Grisha duduk disebuah kursi yang tersedia didepan Supermarket. Wajahnya pucat, hari semakin malam dan ia takut sendirian dimalam hari.
Ia mencoba menghubungi Xeno berulang kali. Namun ponsel pria itu tidak aktif. Hal itu membuat Grisha semakin cemas. Bodohnya ia tak hafal alamat rumah sendiri setelah tinggal kurang lebih selama 2 bulan di kota ini.
Jakarta begitu luas, dan Grisha jarang keluar kecuali bersama Xeno dan mertuanya. Dulu ia tinggal di Bandung, jadi ia tak begitu tau tempat-tempat lain diluar kota tempat lahirnya.
Udara semakin dingin, dan Grisha hanya memakai Kardigan tipis yang tentunya tak cukup untuk menghangatkan tubuhnya.
Ia terus mencoba menghubungi nomor Xeno, namun tak ada balasan. Matanya mulai berair, ia sudah kehabisan cara untuk pulang.
"Apa sebegitu bencinya kau padaku Xeno? Padahal kau bilang akan menunggu, tapi kenapa meninggalkanku sendiri?"
Grisha tak mampu menutupi ketakutan dan rasa kecewanya. Air matanya turun juga, walau langsung ia hapus agar tidak menarik perhatian orang lain.
"Kau jahat...ah tidak-sejak awal kau memang jahat. Sangat jahat!" Lirihnya.
"Dan bodohnya...aku tetap mencintaimu."
Grisha hanya mampu meremas pelan gaunnya yang mulai kusut. Belanjaan diletakkan begitu saja dilantai. Tak ada pilihan lain, mungkin ia akan mencari hotel untuk tidur malam ini sampai Xeno mengangkat teleponnya.
"Loh? Ny. Arsene? Anda kah itu?"
Grisha mendongak saat ada seseorang yang memanggil nama marganya. Ah tidak- itu marga keluarga Xeno. Karena menikah dengan putra tunggal keluarga Arsene, otomatis marga itu akan ikut melekat pada namanya.
Grisha menyipitkan matanya, tak mengenal lelaki tinggi dengan balutan jas kerja. Rambutnya berwarna coklat gelap dengan poni menyamping. Matanya sedikit sipit, kulitnya putih dengan lesung pipit di pipi kanannya. Lelaki itu tampak masih muda.
Melihat ekspresi bingung dari wanita dihadapannya, lelaki itu tersenyum memaklumi. "Ah maaf, saya Rayhan Nakamura. Anda mungkin tidak mengenal saya, tapi saya bekerja di perusahaan yang suami anda tangani. Saya bekerja sebagai Manajer utama. Salam kenal Ny. Arsene."
Lelaki itu membungkukkan badannya 90°. Grisha tentu saja terkejut, belum pernah melihat kelakuan orang seperti ini sebelumnya. Apa setiap orang yang bekerja sebagai bawahan selalu bersikap kaku dan formal seperti ini?
Grisha melirik sekitarnya, orang-orang mulai melirik kearahnya. Niat untuk tidak menarik perhatian jadi gagal total!
"A-ah tidak usah menundukkan kepalamu dan mohon jangan terlalu formal. Panggil saja aku Grisha, dan salam kenal juga Tuan Rayhan."
Pemuda yang bernama Rayhan itu akhirnya menegakkan kembali tubuhnya. Wajahnya masih tersenyum, membuat mata sipitnya semakin tak terlihat.
"Apa boleh? Nanti kesannya saya seperti tidak sopan."
"Tentu saja boleh! Aku seperti kelihatan tua jika kau terus bersikap formal dan memanggilku dengan sebutan Nyonya."
Rayhan terkekeh, "Anu...apa yang anda lakukan disini malam-malam? Apa sedang belanja? Dimana Tuan Xeno?" Tanya Rayhan seraya menengok kesana-kemari.
Grisha mengerucutkan bibirnya, lalu tanpa disangka Grisha menarik tangan pemuda itu hingga terduduk disampingnya. Rayhan tentu saja terkejut, namun ia memilih diam.
"S-sebenarnya aku pergi sendiri..."bisik Grisha dengan tatapan waspada pada sekitarnya.
Melihat itu, entah kenapa membuat Rayhan merasa gemas. Bisa-bisanya tiba-tiba menarik tangan orang yang baru dikenal dan langsung berbisik sangat dekat. Aneh sekali.
"Menarik..."
"Lalu kenapa belum pulang? Kelihatannya kau sudah selesai belanja?"
"Itu masalahnya! Aku lupa kalau aku tidak hafal alamat rumahku. Jadi aku bingung."
Rayhan kali ini benar-benar tertawa, bagaimana bisa wanita dihadapannya ini begitu lucu dan polos?
"Bagaimana bisa kau lupa alamat rumahmu sendiri?" Tanya nya masih dengan tertawa.
"Aku baru disini. Dan berhentilah mentertawakanku! Aku tau aku bodoh, tapi jangan ditertawakan juga!" Omelnya.
Aneh, Grisha tidak merasa canggung sama sekali. Ia bahkan bersikap natural tanpa jaga imej. Pada awalnya Grisha memanglah gadis biasa yang polos dan easygoing. Hanya saja keadaan mendesaknya untuk terus berpura-pura.
Namun bersama pria ini, entah kenapa ia merasa nyaman dan menjadi diri sendiri.
"Kenapa tidak menelpon Tuan Xeno? Apa dia tidak mencarimu?"
Pertanyaan itu membuat Grisha bungkam. "Mana mungkin dia mencariku. Dia bahkan satu-satunya orang yang meninggalkanku..."
"Xeno tidak tau aku pergi. Sudah kubilang bukan kalau aku kesini sendiri. Aku lupa kalau kulkas kosong, dan besok aku harus memasak sarapan makanya aku belanja malam-malam. Xeno tidak menjawab teleponku mungkin karena dia sudah tidur."
Grisha terpaksa berbohong. Mana mungkin ia akan mengatakan kebenarannya? Xeno selalu bilang untuk tidak membuatnya repot, dan ia sedang mematuhinya sekarang.
"Ah jadi begitu. Mau bagaimana lagi, mari saya antar pulang." Rayhan menawarkan bantuan.
"Eh kau mau mengantarku pulang? Kau tau alamat rumahku? Sungguh?" Grisha heboh. Matanya berbinar seperti anak anjing. Lucu sekali.
Rayhan reflek mundur kebelakang, kaget tentu saja. Wanita itu tiba-tiba mendekatkan tubuhnya tanpa persiapan.
"Y-ya tentu. Bagaimana mungkin aku meninggalkanmu sendirian disini."
"Aaaaa terima kasih banyak! Kau penyelamatku!!" Grisha reflek berseru riang. Lega, karena tidak jadi menggembel dijalanan.
Melihat wanita yang tadinya murung kembali ceria entah kenapa membuat perasaan aneh timbul dihatinya. Perasaan apakah itu?
"Wow, belanjaan mu banyak sekali." Ujar Rayhan seraya membantu mengangkat barang belanjaan Grisha.
"Maaf, hehe. Oh iya! Kau bukan orang Indonesia ya?" Tanya Grisha seraya mengikuti pria yang tengah memandu menuju mobil yang akan mengantarkannya.
"Ah iya. Aku berasal dari Jepang. 6 bulan yang lalu saya ditugaskan di perusahaan suami anda. Apa logat bicaraku terdengar aneh?" Rayhan mulai panik sendiri.
Grisha terkekeh, "Tidak, hanya saja sedikit lucu. Aku bisa mengetahuinya dari nama belakangmu. Nakamura ya? Dan struktur wajahmu juga terlihat asing. Haha, tapi kau lucu sekali. Terima kasih ya! Berkatmu aku jadi sangat tertolong."
Grisha tersenyum tulus, terlihat sangat manis. Dan senyum itu anehnya membuat dada seseorang bergetar.
"Anda terlalu berlebihan." Ujarnya seraya memalingkan wajah.
"Tuh kan pakai formal lagi. Aku jadi teringat, aku dengar orang Jepang sangat menjaga sopan santunnya loh! Pantas saja kau masih bersikap formal dan kaku! Hahaha. Lain kali kau harus santai."
Setelah meletakkan semua barang belanjaan dibagasi belakang. Mereka pun beralih memasuki mobil.
"Oh ya, berapa umurmu? Kau kelihatan masih muda." Tanya Grisha.
"Umurku 21 tahun."
"Wah! Kau lebih muda 1 tahun dariku. Aku 22 tahun. Sudah kuduga, kau lebih muda dariku."
Rayhan terkekeh, "Dan kau bangga karena lebih tua satu tahun dariku? Kau ini aneh, biasanya orang sensitif saat menyangkut umur. Tapi kau malah bangga karena lebih tua."
"Ya, aku tak peduli. Hahaha"
Grisha begitu berbeda malam ini. Ia banyak tertawa dan tersenyum lepas. Yang pasti, bersama pria ini ia merasa nyaman dan bisa menjadi diri sendiri.
Mobil pun melaju ke jalan raya menuju rumahnya. Diiringi dengan obrolan ringan dan tawa kecil yang menemani mobil itu.
____________________0o0___________________
Xeno keluar dari kamar mandi seraya menggosok rambutnya yang basah. Ia habis mandi dan ingin segera tidur.
Ia sudah melompat keatas kasur empuknya dan hendak menarik selimut, sebelum ia teringat sesuatu.
Pintu rumah sejak tadi belum terbuka. Gadis itu belum pulang. Dan ia sedikit penasaran.
"Gadis itu belum pulang? Padahal sudah hampir pukul 10 malam." Gumamnya.
Sudah hampir 2 jam lebih setelah ia pulang duluan. Dan tidak ada tanda-tanda gadis itu sudah pulang. Padahal Supermarket itu cukup dekat dengan rumahnya. Tidak akan memakan waktu berjam-jam untuk pulang dengan jalan kaki maupun naik kendaraan umum.
Xeno berusaha tidak peduli. Tapi hatinya berkata lain. Ia mulai gelisah, gadis itu belum pulang juga!
Karena kesal, ia pun menyambar jaket dan kunci mobil. Hendak menjemput gadis itu.
Namun saat membuka pintu, ia dikejutkan dengan kehadiran sang istri datang dengan pria lain. Saat melihat siapa lelaki itu, Xeno segera memulai aktingnya.
"Grisha, kau dari mana?" Tanya Xeno dengan nada dan raut cemas.
Grisha terperanjat, tak menyadari bahwa Xeno sudah berdiri diambang pintu utama rumahnya. Menunggu dirinya dengan raut khawatir yang kentara. Untuk sesaat Grisha merasa terharu, meski tau laki-laki itu sedang bersandiwara.
"A-aku habis belanja..."
Rayhan yang berjalan disampingnya segera membungkuk memberi hormat. "Selamat malam Tuan Xeno. Saat di Supermarket tadi saya melihat istri anda yang sedang kebingungan dan hampir menangis karena lupa jalan pulang. Jadi saya berinisiatif untuk mengantarkannya pulang." Jelas Rayhan dengan sopan.
Xeno tersenyum lalu menarik tangan Grisha hingga gadis itu masuk kedalam rumahnya. "Ah terima kasih Rayhan, maaf sudah membuatmu repot."
"Saya senang bisa membantu. Kalau begitu, saya pamit permisi." Rayhan membungkuk sekali lagi sebelum membalikkan badan dan pergi.
Setelah memastikan mobil Rayhan pergi, Xeno segera menutup pintu lalu mengukung Grisha ditembok.
Gadis itu tentu saja terkejut, barang belanjaannya sudah jatuh kelantai. Ia menunduk, tak berani menatap pria yang tengah mengukungnya.
"Kau tidak menceritakan yang aneh-aneh padanya kan?"
"Ti-tidak. Aku tidak mengatakan apapun. Rahasia kita tidak terbongkar, kau tenang saja." Jawab Grisha seadanya.
Mendengar itu, Xeno lantas menjauh lalu memasukan kedua tangannya pada saku celana piyama.
"Oh, iya. Maaf sudah meninggalkanmu. Aku kebelet ingin buang air tadi. Jadi aku pulang duluan. Aku tidak tau kalau kau masih belum hafal alamat rumah. Lain kali hafalkan." Ucapnya lalu mulai melangkah menjauh.
"Oh satu, lagi. Cepatlah masuk kamar dan istirahat. Susun belanjaannya besok lagi saja. Tubuhmu sangat dingin." Ujarnya sebelum memasuki kamar pribadinya.
Grisha terdiam ditempat. Wajahnya merona, pipi tembamnya kini berhiaskan rona merah. Sangat merah hingga menjalar ke telinganya. Percis seperti kepiting rebus.
Apa tadi itu, Xeno perhatian padanya? Mengkhawatirkannya?
Ah baiklah, dia akan menarik kata-kata bahwa harinya begitu menyebalkan. Ia sangat bahagia hari ini. Mungkin saja sebuah mimpi indah sedang menantinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
dhapz H
jangan senang dulu
2021-11-23
0
Hastiningrum
jelei bgt jd cewek kok baperan diperhatiin dikit sdh meleleh...
2021-07-27
0
Lia
Terpesona aku terpesona~
2021-01-30
1