisha masih tetap dengan hoodie merah dan celana trainingnya.
Mereka sibuk dengan makanan masing-masing hingga Xeno teringat sesuatu.
"Bisa-bisanya kau sibuk menonton TV sampai lupa untuk menjemputku. Kau berniat membuat aku tidur dikantor huh? Memang apa yang kau tonton sih?" Omel Xeno.
"Harry Potter!!" Seru Grisha bersemangat.
Xeno mengerutkan keningnya, "Harry Potter? Kau suka film itu?"
Grisa mengemut tusuk gigi seraya mengangguk cepat, "Aku sangat suka dengan ceritanya. Jika aku ada dalam cerita fiksi itu, aku ingin masuk asrama Gryfindor! Tim Quiddict mereka keren!"
"Kau tidak pantas masuk Gryfindor. Orang sepertimu cocok masuk HufflePuff saja. Sana bermain dengan tanaman dan hewan."
Grisha mendengus tak suka, "Kau sendiri seperti yang hebat saja. Palingan kau juga masuk Huffle Puff." Cibirnya.
"Oh, tentu tidak. Aku pasti masuk ke asrama Ravenclaws. Tempat keren hanya untuk orang-orang keren sepertiku." Sombongnya.
Grisha ingin muntah rasanya. "Pfft, kau terlalu bodoh untuk masuk asrama itu di Hogwarts. Kau kan super bodoh, dari tampangmu saja sudah kelihatan kok. Hahaha" Grisha tertawa sangat puas. Sedangkan Xeno tampak merengut tak suka.
"Katakan bodoh pada seseorang yang tidak ingat alamat rumah sendiri. Bukankah itu super duper ultra bodoh?"
Grisha tak tahan lagi, kekesalannya sudah mencapai batas. Ia menggebrak meja dan hendak menjengut rambut sang suami. Namun Xeno menahan tangannya.
Xeno menyeringai puas saat berhasil menangkis serangan anarkis sang istri. Namun sesuatu menarik perhatiannya.
"Hei, ada apa dengan tanganmu?"
Xeno beralih menggenggam tangan Grisha yang ternyata penuh oleh plester dan ada sedikit luka bakar.
Grisha membulatkan matanya dan seketika langsung menarik tangannya.
"Bukan apa-apa."
"Tapi itu seperti luka bakar."
"I-ini hanya terkena minyak panas. Kau tidak usah pedulikan. Acuhkan saja seperti biasanya."
Setelah mengatakan itu, Grisha segera berlari menuju kamarnya. Gadis itu segera duduk diranjang lalu menatap telapak tangannya yang penuh oleh plester.
"Padahal aku sudah mencari plester yang sewarna dengan warna kulitku. Apa ini masih kelihatan ya?"
Gadis itu membaringkan tubuhnya lalu kembali menatap tangannya.
"Jangan salah paham dulu, Xeno. Aku melakukannya karena keinginanku sendiri. Bukan untuk mencari balasan cinta darimu."
Luka itu ia dapat dari saat ia membersihkan pecahan kaca saat Xeno mabuk beberapa hari lalu. Dan ditambah luka baru cipratan minyak dan goresan pisau. Meski perih, ia merasa sangat lega.
Setidaknya ia kembali mendapatkan peran sebagai istri dirumah ini. Perlahan namun pasti, matanya mulai terpejam dan gadis itu pun terlelap dalam tidurnya.
....
Xeno menatap langit-langit kamarnya yang temaram. Kejadian beberapa saat yang lalu masih membuatnya penasaran.
"Aku tidak akan bisa tidur kalau begini!" Erang lelaki itu.
Akhirnya Xeno memutuskan untuk menemui Grisha dilantai dua. Dibukanya pintu berwarna putih itu perlahan.
Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah Grisha yang tertidur menghadap kearahnya. Gadis itu tertidur tanpa selimut, namun meskipun begitu tidurnya tampak nyenyak sekali.
Tanpa sadar Xeno tersenyum tipis saat melihat wajah damai Grisha yang terlelap. Ia menggenggam tangan gadis itu yang menjuntai kebawah. Jarinya mengusap pelan telapak tangan yang penuh luka.
"Kenapa kau melakukan semua ini untukku?"
Tangan itu dihirup sejenak lalu dikecup dengan lembut.
"Jangan membuatku tersentuh..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Fitria Dafina
Tau aja Suami Lucknut tempatnya di neraka..
2021-08-02
0
Lia
Gua baper ngab jan bikin iri 😭
2021-01-30
1
Bagus Effendik
hadir hadir hadir
2021-01-23
1