Mereka berdua melangkahkan kakinya memasuki restoran klasik itu dengan senyum bahagia yang terpatri diwajah masing-masing. Grisha yang tersenyum tulus, dan Xeno dengan senyum penuh kepalsuannya.
"Ah, itu Xeno dan Grisha. Kemarilah!" Seru sang ibu mertua. Wanita paruh baya itu melambaikan tangan ke arah mereka.
Sesaat setelah mereka tiba di meja yang sudah dipesan, ibu Xeno langsung mendekap Grisha dengan hangat. Rindu sekali pada menantu barunya.
"Apa kabarmu Grisha? Hari ini pun kau tetap cantik. Ah, beruntung sekali Xeno bisa memilikimu." Ujar sang ibu seraya mengusap rambut Grisha yang ditata dengan gaya rambut diikat setengah. Jangan lupakan jepitan bunga yang menambah kesan manis dan lembut pada dirinya.
"Ah Ibu terlalu berlebihan. Aku yang beruntung mendapatkan keluarga terindah seperti kalian. Terima kasih banyak." Sahut Grisha dengan tawa kecilnya yang manis.
Sedangkan Xeno hanya menyengir lebar hingga matanya menyipit, bertingkah seolah ia ikut merona atas pujian ibunya.
"Beruntung apanya? Dia pembawa sial! Aku bahkan tidak mencintainya, tidak sama sekali!" Gerutu Xeno dalam hati.
"Yoo putraku yang gagah! Apa kabarmu nak?"
Xeno menoleh saat sang Ayah menyapa dan mengusap pundak lebarnya. Xeno pun lantas memberikan senyum terbaiknya. "Yoo Papa! Kau tidak lihat sendiri bagaimana keadaanku? Aku sehat dan semakin tampan seperti Papa!" Sahut Xeno sedikit bercanda.
"Sehat apaan, aku stress gara-gara kalian!"
"Haha, sudah-sudah. Mari kita makan, makanannya sudah sampai dari tadi." Ujar sang ibu. Mereka pun akhirnya kembali duduk tenang.
Benar juga, meja itu sudah hampir penuh oleh makanan. Ada Appetizer, Main Course dan Dessert lainnya. Grisha yang tak pernah makan-makanan mahal seperti itu kebingungan sendiri.
"Sebelum ke makanan utama, biasanya makan makanan pembuka dulu. Anu...makanan pembuka itu yang mana ya? Aku tidak bisa membedakan mana makanan pembuka dan penutup. Aku harus ambil yang mana?" Grisha galau.
Karena bingung, akhirnya ia memilih Cupcake dengan cream berwarna galaksi untuk hidangan pembuka. Namun tangan Xeno mencekalnya.
Grisha menoleh pada pria disampingnya dengan gugup. Dilihatnya Xeno yang tersenyum lebar. Namun dibalik senyum itu, ia merasakan sesuatu yang buruk.
Senyum itu seolah berkata, "Itu hidangan penutup! Jangan mempermalukanku dengan sifat kampunganmu!". Dan Grisha hanya bisa meneguk ludahnya.
"Kau mau makan apa sayang? Aku ambilkan ya?" Ujar Xeno dengan nada lembut. Grisha sampai merinding, namun ia tak bisa berharap lebih. Ia tahu Xeno sedang berakting, ia tak boleh mengacaukannya.
Namun Grisha yang begitu polos, berkhayal bahwa Xeno tidaklah berakting dan sedang memanjakan istrinya. Ya, biarkan dia berhalusinasi dengan dunianya sendiri.
Grisha merona, "Apa saja..."
Xeno tersenyum lalu mengambilkan sebuah roti yang dipotong kecil dengan creamcheese dan potongan mentimun didalamnya.
Untuk sesaat Grisha terdiam, merasa aneh dengan bentuk makanan itu.
"Kecil sekali. Kalau hanya sebesar ini mana bisa kenyang." Walaupun begitu, ia tetap memasukan makanan yang menurutnya mini itu kedalam mulutnya.
"Rasanya tidak terlalu buruk juga. Jadi begini makanan orang kaya? Lebih baik makan Sari Roti. Lebih kenyang dan pastinya lebih murah." Ucapnya dalam hati.
Bentuk kasih sayang Xeno itu ternyata mengundang perhatian dari dua orang tua dihadapannya. Sang ibu memandang ke arah pasangan muda itu dengan penuh haru.
"Kalian manis sekali. Jadi kapan kami bisa mendapatkan cucu?"
Uhuk!!
Semua orang memandang Grisha yang tersedak. Gadis yang tengah mengunyah kue nya itu seketika tersedak saat mendengar ucapan blak-blakan dari sang ibu mertua.
Xeno yang berada disebelahnya segera menyodorkan segelas air. "Minumlah ini." Ucapnya dengan raut khawatir yang dibuat-buat.
"Ck, merepotkan saja."Cibirnya dalam hati.
"Ah, ahaha. Kami baru saja menikah. Mama jangan membuatnya kaget." Ujar Xeno dengan senyum malu-malunya. Tentu saja itu palsu.
"Loh, memangnya kenapa? Apa kalian belum membuatnya? Apa kalian perlu bulan madu? Biar lebih romantis."
Uhuk uhukkk!
Grisha tersedak lagi. Kali ini sampai terbatuk-batuk. Ia kaget, benar-benar kaget. Ia tak menyangka mertua nya begitu menginginkan cucu segera.
Bagaimana mau mendapatkan cucu jika Xeno tak pernah menyentuhnya sama sekali? Bahkan sejengkal pun tidak pernah.
Melihat Grisha yang terbatuk-batuk membuat Xeno sedikit iba. Dengan reflek ia mengusap-usap punggung kecil itu, yang mana membuat tubuh Grisha menegang sesaat.
"Hohoho, menantu manis kita belum terbiasa membicarakan hal sensitif seperti ini. Kau ini bagaimana sayang? Grisha pasti malu, kenapa kau tiba-tiba membahasnya?" Sang kepala keluarga akhirnya berujar.
"Habisnya aku sangat menantikan seorang cucu dari Grisha. Dia begitu cantik, manis, baik hati dan penyabar. Tak salah aku menjodohkanmu dengan Xeno yang bengal. Lihat, buktinya kau bahagia kan menikah dengan Grisha? Daripada dengan pacarmu yang tidak jelas itu..."
Xeno hanya tersenyum menanggapi celotehan sang ibu. Didalam hatinya, ia merasa kesal dan marah saat sang ibu kembali mengungkit perihal pacarnya.
Dia tak suka.
Xeno tiba-tiba merangkul pinggang Grisha dan menariknya mendekat. Hingga kepalanya menyentuh bahu pria itu.
"Mama benar, aku sangat beruntung menikahi Grisha. Dan aku benar-benar bahagia." Ucapnya dengan senyum lebar, namun banyak sekali penekanan disetiap katanya.
Grisha tau, sangat tau. Xeno mengatakan hal sebaliknya. Xeno tak beruntung karena menikahi gadis seperti dirinya, dan dia benar-benar tidak bahagia.
Entah kenapa, menyadari itu ia ingin sekali menangis. Namun ia menutupinya dengan senyuman. Seperti biasa...
"Ahaha, maaf Ibu. Aku belum siap untuk mempunyai anak. Aku rasa Xeno juga seperti itu, kami masih terlalu muda dan masih belum terlalu mengenal satu sama lain." Ujar Grisha dengan senyum manisnya.
"Ah baiklah kalau begitu. Tapi jangan terlalu lama, ok? Bisa-bisa kami keburu tua menunggu kalian punya anak huhu" sang ibu mulai dramatis.
Grisha tertawa kecil, "Ibu lucu sekali."
Makan malam pun kembali berlangsung dengan khikmad diiringi dengan tawa dan candaan kecil yang memperhangat suasana.
Xeno berakting dengan sangat baik tanpa menimbulkan kecurigaan apapun. Hingga mereka keluar dari restoran, barulah wajah dingin itu kembali terlihat.
Grisha tau, sandiwara sudah selesai. Kini ia harus menelan bulat-bulat kesenangan singkat itu dan kembali pada kenyataannya yang pahit.
_____________________0o0__________________
Keadaan mobil itu hening, tak ada satupun yang membuka suara. Xeno yang memang pada dasarnya tak sudi berbicara padanya, dan Grisha yang memilih menatap keluar jendela.
Mereka sedang dalam perjalanan pulang. Mengingat rumah, ia jadi teringat tentang kulkasnya yang kosong. Ia lupa harus belanja.
Dengan takut-takut Grisha menoleh pada Xeno yang fokus menyetir. Ia ragu mengatakannya, tapi apa boleh buat.
"Uhm Xeno..."
"Apa?"
"B-bisakah kita mampir ke Supermarket dulu? Bahan masakan dirumah sudah habis..."
Xeno berdecak malas, "Cih!"
Walaupun begitu, Xeno tetap menjalankan mobilnya menuju swalayan terdekat. Grisha memalingkan wajahnya, menyembunyikan rona yang mampir tanpa diundang diwajahnya.
Entah bagaimana, tapi ia merasa senang karena Xeno mau menemaninya belanja. Setidaknya ia dapat menghayal bahwa mereka pasangan yang berbelanja bersama. Xeno yang mendorong troli dan dia yang memilih belanjaan. Ah, indah sekali khayalan ini.
Mobil itu berhenti didepan sebuah Supermarket. Grisha lantas membuka sabuk pengaman, namun merasa aneh karena Xeno tetap diam.
"Aku menunggu disini." Ujarnya tanpa menoleh.
Grisha reflek memasang raut kecewa, khayalannya tidak akan terlaksana. Namun tak mengapa, ia sangat mengerti. Ia merutuki dirinya sendiri yang selalu menghayal mendapat keluarga yang harmonis. Namun sekali-kali ia perlu ditampar kenyataan.
Gadis itu hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun. Ia hendak keluar dari mobil sebelum tangan Xeno menahan bahunya.
"Pakai ini." Ucapnya seraya menyodorkan sebuah Blackcard.
Grisha memandang kartu tersebut dengan tatapan bingung. "Apa maksudmu?"
"Belanjalah pakai kartu ini dan beli apapun yang kau mau. Yang mahal pun tak apa. Aku hanya tak mau orang mengira bahwa aku tidak mengurusmu dengan baik. Mulai sekarang pakailah pakaian yang mahal, jangan pakai yang murah lagi. Kau membuatku malu." Jawabnya.
Mendengar itu, Grisha bungkam. Ia hanya mengangguk dan mengambil kartu itu. "Aku tidak akan lama." Ucapnya sebelum keluar dari mobil dan memasuki Supermarket yang lebih seperti mall.
Grisha memandang kartu itu dengan tatapan sendu. "Hah~ sepertinya kali ini pun aku harus belanja sendiri." Lirihnya.
Lalu ia melirik pakaiannya sendiri. Hari ini ia menggunakan gaun sederhana selutut berwarna peach. Pakaian itu sangat sederhana namun terlihat manis.
"Apa penampilanku begitu memalukan?" Gumamnya sendu. Namun tak lama kemudian ia kembali tersenyum. Grisha sudah memantapkan diri kalau setiap ia sedih, ia harus tetap tersenyum.
Dengan cepat ia mengambil troli dan mulai belanja barang-barang yang ia butuhkan. Ia tak mau membuat Xeno menunggu lama dan membuat lelaki itu semakin membencinya.
....
Grisha keluar dari Mall tersebut dengan beberapa kantung plastik besar dihadapannya. Ia berjalan dengan sedikit kesusahan menuju parkiran. Andai saja Xeno menemaninya, ia tak akan kesulitan seperti ini.
Namun, saat ia tiba diparkiran, ia tak menemukan mobil Xeno dimanapun. Mobil itu tidak ada, yang berarti Xeno sudah pergi. Meninggalkannya...
Grisha reflek menjatuhkan kantung belanjaannya. Untungnya tak ada yang tumpah maupun rusak. Gadis itu terlalu kaget. Kakinya mulai gemetaran.
"Bagaimana caranya aku pulang?"
Seharusnya ini bukanlah masalah besar. Dia bisa saja naik kendaraan umum atau taxi. Tapi, ia orang baru dikota ini. Dia belum hafal nama-nama tempat bahkan lokasi rumah sendiri.
Lalu bagaimana caranya ia pulang?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
dhapz H
kasian grisha hrs berjuang sendiri
2021-11-23
0
Shariiahh
siapa yang taruh bawang disini 😫
2021-05-12
0
naaaaaaa
semangat kakak
2021-05-07
0