Chapter - 8

Grisha tertawa sendiri dengan komik digenggamannya. Wanita itu tampak bahagia dengan dunianya sendiri. Tak memperdulikan Xeno yang terus bolak-balik membereskan barangnya.

Setelah satu minggu penuh rawat inap dirumah sakit, akhirnya Grisha sudah diperbolehkan pulang. Selama seminggu itu pula Xeno selalu menyempatkan diri untuk menemani istrinya dan menginap setiap dua hari sekali.

Grisha akui sikap Xeno yang seperti itu membuatnya tersentuh. Dia bahkan hampir melupakan fakta bahwa ia sudah membenci lelaki itu. Namun hatinya seakan tak bisa. Entah seberapa banyak Xeno menyakitinya, ia tak bisa berhenti untuk mencintai lelaki itu.

Namun apa daya, ia harus menghentikan cinta nya yang bertepuk sebelah tangan itu jika ia tak ingin mendapat luka yang lebih banyak lagi. Semakin kau jatuh padanya, semakin sakit pula luka yang diberikan.

Maka dari itu, Grisha sedang berusaha. Berusaha untuk mengacuhkan lelaki itu dan mengabaikan perasaannya.

"Hey, berhentilah tertawa dan bantu aku berkemas!" Seru Xeno. Lelaki itu berkacak pinggang. Menggunakan kaos polos berwarna hitam dengan rambut tebal yang jatuh menutupi dahinya. Jika dilihat seperti ini, ketampanan Xeno bertambah berkali lipat.

Siapapun tolong ingatkan Grisha untuk tidak berdebar!

"Aku sih ingin membantu. Tapi kakiku tidak mengizinkan untuk banyak bergerak. Jadi maaf saja, kau harus berkemas sendiri hahaha!"

Grisha malah mengejek, dan itu membuat Xeno kesal setengah mati.

"Lagipula kau seperti mau mengungsi saja! Segala di bawa sampai ruangan ini seperti kamarmu saja. Aku jadi repot membereskannya tau!" Gerutu Xeno seraya mengelap keringatnya.

Memang benar. Selama dirawat, Grisha minta dibawakan barang-barang pribadinya ditambah barang baru seperti satu set komik dan novel serta boneka-boneka aneh yang bernama BT21. Ah apalah itu Xeno tidak mengerti.

Oh! Dan satu hal yang pasti. Grisha jadi lebih menyebalkan dari biasanya!!

"Kau ini cerewet sekali. Sesekali kau perlu menggerakkan tubuhmu. Jangan terus mengeluh direpotkan, seperti orang tua saja." Cibir Grisha.

Xeno berusaha bersabar, akhirnya ia hanya menjitak pucuk kepala Grisha hingga gadis itu mengaduh sakit. Namun ia tak peduli.

Beberapa saat kemudian, akhirnya ia selesai berkemas. "Aku sudah selesai. Ayo kita pulang." Ucapnya seraya menyeret sebuah kursi roda.

"Oh, sudah selesai? Baiklah, ayo kita pulang." Grisha menutup komiknya lalu berusaha untuk mengangkat kakinya yang di gips. Rasa ngilu itu masih ada, dan sekarang ia kebingungan bagaimana caranya turun dari ranjang.

Melihat Grisha yang kesusahan tanpa mau meminta tolong padanya, akhirnya Xeno berinisiatif untuk menggendongnya.

"Ehh??" Grisha kaget. Pasalnya Xeno menggendongnya ala pengantin. Wajah mereka dekat sekali, Grisha reflek mengalungkan tangannya pada leher sang suami. Pipinya merona dengan sendirinya.

Namun semua itu tak berlangsung lama karena Xeno sudah mendudukkannya di kursi roda.

"Apa se-gengsi itu untuk meminta bantuanku? Padahal aku ada didepanmu. Jangan sok jual mahal dasar bocah!" Cibir Xeno.

"Berisik! Dasar Pak Tua!" Balas Grisha tak mau kalah.

Ini aneh, hanya dalam seminggu hubungan mereka jadi jauh lebih dekat dan tidak kaku seperti dulu.

Diam-diam Grisha tersenyum saat Xeno mendorong kursi rodanya dengan sangat hati-hati. Untuk sesaat, ia merasa Xeno seperti suaminya sungguhan. Tanpa kepalsuan, tanpa keegoisan. Melainkan penuh cinta dan kasih sayang.

....

Entah kenapa Grisha merasa sangat merindukan rumah dihadapannya. Padahal baru satu minggu ia tinggalkan, tapi sudah sangat rindu.

Dengan gentle Xeno menggendongnya keluar dari mobil lalu kembali mendudukkannya di kursi roda. Lelaki itu menatap istrinya aneh. Pasalnya wajah Grisha sudah seperti nenek-nenek yang rindu anaknya yang merantau.

"Ada apa dengan ekspresimu? Konyol sekali, seperti orang bodoh. Oh! Aku lupa, kau kan memang bodoh."

Grisha mendelik malas lalu mendongak, "Aku baru pulang, capek. Jangan ngajak ribut dulu." Gerutunya.

"Kau capek apaan? Sejak tadi aku yang bekerja dan menggendong tubuhmu yang berat nya gak kira-kira! Untuk sejenak aku berpikir bahwa kau adalah sapi kurban, eh nyatanya masih manusia."

"Jangan ngajak ribut ih!"

"Aw!! Aww!!" Xeno berjengit saat gadis itu mencubit pinggangnya. Xeno bersumpah, cubitan kecil itu lebih menyakitkan daripada kena tinju. Wanita itu sungguh mengerikan!

Xeno mengomel, namun Grisha tak peduli. Saat sampai di teras rumah, ia menunggu Xeno membuka kunci. Namun saat pintu sudah terbuka, lelaki itu malah langsung masuk ke dalam. Tanpa memperdulikan Grisha yang masih di teras depan.

"Woy Xeno! Bantu aku masuk dulu!"

"Hah? Dorong saja kursi roda mu sendiri."

"Jangan menghina ku! Cepat selesaikan tugasmu! Katanya mau bertanggung jawab."

Grisha tersenyum senang saat melihat Xeno yang tampak tak punya pilihan. Wajahnya ditekuk seperti anak kecil yang kesal.

"Berisik!"

Xeno pun kembali dan mendorong kursi roda dengan Grisha yang tersenyum puas. Namun senyum itu seketika lenyap saat matanya menangkap sesuatu.

"XENO ARSENE SETIA BUDI ANJAYANI!!! KAU APAKAN RUMAHKU HAH?!! KENAPA JADI SEPERTI KANDANG KAMBING BEGINI?!"

Xeno berjengit seraya menutup kupingnya

"Setia Budi Anjayani siapa woy? Jangan sembarangan mengubah nama pangeranku jadi nama rakyat jelata!"

Grisha tak tau harus bagaimana! Rumahnya berantakan sekali. Debu-debu menumpuk. Baju Xeno berceceran dilantai. Makanan di meja yang sudah basi dan berlendir. Lalu cucian piring yang menumpuk. Grisha ingin meledak rasanya!

"Kenapa rumah jadi berantakan?!" Tuntut Grisha dengan matanya yang memancarkan segala emosi yang ada.

Seketika Xeno merasa menciut. "A-aku tidak sempat bersih-bersih. Kau kan tau aku bekerja dan menemanimu di rumah sakit. Hehe"

Xeno cengengesan, namun Grisha takkan terpengaruh oleh kegemasan itu.

"Tapi kau kan pulang dua hari sekali!! Setidaknya kau sapu-sapu atau cuci piring! Apa tidak bisa?? Dan kenapa ada makanan basi di meja sana Xeno Arsene!!! Kau tidak berguna sama sekali!!!" Grisha berteriak seraya menjambak rambut Xeno dan menariknya kesana-kemari.

Ia tak peduli Xeno mengaduh kesakitan atau memarahinya. Namun untuk kali ini, ia tidak bisa dimaafkan!!

"Sakit! Aduh duh!!"

Setelah puas menjambak-sebenarnya belum- rambut suaminya. Akhirnya ia melepaskannya. "Dengar ya, aku tidak mau tau! Kau harus membantuku beres-beres rumah sampai bersih!"

Xeno membulatkan matanya. Ia akui ini salahnya tapi ia tak mau ikut-ikutan capek lagi! Lagipula ia tak tau cara membersihkan rumah bagaimana!

"Oh! Aku ingat! Aku harus bertemu Jean sore ini jadi---" Xeno hendak melarikan diri, namun kaosnya keburu ditarik Grisha.

"Jangan kabur Xeno!! Kau harus bertanggung jawab! Rumah kita jadi bau gara-gara kau!"

"Besok saja bersih-bersihnya! Kita baru saja pulang, istirahat dulu lah!"

"Tidak bisa! Tanganku sudah gatal ingin bersih-bersih!"

"Ish! Kau seperti ibu rumah tangga saja."

"Mau bagaimana lagi. Bukan keinginanku menikah dengan pria egois pemalas sepertimu. Mau tak mau aku jadi ibu rumah tangga sungguhan. Ayo cepat beres-beres!"

Kalau sudah begini Xeno tak bisa apa-apa lagi. Daripada terus mendengar omelan Grisha, lebih baik ia menurut saja walau hati kesal setengah mati.

Tapi entah kenapa saat gadis itu sedang terluka apalagi karena ulahnya, ia tak bisa marah ataupun membentaknya. Dan anehnya, ia merasa sedikit terhibur setiap kali berbicara dengan Grisha.

Dan tanpa Grisha sadari, seulas senyum simpul terukir diwajah tampan itu.

.....

Grisha sedang berbaring dikamarnya. Kegiatan bersih-bersih baru selesai pukul 6 sore, dan ia baru saja mandi.

Xeno benar-benar tidak berguna. Pria itu hanya membantu sapu-sapu saja, itupun tidak bersih. Mau tak mau Grisha harus memantaunya sampai pria itu melakukannya dengan baik. Namun baru beberapa menit saja Xeno sudah kabur, pergi entah kemana dan belum kembali.

Grisha menghembuskan nafasnya kasar. Lelah marah-marah terus. Ia meraih Nintendo Switch Lite yang ia beli dari black card pemberian Xeno. Daripada terus mengingat Xeno, lebih baik ia bermain game.

Namun tak lama setelah itu, pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. Lalu kemudian sebuah kepala menyembul dari sisinya.

"Mau apa kau?" Tanya Grisha tanpa mengalihkan pandangannya dari konsol game.

Xeno mengulum bibir, lalu memberanikan diri untuk memasuki kamar sang istri. Grisha mendengar bunyi kantung plastik yang bergesekan. Karena gengsi, ia melirik sedikit melalui sudut matanya. Ternyata Xeno tengah membawa dua kantung plastik besar berwarna putih yang entah apa isinya.

Xeno memutar pandangannya, melihat apa saja asal tidak menatap gadis itu. Dengan gugup, ia menyodorkan dua kantung yang dari tadi dibawanya. "I-ini untukmu..."

Grisha menoleh, lalu mengambil kantung itu. Matanya berbinar cerah, seperti anak kecil. Ternyata isinya adalah setumpuk makanan ringan. Gadis mana yang tidak senang jika dihadiahi setumpuk makanan?

Grisha segera mengubah raut wajahnya saat menyadari Xeno tengah menatapnya aneh, dengan sikap sok cuek ia bertanya, "Untuk apa kau memberiku ini? Tumben sekali, seperti bukan kau saja." Cibirnya.

"Aku pikir cemilan bisa menemanimu saat harus seharian dikamar. Jadi aku belikan yang banyak agar kau tidak bolak-balik ke dapur di bawah." Ucapnya.

"Oh, jadi kau pergi karena membeli ini semua?" Tanya Grisha percis seperti seorang ibu yang sedang menginterogasi anaknya. Sedangkan Xeno hanya bisa mengangguk berkali-kali dengan wajah polosnya, percis seorang anak yang takut pada ibunya.

Grisha ingin tertawa. Demi apapun ia baru melihat Xeno seperti ini. Ternyata Xeno punya sisi menggemaskan juga. .

"Baiklah, terima kasih banyak." Ucap Grisha lalu kembali melanjutkan permainan game Nintendonya.

"Oh, iya. Ada satu lagi!" Xeno bergegas keluar. Grisha hanya menatapnya dengan alis yang mengerut, tak mengerti. Namun masa bodo lah, Xeno memang tak bisa ditebak.

Tak lama kemudian, Xeno kembali dengan sesuatu ditangannya. Sebuah tongkat bantu...

"Ini, untuk membantumu berjalan. Siapa tau kau masih kesusahan berjalan ke kamar mandi atau kemana. Tapi aku tetap tidak akan membiarkanmu keluar rumah! Mengerti? Kalau begitu Selamat Malam."

Grisha terdiam. Saat pintu kembali tertutup pun ia masih terdiam. Diraihnya tongkat bantu itu lalu mengusapnya perlahan. Setetes air mata jatuh pada permukaannya. Grisha menangis, kali ini tangis haru.

"Kenapa kau jadi baik? Apa semua ini karena kau merasa harus bertanggung jawab? Tolong jangan buat aku kembali mencintaimu. Karena mencintaimu entah kenapa begitu menyakitkan..."

Terpopuler

Comments

sweetheart 🥰🥰

sweetheart 🥰🥰

gak sip ah kalo mudah luluh 🙂

2021-08-04

0

Fitria Dafina

Fitria Dafina

Semoga Xe.no beneran berubah 😉😉😉

2021-08-02

0

Lia

Lia

Jadi iri bund

2021-01-30

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter - 1
2 Chapter - 2
3 Chapter - 3
4 Chapter - 4
5 Chapter - 5
6 Chapter - 6
7 Chapter - 7
8 Chapter - 8
9 Chapter - 9
10 Chapter - 10
11 Chapter - 11
12 Chapter - 12
13 Chapter - 13
14 Chapter - 14
15 Chapter - 15
16 Visual Cast
17 Chapter - 16
18 Chapter - 17
19 Chapter - 18
20 Chapter - 19
21 Chaper - 20
22 Chapter - 21
23 Chapter - 22
24 Chapter - 23
25 Chapter - 24
26 Chapter - 25
27 Chapter - 26
28 Chapter - 27
29 Chapter - 28
30 Chapter -29
31 Chapter - 30
32 Chapter - 31
33 Chapter- 32
34 Chapter - 33
35 Chapter - 34
36 Chapter - 35
37 Chapter - 36
38 Chapter - 37
39 Chapter - 38
40 Chapter- 39
41 Chapter - 40
42 Chapter - 41
43 Chapter - 42
44 Chapter - 43
45 Chapter - 44
46 Chapter - 45
47 Chapter - 46
48 Chapter - 47
49 Chapter - 48
50 Chapter - 49
51 Chapter - 50
52 Chapter - 51
53 Chapter - 52
54 Chapter - 53
55 Chapter - 54
56 Chapter - 55
57 Chapter - 56
58 Chapter - 57
59 Chapter - 58
60 Chapter - 59
61 Chapter - 60
62 Chapter - 61
63 Chapter - 62
64 Chapter - 63
65 Chapter - 64
66 Chapter - 65
67 Chapter - 66
68 Chapter - 67
69 Chapter - 68
70 Chapter - 69 [Isabella's past]
71 Chapter - 70
72 Chapter - 71
73 Chapter - 72
74 Chapter - 73
75 Chapter - 74
76 Chapter - 75
77 Chapter -76
78 Chapter - 77
79 Chapter - 78
80 Chapter - 79
81 PENGUMUMUMAN
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Chapter - 1
2
Chapter - 2
3
Chapter - 3
4
Chapter - 4
5
Chapter - 5
6
Chapter - 6
7
Chapter - 7
8
Chapter - 8
9
Chapter - 9
10
Chapter - 10
11
Chapter - 11
12
Chapter - 12
13
Chapter - 13
14
Chapter - 14
15
Chapter - 15
16
Visual Cast
17
Chapter - 16
18
Chapter - 17
19
Chapter - 18
20
Chapter - 19
21
Chaper - 20
22
Chapter - 21
23
Chapter - 22
24
Chapter - 23
25
Chapter - 24
26
Chapter - 25
27
Chapter - 26
28
Chapter - 27
29
Chapter - 28
30
Chapter -29
31
Chapter - 30
32
Chapter - 31
33
Chapter- 32
34
Chapter - 33
35
Chapter - 34
36
Chapter - 35
37
Chapter - 36
38
Chapter - 37
39
Chapter - 38
40
Chapter- 39
41
Chapter - 40
42
Chapter - 41
43
Chapter - 42
44
Chapter - 43
45
Chapter - 44
46
Chapter - 45
47
Chapter - 46
48
Chapter - 47
49
Chapter - 48
50
Chapter - 49
51
Chapter - 50
52
Chapter - 51
53
Chapter - 52
54
Chapter - 53
55
Chapter - 54
56
Chapter - 55
57
Chapter - 56
58
Chapter - 57
59
Chapter - 58
60
Chapter - 59
61
Chapter - 60
62
Chapter - 61
63
Chapter - 62
64
Chapter - 63
65
Chapter - 64
66
Chapter - 65
67
Chapter - 66
68
Chapter - 67
69
Chapter - 68
70
Chapter - 69 [Isabella's past]
71
Chapter - 70
72
Chapter - 71
73
Chapter - 72
74
Chapter - 73
75
Chapter - 74
76
Chapter - 75
77
Chapter -76
78
Chapter - 77
79
Chapter - 78
80
Chapter - 79
81
PENGUMUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!