Chapter - 13

Mobil itu terparkir disebuah perkarangan mansion mewah bergaya eropa yang begitu elegan. Banyak pelayan yang hilir mudik melakukan pekerjaannya. Terlebih saat mereka diberitahu bahwa Tuan dan Nona muda mereka akan tiba di rumah itu.

Xeno melepas sabuk pengamannya lalu melirik Grisha yang hanya terdiam melihat keluar jendela. Gadis itu seakan menolak bertatap muka dengannya.

"Dengar, saat ibu bertanya kenapa kau pergi, kau harus cari alasan yang bagus dan logis. Kau tau Mama sulit dibohongi kan? Jadi jalankan peranmu dengan baik."

Grisha hanya diam, tak menggubris sama sekali. Wajah gadis itu datar, dengan jejak air mata yang sudah mengering di pipinya yang dingin.

Xeno menghela nafas panjang. Sejak memasuki mobil, gadis itu tidak berbicara sama sekali. Mulutnya seakan terkunci, dan tatapannya selalu dingin setiap kali menatapnya.

"Apa kau mendengarku Grisha?"

"Ya. Aku sudah tau." Lirih Grisha tanpa memalingkan wajahnya.

Untuk yang kesekian kalinya Xeno menghela nafas. Ia keluar dari mobil lalu membukakan pintu untuk Grisha.

Gadis itu keluar dengan ekspresi yang sama, dingin dan tak bersahabat. Namun saat ia berjalan menuju mansion besar dihadapannya, ia terpaksa harus memaksakan senyumnya.

Karena mansion itu, adalah rumah ibu dan ayah mertuanya...

Xeno merangkul pundak Grisha, berlaga seolah dia adalah lelaki yang mengkhawatirkan istrinya. Namun Grisha tak peduli, kali ini ia tak merasakan apapun seperti debaran atau pipi yang merona. Hatinya sudah tak bisa merasakan itu lagi.

"Mama, kami sudah datang." Seru Xeno saat pintu megah itu terbuka.

"Ya..."

Terdengar langkah kaki yang terburu-buru. Nyonya besar Arsene datang dengan langkah kaki yang cepat dan raut wajah cemas yang kentara.

"Astaga Grisha, syukurlah kau kembali."

Wanita paruh baya itu langsung menarik Grisha kedalam pelukan hangatnya. Sangat hangat. Usapan dikepalanya membuat gadis itu ingin menangis.

"Maaf sudah membuat Ibu khawatir." Bisik Grisha seraya membalas pelukan itu. Beberapa saat kemudian pelukan itu terlepas, sang Ibu Mertua beralih menangkup pipinya yang mulai terasa dingin.

"Apa kau baik-baik saja? Apa yang Xeno katakan padamu? Apa dia menyakitimu? Bagian mana yang sakit? Ayo kita ke dokter!" Tanya nya bertubi-tubi.

Grisha tersenyum kecil. Wanita paruh baya itu begitu menyayanginya. Ia jadi merasa bersalah karena selalu menyalahkan wanita paruh baya itu sebagai alasan hidupnya berubah menyedihkan.

"Aku baik-baik saja, Ibu. Kami hanya bertengkar dan aku pergi untuk menenangkan diri. Sekarang kami sudah baikan. Jadi Ibu tidak perlu khawatir." Ujarnya seraya tersenyum kecil.

"Iya, kami sudah berbaikan. Sekali lagi maafkan aku ya istriku yang cantik." Xeno tiba-tiba mengusap pucuk kepalanya dan mencium pelipisnya.

"Sejak kapan kau meminta maaf? Aku tidak ingat kau bisa merendah seperti itu."

Tak ada lagi rasa debaran saat Xeno melakukan skinship mesra padanya. Yang ada kini malah rasa jijik dan benci. Lelaki itu begitu licik.

"Syukurlah kalau begitu. Xeno memang tidak punya otak. Jika kau kesal pukul saja kepalanya, mudah-mudahan otaknya masih ada." Sindir sang Ibu yang membuat sang anak kandung mendengus sebal.

"Yasudah, kau pasti lapar kan sayang? Ayo kita makan dulu. Mama sudah menyiapkan banyak makanan kesukaanmu. Mari-mari."

Sang Ibu Mertua begitu semangat menarik tangan Grisha menuju ruang makan. Grisha tak bisa menolak, ia tak bisa mengabaikan wanita yang sudah sangat menyayanginya begitu saja.

"Mama! Aku tidak diajak?" Seru Xeno merajuk.

"Kamu siapa? Makan saja di warteg sana!"

"Mama~~ aku anak kandungmu, tapi kenapa hanya Grisha yang dimanja?" Rengeknya seraya menyusul sang ibu.

Saat itu, Grisha harus memasang senyum palsunya sepanjang sore. Meski hatinya sedang menangis kencang saat ini, ia tetap harus bersandiwara agar sang suami tidak mendapat masalah lagi.

.....

Grisha menatap langit-langit kamarnya dengan ekspresi datar. "Hah~ pada akhirnya aku tetap kembali kesini." Lirih gadis itu. Detik kemudian bibir mungilnya melengkung kebawah, membentuk raut sedih yang konyol.

"Huee kenapa hidupku seperti ini sih?!"

Gadis itu berguling-guling di ranjangnya yang besar. Tak memperdulikan seprai yang mulai kusut bahkan terpisah dari kasurnya. Hari sudah berganti malam, dan ia belum mengantuk sama sekali.

Entahlah, sejak pulang dari rumah sang ibu mertua perasaannya masih belum berubah. Kesal, gendok, campur aduk! Jadi dia tidak bisa tidur.

Praang!

Grisha terperanjat saat mendengar suara pecahan kaca. Suara itu berasal dari ruang bawah.

"Hiiii! Suara apa itu?" Gadis itu bergidik ngeri. Grisha melirik jam dinding yang ternyata menunjukkan waktu masih pukul 10 malam. Biasanya Xeno sudah tidur dan lampu ruangan bawah selalu sudah dimatikan.

Lalu siapa yang membuat suara itu?

Praaang!! Urghh

"Hiiiii!!" Grisha bersembunyi dibalik selimutnya saat suara pecahan kaca kembali terdengar. Ia penasaran, tapi juga takut.

"Jangan-jangan maling?!"

Jiwa ibu rumah tangganya meronta-ronta. Mengalahkan rasa takut daripada barang-barang dirumahnya dicuri.

Grisha membawa payung yang akan menjadi senjatanya lalu beringsut keluar dengan langkah mengendap-endap.

Samar-samar ia melihat lampu dapur menyala remang-remang. Ia melangkah lebih dekat dan dilihatnya ada seseorang tengah duduk membelakanginya. Dilihat dari postur tubuhnya, sepertinya ia tau siapa itu.

"Xeno? Kau kah itu?" Tanya Grisha takut-takut.

Lelaki itu menoleh, dan benar saja itu adalah Xeno.

Penampilan Xeno begitu berantakan. Rambut yang biasa tertata rapi kini turun jatuh menutupi dahinya dan sedikit acak-acakan. Kemeja kerjanya sedikit basah, mungkin terkena tumpahan wine yang sedang diteguknya.

Banyak pecahan botol dan gelas di bawah kaki pria itu. Grisha sangat khawatir Xeno akan terluka jika menginjak beling itu.

"Xeno, apa yang kau lakukan?"

Xeno melirik ke arahnya. Tatapan matanya begitu sayu dan pipinya merah karena efek mabuk.

"Kau...dasar gadis sialan...Grisha-hik- aku...hik..." Xeno mulai meracau tidak jelas.

Dibanding merasa kesal karena disebut sialan, gadis itu lebih mengkhawatirkan keadaan lelaki itu.

Perlahan namun pasti, Grisha berjalan mendekati Xeno. Namun tangan besar itu terangkat dan menunjuk ke arahnya.

"Kau...hanya orang lain, tapi kenapa orang-orang begitu menyayangimu? Hik...padahal aku anak kandung sendiri malah dididik dengan keras....ini tidak adil, hik"

Grisha menampik tangan itu dan memilih untuk memegang kedua bahu suaminya. "Kenapa kau mabuk malam-malam? Ayo cepat kembali ke kamarmu." Bisik Grisha seraya mencoba untuk membopong lelaki besar itu. Namun lagi-lagi Xeno menampisnya dengan lemah.

"Aku bukan anak kecil. Jangan mengatur-aturku!"

"Aku tidak peduli! Kau harus kembali ke kamar!"

"Tidak mau~~~"

Grisha mencoba untuk nenahan rasa gemasnya. Dengan kekuatan penuh, ia membopong tubuh yang dua kali lebih besar darinya itu dan mencoba memastikan agar tidak menginjak pecahan kaca yang berserakan.

Dengan susah payah Grisha membawa tubuh Xeno ke kamarnya dan membaringkannya di ranjang. Xeno terlentang dengan tatapan yang semakin sayu. Wajahnya terlihat lelah dan banyak pikiran.

Grisha menarik selimut, hendak menyelimuti sang suami namun tangan besar itu malah menariknya hingga Grisha jatuh tepat diatas tubuhnya. Bahkan kedua hidung mancung mereka bersentuhan.

Grisha yang kaget hendak melepaskan diri, namun tangan Xeno memeluk pinggangnya erat. Kalau sudah begini, Grisha tak bisa kabur!!

"Xeno--"

"Sstt!! Dengarkan aku bicara!" Seru Xeno seraya menutup mulut Grisha dengan jari telunjuknya.

"Kau....tidak usah bekerja. Diam saja dirumah..."

Grisha memilih untuk diam, fokus mendengarkan racauan sang suami yang tengah mabuk.

"Jangan mengadu pada Papa dan Mama..."

"Jangan kabur lagi..."

"Jangan membuatku susah..."

"Jangan membuatku semakin terasa sulit. Kau tau, perusahaan sedang dalam masa sibuk-sibuknya. Dan aku....bahka tidak punya tempat untuk mengeluh."

Xeno mengatakan itu dengan ekspresi yang belum pernah Grisha lihat sebelumnya. Wajahnya begitu sedih, seperti seorang anak kecil yang kesepian.

Sekarang Grisha paham, suaminya tengah membutuhkan tempat untuk mengadu dan mengeluh. Xeno membutuhkan sandaran.

Tadinya ia akan memanfaatkan momen ini untuk mengeluarkan segala kekesalannya selagi Xeno mabuk. Namun itu bukanlah yang terpenting sekarang, Xeno jauh lebih membutuhkannya.

Grisha mengalah. Ia mengusap rambut sang suami dengan lembut yang mana membuat Xeno terpejam menikmati elusan itu dikepalanya.

"Ceritakanlah...ungkapkan semua yang membebani pikiranmu." Bisik Grisha masih dengan mengelus kepala sang suami.

"Aku lelah...mengurus perusahaan besar bukanlah hal yang mudah-hik..."

"Aku takut...persaingan dimana-mana. Aku takut bagaimana jika perusahaan bangkrut ditanganku? Bagaimana jika aku kalah dalam persaingan?"

"Jangan berpikir negatif seperti itu." Grisha mengusap pipi Xeno dengan lembut. Suaminya tampak kacau karena dilanda kecemasan, ia jadi tak tega.

"Kalau kau mau berfikir positif dan meminta saran pada karyawan atau orang terdekat yang kau percaya pasti kau bisa menaikkan potensi perusahaan. Aku tau kau hebat, perusahaan tidak akan jatuh begitu mudah ditanganmu. Percayalah." Ujar Grisha lengkap dengan senyum manisnya.

"Huh? Kau siapa? Kenapa cantik sekali?" Puji Xeno dengan pipi yang semakin merona. Lelaki itu semakin meracau tidak jelas. Lelaki itu entah memuji dengan sadar atau tidak.

"Aku Grisha..."

"Grisha? Huh~~ tidak mungkin dia cantik...dia jelek...sangat jelek!"

Grisha hampir tertawa. Xeno meracau seperti anak kecil. Wajah tampan dan tubuh atletisnya seakan tidak berguna saat ini.

"Kalau begitu aku istrimu..." Bisik Grisha dengan senyum malu-malunya.

"Istri...", Xeno mengeratkan pelukannya, memeluk pinggang ramping itu dengan posesive. "Apa aku punya istri baik dan secantik ini?"

Grisha memilih untuk mengabaikan semua ocehan tak jelas itu. Karena ia tau, mungkin saja Xeno mengatakannya secara tidak sadar karena mabuk. Ia tak boleh tersipu dan terlalu percaya diri.

"Kalau kau butuh tempat mengeluh dan bersandar, kenapa kau begitu jahat padaku? Aku akan selalu bersedia menjadi sandaranmu. Tapi kau selalu menolak keberadaanku..." Lirih Grisha.

Xeno menatapnya lama, membuat gadis diatasnya salah tingkah karena ditatap sedalam itu.

"Aku...aku tidak tau..." Xeno kembali bereskpresi seperti anak kecil yang tersesat. Grisha tak tega untuk mengeluh padanya.

Grisha menyingkirkan tangan yang memeluknya erat selagi lelaki itu lengah.

"Kau mau kemana?"

"Tidurlah Xeno, kau butuh istirahat." Bisik Grisha dengan senyum manisnya. Gadis itu hendak menarik selimut untuk menutupi tubuh Xeno namun tangannya kembali dicekal.

"Te-temani aku..."

Grisha tersenyum lalu menggusak rambut tebal itu, "Tidak bisa..."

Xeno mengerucutkan bibirnya, ceritanya sedak merajuk.

"Kalau begitu cium dulu!"

Grisha membelalakkan matanya. Apa ia tak salah dengar? Xeno meminta ciuman darinya? Grisha bingung, pasalnya mereka tidak pernah berciuman sama sekali.

"Kenapa diam? Kalau mau pergi cium dulu!" Xeno memanyunkan bibirnya meminta jatah. Grisha meneguk ludahnya gugup.

Bagaimana ini?

Grisha memilih untuk mengalah. Ia tersenyum lembut lalu berjalan mendekati Xeno yang terbaring. Lelaki itu sudah memejamkan mata dengan bibir yang di monyong-monyongkan. Grisha ingin sekali memotret wajah itu, tapi nanti hidupnya berada dalam bahaya, hahaha.

Grisha tersenyum, ia menekan bibir yang manyunkan itu dengan dua jarinya. Lalu mendekatkan diri untuk mencium kening suaminya.

"Terima kasih cantik."

Grisha tak bisa menahan diri untuk tidak merona. Lantas, gadis itu segera berlari keluar kamar dan pergi ke dapur.

Ia harus membersihkan kekacauan yang dibuat Xeno sebelum kembali tidur.

Terpopuler

Comments

Fitria Dafina

Fitria Dafina

Sediain Wine aja yg banyak biar jadi Manis sikapnya 🤣🤣🤣🤣🤣

2021-08-02

0

Lia

Lia

Kok gua nangis ya hiks

2021-01-30

1

Bagus Effendik

Bagus Effendik

jempol deh

2021-01-19

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter - 1
2 Chapter - 2
3 Chapter - 3
4 Chapter - 4
5 Chapter - 5
6 Chapter - 6
7 Chapter - 7
8 Chapter - 8
9 Chapter - 9
10 Chapter - 10
11 Chapter - 11
12 Chapter - 12
13 Chapter - 13
14 Chapter - 14
15 Chapter - 15
16 Visual Cast
17 Chapter - 16
18 Chapter - 17
19 Chapter - 18
20 Chapter - 19
21 Chaper - 20
22 Chapter - 21
23 Chapter - 22
24 Chapter - 23
25 Chapter - 24
26 Chapter - 25
27 Chapter - 26
28 Chapter - 27
29 Chapter - 28
30 Chapter -29
31 Chapter - 30
32 Chapter - 31
33 Chapter- 32
34 Chapter - 33
35 Chapter - 34
36 Chapter - 35
37 Chapter - 36
38 Chapter - 37
39 Chapter - 38
40 Chapter- 39
41 Chapter - 40
42 Chapter - 41
43 Chapter - 42
44 Chapter - 43
45 Chapter - 44
46 Chapter - 45
47 Chapter - 46
48 Chapter - 47
49 Chapter - 48
50 Chapter - 49
51 Chapter - 50
52 Chapter - 51
53 Chapter - 52
54 Chapter - 53
55 Chapter - 54
56 Chapter - 55
57 Chapter - 56
58 Chapter - 57
59 Chapter - 58
60 Chapter - 59
61 Chapter - 60
62 Chapter - 61
63 Chapter - 62
64 Chapter - 63
65 Chapter - 64
66 Chapter - 65
67 Chapter - 66
68 Chapter - 67
69 Chapter - 68
70 Chapter - 69 [Isabella's past]
71 Chapter - 70
72 Chapter - 71
73 Chapter - 72
74 Chapter - 73
75 Chapter - 74
76 Chapter - 75
77 Chapter -76
78 Chapter - 77
79 Chapter - 78
80 Chapter - 79
81 PENGUMUMUMAN
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Chapter - 1
2
Chapter - 2
3
Chapter - 3
4
Chapter - 4
5
Chapter - 5
6
Chapter - 6
7
Chapter - 7
8
Chapter - 8
9
Chapter - 9
10
Chapter - 10
11
Chapter - 11
12
Chapter - 12
13
Chapter - 13
14
Chapter - 14
15
Chapter - 15
16
Visual Cast
17
Chapter - 16
18
Chapter - 17
19
Chapter - 18
20
Chapter - 19
21
Chaper - 20
22
Chapter - 21
23
Chapter - 22
24
Chapter - 23
25
Chapter - 24
26
Chapter - 25
27
Chapter - 26
28
Chapter - 27
29
Chapter - 28
30
Chapter -29
31
Chapter - 30
32
Chapter - 31
33
Chapter- 32
34
Chapter - 33
35
Chapter - 34
36
Chapter - 35
37
Chapter - 36
38
Chapter - 37
39
Chapter - 38
40
Chapter- 39
41
Chapter - 40
42
Chapter - 41
43
Chapter - 42
44
Chapter - 43
45
Chapter - 44
46
Chapter - 45
47
Chapter - 46
48
Chapter - 47
49
Chapter - 48
50
Chapter - 49
51
Chapter - 50
52
Chapter - 51
53
Chapter - 52
54
Chapter - 53
55
Chapter - 54
56
Chapter - 55
57
Chapter - 56
58
Chapter - 57
59
Chapter - 58
60
Chapter - 59
61
Chapter - 60
62
Chapter - 61
63
Chapter - 62
64
Chapter - 63
65
Chapter - 64
66
Chapter - 65
67
Chapter - 66
68
Chapter - 67
69
Chapter - 68
70
Chapter - 69 [Isabella's past]
71
Chapter - 70
72
Chapter - 71
73
Chapter - 72
74
Chapter - 73
75
Chapter - 74
76
Chapter - 75
77
Chapter -76
78
Chapter - 77
79
Chapter - 78
80
Chapter - 79
81
PENGUMUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!