Xeno memasuki rumahnya sambil bersiul pelan. Ia sangat senang hari ini. Sehabis pulang kerja, ia berkumpul dan bersenang-senang dengan teman-temannya.
Ia butuh refresing setelah bertengkar hebat dengan sang istri kemarin malam. Omong-omong tentang istri, ia tak melihat istrinya seharian ini.
Ia melirik jam, masih menunjukkan pukul 9 malam. Seharusnya Grisha masih duduk menonton film drama kesukaannya di ruang tengah. Namun keadaan rumah begitu sepi, bahkan cucian piring bekas sarapan tadi pagi masih berada di wastafel.
Grisha tak pernah sejorok ini sebelumnya. Gadis itu selalu membersihkan rumah sampai bersih, bahkan sebelum tidur pun Grisha selalu menyempatkan diri untuk beres-beres.
Xeno mengedikkan bahu, tidak peduli. Ia merogoh sakunya untuk mengambil ponsel. Namun sesuatu terselip di jarinya, sebuah kunci.
"Kunci apa ini?" Gumamnya bingung.
Namun beberapa detik kemudian ia tersadar. Ia segera berlari menuju lantai atas dimana kamar Grisha berada. Ia lupa bahwa ia sedang mengurung istrinya. Seharian, tanpa makanan.
Samar-samar ia mendengar bunyi gemerincik air. Tanpa menunggu lama ia membuka kunci itu dan memasuki kamarnya.
Ranjang itu kosong, dengan selimut tebal yang terjatuh begitu saja ke lantai yang dingin. Ia menoleh ke arah kamar mandi dimana suara air itu masih terdengar. Namun seketika matanya membola.
Disana, Grisha tergeletak dilantai yang dingin dan basah dengan air shower yang terus mengguyur tubuhnya.
"Grisha!!"
Xeno segera berlari mendekatinya. Ia mengangkat kepala Grisha dan membaringkannya di pangkuannya. Wajah gadis itu begitu pucat, bibirnya membiru. Kulit-kulit ditubuhnya mulai memerah karena terus terkena guyuran air.
"Grisha! Bangunlah! Ini aku, Xeno!"
Pipi itu ditampar dengan pelan, berharap ada respon dari tubuh yang tak sadarkan diri itu.
Tak ada balasan, Grisha benar-benar pingsan total. Dengan satu tangannya yang bebas, ia mematikan keran shower lalu beralih mengangkat tubuh Grisha. Tak memperdulikan pakaiannya yang ikut basah.
Xeno membaringkannya di ranjang. Matanya sedikit membola saat melihat kaki kiri Grisha yang patah mulai memunculkan ruam keunguan dan bengkak. Dengan melihatnya pun ia dapat merasakan rasa sakitnya.
"Apa aku yang mematahkannya?" Gumamnya sendiri. Untuk sesaat, ia merasa bersalah karena sudah melakukan itu.
Ia beralih menatap tubuh Grisha yang basah kuyup, termasuk pakaiannya. Disini ia mulai bimbang untuk mengganti pakaiannya atau tidak. Karena bagaimana pun juga Grisha adalah seorang wanita yang sialnya memiliki proporsi tubuh yang cukup molek.
"Ah masa bodo! Lagipula aku suaminya! Tak masalah jika melihat tubuh istri sendiri!"
Eh? Kau baru mengakui bahwa kau adalah suaminya??
Xeno mulai melepaskan pakaian Grisha yang basah satu persatu dan menggantinya dengan yang kering. Meski ia menghindarinya, tapi rona merah itu tak pernah pergi dari wajahnya setiap ia melihat tubuh itu. Namun kini bukan saatnya untuk memikirkan itu! Keadaan Grisha jauh lebih penting.
Setelah mengganti pakaiannya yang basah, Xeno membalut tubuh Grisha dengan selimut hangat lalu menggendongnya dengan hati-hati.
Ia harus membawanya ke rumah sakit. Bagaimana pun juga, ialah yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada gadis itu.
Dengan hati-hati Xeno membawa Grisha memasuki mobilnya. Memposisikan agar posisi gadis itu nyaman dan kakinya tidak membentur sesuatu.
Untuk sesaat Xeno merasa iba, wajah gadis itu terus mengernyit seolah menahan sakit dalam tidurnya. Matanya sembab, dengan suhu tubuh yang sedikit panas. Sepertinya gadis itu demam.
"Apa aku terlalu berlebihan?" Lirihnya merasa bersalah.
Meski kelihatan jahat dan kejam, tak ada yang tau bahwa Xeno juga masih punya sisi tak terduga lainnya.
.....
Perlahan Grisha membuka matanya. Kedua binar coklat itu mengerjap pelan saat matanya langsung menerima cahaya yang begitu terang.
Kepalanya terasa berat, nafasnya hangat. Dan yang pasti, seluruh tubuhnya terasa sakit.
"Dimana ini? Bau ruangan ini...apakah aku dirumah sakit?" Tanya nya dalam hati.
Saat hendak bangun, tangannya terasa berat. Ia menoleh dan seketika membeku ditempat.
Disana, Xeno tengah tertidur seraya menggenggam tangan kanannya. Ia meneguk ludah, tak percaya bahwa Xeno sedang menemaninya.
Ia mengucek matanya dengan tangan kiri yang terbebas. Namun ia tak salah melihat, itu benar-benar Xeno Arsene, yang tengah tertidur sambil menggenggam erat tangannya.
Untuk sejenak, Grisha merasa terharu. Segala amarah dan kesal seketika hilang saat melihat wajah lelah yang menyiratkan kekhawatiran tengah tertidur pulas.
Grisha berharap ini semua bukanlah mimpi. Ia tersenyum lalu mengusap tangan Xeno dengan ibu jarinya. Namun tak lama kemudian lelaki itu terperanjat karena menerima pergerakan.
Wajah tampan itu tampak kebingungan. Rambutnya acak-acakan dengan mata yang masih menyipit. Grisha hampir saja tertawa. Karena demi apapun, wajah yang selalu menyeramkan itu kini terlihat sangat bodoh.
Akhirnya nyawa Xeno sudah terkumpul semua. Dengan cepat ia mengganti raut wajahnya dan mengangkat tangannya yang dari semalam tanpa sadar menggenggam tangan Grisha.
"Oh, kau sudah bangun?" Tanya Xeno basa-basi. Grisha hanya mengangguk sebagai jawaban.
Xeno menekan sebuah bel, lalu menatap Grisha. "Aku sudah panggilkan perawat untuk memeriksa keadaanmu. Aku keluar dulu." Setelah mengatakan itu, Xeno pun bergegas keluar.
Grisha hanya bisa terdiam menatap pintu yang tertutup. "Seharusnya aku sudah tau. Mana mungkin dia mau menemaniku. Harusnya aku sadar diri." Ucapnya miris. Namun detik berikutnya ia tersenyum karena para perawat mulai datang dan memulai pekerjaannya.
"Bagaimana perasaanmu sekarang, Ny. Arsene?" Tanya salah satu dokter.
Grisha tersenyum, "Lebih baik dari kemarin..."
"Baiklah, mari kita periksa keadaan anda."
....
Grisha menatap kaki kirinya yang baru saja di gips. Ia masih tidak bisa melupakan bagaimana rasa sakit itu ketika Xeno dengan mudah mematahkan kakinya.
"Xeno benar-benar jahat! Super duper jahat!! Aku benci dia! Benci!!"
Bibirnya melengkung ke bawah, merasa kesal namun tak bisa berbuat apa-apa. Ia menghela nafas panjang lalu menoleh ke arah jendela yang sengaja dibuka oleh perawat tadi.
"Xeno pasti sudah pulang. Ya, mana mungkin juga dia mau menemaniku." Lirihnya.
Ceklek
Grisha terperanjat dan reflek menoleh ke arah pintu. Matanya membola dengan mulut yang sedikit terbuka saat melihat siapa yang datang. Itu Xeno, dengan beberapa bungkusan ditangannya.
"Xeno...?"
Xeno masuk kedalam ruangan dengan tatapan bingung. "Apa? Kenapa harus sekaget itu?"
Grisha segera memalingkan wajah, merasa malu karena sempat menggerutu dan mengatakan lelaki itu super duper jahat. Ia hanya berharap Xeno tak mendengar ucapannya barusan.
"Aku kira kau pulang tadi..."
Terdengar bunyi kursi yang digeser. Xeno menarik kursi lalu duduk disamping ranjangnya. Lelaki itu meletakkan bungkusan yang ia bawa lalu memilih untuk menatap Grisha.
"Untuk apa aku pulang? Aku hanya keluar untuk membelikanmu bubur dan buah-buahan. Aku tau makanan rumah sakit sangat tidak enak, jadi aku berinisiatif sendiri." Jelasnya.
Grisha tak menjawab. Ia memilih untuk tidak berkomentar apapun. Merasa diacuhkan, Xeno mengambil bungkusan bubur lalu hendak menyuapi istrinya.
Namun dengan cepat Grisha menghindar. Ia kaget tentu saja. Xeno tak pernah mau melakukan hal seperti ini, terutama padanya.
"Aku bisa makan sendiri."
"Tidak. Kali ini biarkan aku yang menyuapimu. Kau masih demam kan? Lagipula, memang dasarnya semua ini salahku. Jadi biarkan aku bertanggung jawab. Kau mau menurut kan?"
Lagi-lagi Grisha hanya diam. Ekspresinya datar, namun malah terlihat lucu. Ia tiba-tiba membuka mulutnya, tanda bahwa ia mau disuapi. Melihat itu, Xeno pun langsung menyuapkan buburnya.
Hanya keheningan yang ada disekitar mereka. Kecuali suara alat makan yang berdenting. Xeno sebenarnya benci suasana canggung, namun ia tak bisa berbuat apa-apa mengingat semua ini adalah salahnya.
"Kenapa kau mendadak baik? Bukankah kau membenciku? Seharusnya kau senang karena aku terluka begini. Bukankah ini mau mu?"
Xeno terdiam mendengar ucapan sinis Grisha. Jika dipikir-pikir kenapa juga ia repot-repot menemani gadis itu dan mengabaikan semua pekerjaannya? Bahkan ia belum berganti pakaian.
"Aku tau, aku memang kejam. Aku berani mematahkan kakimu dan mengurungmu seharian. Tapi meskipun begitu, aku juga masih punya hati. Kau pikir siapa yang membawamu kemari?"
"Huh? Aku pikir Snowy yang membawaku kesini."
Xeno memasang wajah datar. Yang benar saja? Snowy adalah kucing peliharaannya. Mana mungkin seekor kucing bisa mengangkat tubuh manusia?
"Yang benar saja." Decih Xeno, namun Grisha hanya terkikik.
"Hey...apa yang membuatmu pingsan dengan tubuh basah seperti itu?" Tanya Xeno pada akhirnya.
Grisha terdiam sejenak, ragu untuk mengatakannya. Namun bila disimpan, nanti ia kesal sendiri.
"Aku haus dan hendak mengambil air dari keran wastafel. Namun kakiku sangat sakit jadi aku terjatuh. Dan sepertinya aku tidak sengaja memutar keran shower jadilah aku basah kuyup. Lagipula orang gila mana yang mengurungku seharian tanpa makan dan minum dengan keadaan kaki patah? Gila sekali ya orang itu."
Grisha menjelaskannya dengan sedikit sindiran diakhir kalimatnya. Dia benar-benar kesal, sungguh. Sudah kaki sakit, perut keroncongan, haus, ingin buang air dan lain sebagainya.
Xeno hanya diam. Anehnya laki-laki itu hanya menunduk. Biasanya Xeno akan membela diri dan berakhir menumpahkan segala kesalahan padanya. Namun kali ini lelaki itu hanya bungkam. Grisha jadi aneh sendiri.
Berbicara tentang kemarin, Grisha jadi teringat sesuatu.
"Oh iya. K-kau bilang kemarin bajuku basah kuyup. Kalau begitu siapa yang menggantinya?" Tanya Grisha gugup.
"Memangnya siapa lagi? Tentu saja aku yang menggantinya." Mendengar itu, Grisha seketika terbelalak. Pipinya mulai memerah. Xeno yang baru sadar bahwa ucapannya terlalu frontal ikut memerah.
"T-tapi aku tidak melihat apapun sungguh! Aku menggantinya dengan mata tertutup! Kau bisa percaya itu!" Ucapnya panik.
Grisha memalingkan wajah, "Tak apa-apa. Lagipula tak ada yang menarik dari tubuhku. Benar kan?"
"Tidak menarik apanya!! Sesuatu di dadamu itu selalu mengenai tanganku saat aku memakaikan baju padamu!"
Lalu kembali hening, baik Xeno dan Grisha mereka masih terlalu malu untuk bicara setelah pembicaraan tadi.
"Maaf..."
Grisha menoleh pada suaminya saat lelaki itu berbisik lirih. Dahinya mengerut, "Apa maksudmu?"
"M-maafkan aku atas kejadian dua hari yang lalu. Aku tak bermaksud---"
"Ya ya terserahmu saja. Kau memang jahat dan brengsek. Maka dari itu terasa aneh bila kau meminta maaf dan merasa bersalah seperti itu. Aku sudah memaafkanmu..." Ucap Grisha dengan senyum kecilnya.
Disini Xeno merasa aneh. Seperti ada sesuatu yang menggelitik hatinya namun membuatnya sesak. "Kenapa kau tetap tersenyum setelah aku melukaimu?"
"Tapi---"
"Kau tampak lelah. Apa kau tidak tidur nyenyak semalam? Bajumu juga sepertinya belum diganti. Kau istirahatlah dan tidur disana. Aku tidak apa-apa. Tidak usah khawatir."
Grisha mendorong kecil bahu Xeno untuk segera pergi. Namun lelaki itu malah menatapnya dengan tatapan bingung yang terlihat lucu dimatanya.
"Tapi kau bagaimana?"
Grisha tersenyum kecil lalu mengambil sesuatu dibalik bantalnya. "Aku akan membaca novel, aku meminjamnya dari seorang suster untuk menghilangkan rasa bosan. Karena aku kira kau tidak akan datang lagi tadi."
"Baiklah kalau begitu. Jika kau butuh apa-apa bangunkan saja aku."
Xeno menyerah, ia beranjak menuju sofa panjang di pojok ruangan lalu membaringkan tubuhnya disana. Ia memejamkan mata, hendak tidur.
Namun beberapa saat kemudian ia mengintip sedikit, dilihatnya Grisha yang tersenyum lembut ke arahnya sebelum tangan lentik itu menyelipkan anak rambut yang panjang ke belakang telinganya dan mulai membuka buku.
Xeno masih tidak mengerti, kenapa Grisha masih bisa tersenyum dan mengkhawatirkannya setelah apa yang sudah ia lakukan pada gadis itu.
Dan ia tak mengerti, kenapa hatinya selalu sesak saat melihat senyum tulus gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
dhapz H
xeno nya aja yg berpikiran jahat
2021-11-23
0
Hastiningrum
ahh..malas mau lanjut bacanya..lembek bgt jadi manusia..teelalu mudah melunak hatinya egois dikit kenapa thor..terlalu polos karyamu
2021-07-27
0
Andri Yanti
greisa tolol...bucin tolol
2021-04-10
1