Chapter - 15

Grisha bersenandung pelan menuruni tangga seraya mengikat rambutnya yang panjang. Suasana pagi hari kali ini terasa lebih cerah dan hangat. Membuat Grisha tersenyum cerah.

Ia melengokkan kepalanya untuk melihat ruang makan yang ternyata masih kosong. "Oh, Xeno belum keluar dari kamarnya."

Grisha akan mengambil wajan untuk memasak sebelum bel rumah berbunyi, tanda ada tamu. Gadis itu mengerutkan keningnya. Selama ini jarang sekali ada yang bertamu kerumahnya selain orang tuanya saja. Lalu siapa?

"Mungkin itu Jean." Gumam Grisha lalu melangkahkan kakinya mendekati pintu utama dan membukanya.

"Iya, siapa---"ucapannya terpotong saat melihat seseorang dihadapannya.

"Selamat pagi, Grisha..."

"A-Arka...apa yang kau lakukan disini?"

Seseorang yang ternyata adalah Arka Sebastian bertamu tepat dihadapannya. Dengan wajah yang sedikit lebih tirus namun tak mengurangi ketulusan dalam senyumnya.

"Kenapa Grisha? Kau kaget karena aku mengetahui rumahmu?" Arka tertawa kecil, mengabaikan ekspresi Grisha yang memucat.

"Arka apa yang kau lakukan? Xeno bisa marah kalau---"

"Siapa yang bertamu, Grisha?"

Sebuah suara berat menginterupsi dibelakangnya. Grisha menoleh dan menemukan Xeno sudah berdiri dibelakangnya, menatapnya penuh selidik.

"Xeno..aku--aku..."

"Selamat pagi Tuan Xeno yang terhormat." Sapa Arka dengan senyumnya. Senyum yang selalu terlihat tulus itu kini memiliki arti lain. Senyum yang mengandung amarah...

Xeno berdecih tak suka, "Apa yang kau lakukan disini orang rendahan?" Sinisnya.

"Xeno jangan begitu!!" Tegur sang istri. Arka tersenyum saat Grisha membelanya. Sedangkan Xeno semakin menekuk wajahnya tak suka.

"Hoho, maaf mengganggu pagimu Tuan Muda. Aku hanya ingin bertemu dengan kekasihku yang terpaksa harus menjadi milik orang."

Suasana diantara mereka berubah tegang. Grisha mencoba untuk menengahi, namun kedua pria yang sialnya memiliki tubuh lebih besar darinya itu selalu mendorongnya.

"Kau ini tidak tau malu sama sekali. Jangan mengganggu rumah tangga orang di pagi buta!" Seru Xeno seraya menarik tangan Grisha agar mendekat padanya.

"Hee? Rumah tangga? Apa kau benar-benar memperlakukannya seperti seorang istri? Jujur saja, kau juga punya kekasih kan? Jadi tidak masalah jika Grisha juga melakukan yang sebaliknya kan?"

Tangan Grisha kembali ditarik, kali ini oleh Arka. Arka menariknya dengan lembut dan beralih menggenggam tangannya.

Sudut bibir Xeno berkedut tak suka. Jujur saja ia dibuat bungkam oleh omongan pria itu. Ia memang memiliki kekasih, tapi bahkan hubungan mereka sedikit merenggang akhir-akhir ini. Kalau begitu, bolehkah kini ia mengklaim Grisha adalah miliknya?

"Walaupun begitu, dia tetap milikku!" Xeno kembali menarik tangan Grisha hingga kepala gadis itu menubruk dada lebarnya.

Grisha pusing! Memangnya dia tali tambang apa? Ditarik-tarik begitu!

Arka menunjukkan ekspresi yang belum pernah Grisha lihat sebelumnya. Ekspresi dingin dengan sorot mata yang tajam dan sangat menusuk. Grisha meneguk ludahnya, ia harus menenangkan suasana sebelum mereka berkelahi!

"Cih, egois sekali kau. Kau tak pantas jadi laki-laki jika tak bisa menghargai satu perempuan. Sungguh malang kekasihku, harus mempunyai suami egois sepertimu."

"Apa kau bilang?!"

"Xeno sudah!!"

Grisha menahan dada Xeno agar tidak melanjutkan langkah untuk menghajar Arka. Gadis itu melepaskan cengkraman sang suami dengan lembut.

"Maaf Xeno. Mungkin Arka ingin membicarakan sesuatu denganku sampai menyempatkan diri datang kemari. Izinkan kami berbicara, ok? Aku janji hanya sebentar."

Arka tersenyum senang karena Grisha lebih memilihnya. Sedangkan Xeno tak mampu berkata-kata. Lelaki itu memilih untuk membalikkan tubuhnya dan berlalu dari sana.

Ia sendiri tak mengerti. Kenapa ia bisa sekesal itu hanya karena kekasih Grisha datang menemuinya. Ada perasaan jengkel dan tak suka, namun ia tak mau mengakui itu.

Sedangkan Grisha tampak tersenyum canggung pada sang mantan kekasih.

"Mari masuk. Tidak enak jika diluar, bisa dilihat tetangga." Ucapnya dan mereka pun masuk kedalam.

....

"Jadi, apa yang membuatmu kemari Arka?" Tanya Grisha seraya meletakkan segelas teh hangat di meja.

"Kau tak marah aku tiba-tiba datang kesini ?"

Grisha menghela nafas, "Aku mana bisa marah? Aku hanya kaget dan cemas." Ujarnya lalu tersenyum kecil. Senyum yang sangat dirindukannya.

"Cemas kenapa?" Tanya Arka dengan wajah polosnya.

"Xeno itu sensitif. Aku takut dia akan menghajarmu seperti tadi. Aku tidak mau kalian berkelahi." Jawab Grisha.

Arka menghela nafas berat. Grisha memang selalu seperti itu, lebih mengkhawatirkan orang lain dibanding nasib diri sendiri.

"Padahal disini kau yang paling dikhawatirkan karena hidup dengan manusia egois seperti itu." Gumam Arka pelan sekali.

"Huh? Kau mengatakan sesuatu?"

Grisha tampak kebingungan, namun Arka segera memberi senyuman dan menggeleng pelan.

"Aku kesini untuk meminta saranmu." Ucap Arka dengan kepala tertunduk.

"Saran? Saran apa?"

"Kau tau...kita sudah putus tapi aku--aku masih mencintaimu--"

"Arka, kita sudah membicarakan ini sebelumnya."

"Ada seorang gadis yang menyatakan perasaannya padaku." Ujar Arka tanpa menoleh pada Grisha. Kepala lelaki itu masih menunduk.

"Hah? Kau bilang apa?"

"Ada seseorang yang menyukaiku." Ulangnya, namun kali ini ia memberanikan diri menatap wanita dihadapannya. "Aku harus bagaimana?"

Grisha tersenyum lebar, tampak senang sekali. Gadis itu menepuk kedua bahu Arka yang lebar, membuat sang pemuda terlonjak kaget.

"Itu bagus! Kau harus menerimanya Arka!"

"Tapi aku---"

"Kau harus menerimanya. Dia sudah mau memberikan hatinya untukmu. Dia akan sedih jika kau menolaknya. Mulai buka lagi hatimu untuk orang baru. Aku yakin, perlahan perasaanmu untukku juga akan hilang. Jangan sia-siakan seseorang yang sudah datang memberikan hatinya untukmu dengan tulus. Coba terima dia, ok?"

"Benarkah?" Arka tampak ragu dengan dirinya sendiri. Ia tak yakin bisa mencintai gadis lain selain Grisha. Apakah ia bisa?

Melihat senyum Grisha yang hangat dan sangat mendukungnya, ia jadi tak tega. "Baiklah...aku akan mencobanya."

Grisha tambah tersenyum, senang sekali karena akhirnya ia bisa lega walaupun telah mencampakkan hati tulus lelaki dihadapannya.

"Kalau begitu silahkan keluar." Grisha tersenyum penuh arti.

"Hee? Kau mengusirku?"

"Iya...aku mau beres-beres. Sana pergi kerja!" Grisha menarik paksa lengan besar Arka lalu menyeret nya ke depan pintu utama. Arka hanya bisa pasrah, melihat Grisha yang kerepotan harus menarik tangannya yang besar membuatnya gemas sendiri.

"Terima kasih atas saranmu."

"Ya, semoga kau cepat jadian dengan gadis itu ya! Ingat! Jangan pernah buat seorang wanita menangis! Atau ku hajar kau!" Grisha berlagak meninju-ninju lengan kekar Arka. Lucu sekali.

"Katakan, apa aku pernah membuatmu menangis?"

Grisha menyengir lebar, menampakkan gigi kelincinya yang lucu. "Hehe, tidak pernah. Arka itu orang yang baik tapi nyebelin hahaha!!"

"Kau ini. Ya sudah, aku pergi dulu. Maaf mampir secara tiba-tiba."

"Ya, terima kasih sudah mampir."

Arka menyempatkan diri untuk mengusap kepala Grisha. Ah, rasanya sudah lama sekali ia tidak mengusap rambut halus itu.

Arka segera membalikkan badan sebelum perasaan itu muncul lagi. Ia akan melakukan apa yang Grisha katakan. Membuka hatinya lagi untuk orang baru.

Setelah mobil Arka pergi, barulah Grisha menutup pintu.

"Syukurlah, dia mau membuka hatinya lagi. Sekarang aku bisa lega walaupun rasa bersalah itu tetap ada." Lirih Grisha.

Gadis itu tidak tau saja, bahwa ada seseorang yang sejak tadi menguping pembicaraan mereka.

Xeno Arsene, tengah bersembunyi dibalik lemari sambil menguping pembicaraan mereka. Ia sendiri tak mengerti kenapa ia bisa sepenasaran ini dengan pembicaraan mereka.

Namun setelah mendengarnya, ia menyesal. Menyesal karena pembicaraan itu secara tak langsung mengarah padanya.

"Jadi lelaki itu mau membuka hatinya lagi..." Lalu ia mengintip kecil pada Grisha yang sedang menyapu lantai. "Mereka mau membunuh perasan mereka sendiri demi hubungan kami..."

Sejenak Xeno merasa bersalah. Ia tambah tak nengerti! Kenapa ia jadi melankolis seperti ini?

"Kenapa juga aku jadi penasaran dengan gadis itu?" Xeno mengedikkan bahu acuh lalu memilih untuk keluar dari persembunyiannya.

Dengan gaya sok angkuh, ia memasukkan tangannya pada saku dan berdiri dihadapan Grisha yang sedang menyapu.

"Oy" panggilnya, namun Grisha tak menggubrisnya sama sekali.

"Oy!"

"Aku punya nama!" Seru Grisha sensi. Siapa juga yang senang dipanggil dengan songong seperti itu?"

"Antarkan bekal ku nanti."

Grisha reflek berhenti menyapu, ia menatap lelaki didepannya dengan tatapan tak percaya. "Kau bilang apa?"

"Kau tuli? Aku bilang, antarkan bekal ku nanti siang ke kantorku!" Xeno yang menyadari permintannya sedikit ambigu seketika wajahnya memerah. Malu sendiri.

Grisha tersenyum menggoda, "Oh~ Baru tau kalau masakanku ternyata enak sekali ya? Haha kau tak usah malu-malu anjing seperti itu. Perutku mual melihatnya."

Perempatan kekesalan imajiner muncul di pelipisnya. Gadis itu memang menyebalkan!

"Berisik!"

"Iya-iya, nanti akan aku antarkan bekalmu. Sekarang kau minggir! Kau menghalangi wilayah bersih-bersih ku!"

Sepatu kulit yang mengkilap itu kehilangan ketampanannya saat sapu Grisha dengan seenak jidat menyapu sepatunya.

"Dasar aneh! Aku pergi dulu!"

Xeno pergi dengan langkah kesal, sedangkan Grisha asik tertawa. Setelah pintu tertutup, barulah tawa itu berhenti. Bergantikan dengan senyum geli.

"Aku harus masak apa ya nanti?"

Sekarang Grisha punya misi baru, yaitu mengantarkan bekal makan siang untuk sang suami.

.....

Ini sudah kali kedua Grisha mengunjungi kantor Xeno. Namun keadaan saat ini lebih sibuk dibanding waktu itu. Banyak sekali pegawai yang bolak-balik hilir mudik dengan setumpuk kertas dan file. Bahkan Grisha hampir tertubruk, seketika ia merasa menjadi orang asing disini.

"Mungkin yang Xeno katakan saat mabuk benar. Perusahaan sedang dalam masa sibuk-sibuknya. Aku harap dia baik-baik saja."

Dikejauhan, tampak seseorang yang tidak sengaja melihat Grisha. Wajah orang itu seketika berbinar cerah.

"Grisha!"

Grisha menengok kesana-kemari seperti orang linglung saat mendengar seseorang memanggil namanya. Suaranya terdengar tak asing.

"Grisha! Akhirnya sampai juga..."

Grisha berjengit saat seorang lelaki tiba-tiba muncul dihadapannya dengan nafas yang terengah. Sepertinya pria itu habis berlari.

Barulah saat lelaki itu mendongak, Grisha langsung berbinar cerah. "Rayhan?!"

"Ah syukurlah kau masih mengingatku." Lelaki tampan dengan lesung pipit itu tersenyum lega. Grisha terkikik geli.

"Mana mungkin aku melupakan pahlawanku saat itu? Haha, terima kasih ya untuk yang waktu itu!"

Kalian masih ingat? Lelaki berdarah Jepang yang membantu Grisha pulang saat Xeno meninggalkannya di Supermarket? Ya, dia adalah seorang pegawai di perusahaan Arsene. Dia cukup berpengaruh terhadap perusahaan ini.

"Kau selalu berlebihan. Jadi apa yang membuatmu kemari?"

"Ooh, aku mengantarkan makan siang untuk Xeno." Jawab Grisha seraya mengangkat tas kecil yang berisi kotak bekal.

Rayhan sedikit mengerucutkan bibirnya, "Enak sekali ya kalau sudah punya istri. Setiap hari ada yang menyiapkan bekal." Rayhan berujar seraya memasang wajah menyedihkan. Seperti perjaka yang nelangsa.

Grisha tertawa, "Kalau begitu cepatlah menikah. Siapapun wanita itu pasti sangat beruntung menjadi istrimu."

Rayhan tersipu, "Aku masih muda..."

"Kau pikir aku sudah tua? Kita hanya berbeda satu tahun."

"Tetap saja kau tua."

"Haishh anak ini!" Grisha hendak menjitak kepala Rayhan namun sayang tinggi badannya tidak mendukung. Lelaki itu lebih tinggi darinya. Lihatlah kaki panjang itu, seakan tengah menghina kakinya yang bantet.

"Kau tumbuh saja belum bener tapi sudah nikah." Ejek Rayhan seraya menahan tawa. Lelaki itu lucu sekali.

"Jangan tertawa!"

Grisha beralih mencubit pinggang Rayhan hingga membuat pemuda itu meringis nyeri. Cubitan itu tidak main-main!

"Sampai kau mendapat istri, sementara aku yang akan mengantarkan bekal untuk mu." Ujar Grisha seraya melanjutkan langkahnya.

"Benarkah?!" Rayhan berbinar seperti anak anjing.

Grisha mengangguk, "Katakan saja makanan apa yang kau sukai. Aku akan membuatkannya untukmu."

Rayhan menyengir lebar hingga mata sipitnya tambah menyipit. "Terima kasih banyak!"

"Aihh kau lucu sekali! Tapi badanmu tidak lucu sama sekali!"

Mereka berdua berjalan beriringan seraya bercanda dan tertawa bersama. Keduanya terlihat akrab meski hanya baru beberapa kali bertemu. Hal itu mengundang tatapan tak suka dari seseorang.

Saat tiba di ruangan Xeno, barulah mereka berpisah. Grisha memasuki ruangan kerja itu dan menemukan bahwa Xeno tak ada disana.

Grisha melirik kesana-kemari, namun ruangan itu kosong. Lalu matanya menatap ke arah meja kerja Xeno yang sedikit berantakan oleh kertas dan dokumen.

Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman, membayangkan bahwa sang suami tengah duduk disana seraya bekerja dengan serius.

"Pasti gagah sekali..."

"Siapa yang gagah?"

Grisha terperanjat saat sebuah suara menginterupsi dibelakangnya. Xeno tiba-tiba datang dan menatapnya tajam. Salah Grisha apa lagi sih?

"Bukan apa-apa. Ini pesananmu." Grisha menyerahkan tas kecil itu yang langsung diterima oleh sang suami.

"Kalau begitu aku pulang dulu."

Grisha akan melangkah pergi sebelum tangannya dicekal. Dengan sebal, gadis itu menoleh. "Apa lagi sih?"

Matanya reflek terpejam saat Xeno tiba-tiba melempar sebuah benda ke arah wajahnya. Sebuah kunci mobil.

"Apa maksudnya ini?"

"Pulang dengan itu dan jemput aku jam 9 malam nanti. Awas jangan sampai telat!"

"Hah?? Setelah menjadikanku babu sekarang kau ingin menjadikanku supirmu huh?"

"Aku lembur. Aku khawatir aku mengantuk saat mengemudi. Jadi lebih baik kau yang jemput saja."

Grisha terdiam mendengar alasan itu. Alasan yang cukup membuatnya merasa malu karena sudah salah bicara.

"Baiklah kalau begitu. Aku pulang dulu."

"Ya, hati-hati."

Grisha reflek membalikkan badan saat Xeno menyahut ucapan pamitnya. Seorang Xeno yang cuek dan hanya peduli pada diri sendiri mengucapkan hal manis seperti itu?

Grisha memasang wajah horor yang konyol, sedangkan Xeno malah kebingungan.

"Kau memang aneh, menyeramkan." Ujar Grisha sebelum keluar dari ruangan itu.

Meninggalkan Xeno yang tersenyum menatap bekal ditangannya.

"Kali ini apa yang dia masak ya?"

Perutnya sudah keroncongan setengah mati. Karena sejak pagi ia tidak menelan apapun selain kopi kaleng yang dibelikan Jean.

Terpopuler

Comments

Bagus Effendik

Bagus Effendik

cakep

2021-01-19

1

نو فيتا الايو كا ندرا🥀

نو فيتا الايو كا ندرا🥀

hai ana juga mampir makasih ya sudah mampir ketempat ana

Semagat terus😉

2020-12-31

2

Rita Manik

Rita Manik

kayak tomi and jerry ya...yg satu sok berkuasa
😂😂😂😂😂😋

2020-12-04

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter - 1
2 Chapter - 2
3 Chapter - 3
4 Chapter - 4
5 Chapter - 5
6 Chapter - 6
7 Chapter - 7
8 Chapter - 8
9 Chapter - 9
10 Chapter - 10
11 Chapter - 11
12 Chapter - 12
13 Chapter - 13
14 Chapter - 14
15 Chapter - 15
16 Visual Cast
17 Chapter - 16
18 Chapter - 17
19 Chapter - 18
20 Chapter - 19
21 Chaper - 20
22 Chapter - 21
23 Chapter - 22
24 Chapter - 23
25 Chapter - 24
26 Chapter - 25
27 Chapter - 26
28 Chapter - 27
29 Chapter - 28
30 Chapter -29
31 Chapter - 30
32 Chapter - 31
33 Chapter- 32
34 Chapter - 33
35 Chapter - 34
36 Chapter - 35
37 Chapter - 36
38 Chapter - 37
39 Chapter - 38
40 Chapter- 39
41 Chapter - 40
42 Chapter - 41
43 Chapter - 42
44 Chapter - 43
45 Chapter - 44
46 Chapter - 45
47 Chapter - 46
48 Chapter - 47
49 Chapter - 48
50 Chapter - 49
51 Chapter - 50
52 Chapter - 51
53 Chapter - 52
54 Chapter - 53
55 Chapter - 54
56 Chapter - 55
57 Chapter - 56
58 Chapter - 57
59 Chapter - 58
60 Chapter - 59
61 Chapter - 60
62 Chapter - 61
63 Chapter - 62
64 Chapter - 63
65 Chapter - 64
66 Chapter - 65
67 Chapter - 66
68 Chapter - 67
69 Chapter - 68
70 Chapter - 69 [Isabella's past]
71 Chapter - 70
72 Chapter - 71
73 Chapter - 72
74 Chapter - 73
75 Chapter - 74
76 Chapter - 75
77 Chapter -76
78 Chapter - 77
79 Chapter - 78
80 Chapter - 79
81 PENGUMUMUMAN
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Chapter - 1
2
Chapter - 2
3
Chapter - 3
4
Chapter - 4
5
Chapter - 5
6
Chapter - 6
7
Chapter - 7
8
Chapter - 8
9
Chapter - 9
10
Chapter - 10
11
Chapter - 11
12
Chapter - 12
13
Chapter - 13
14
Chapter - 14
15
Chapter - 15
16
Visual Cast
17
Chapter - 16
18
Chapter - 17
19
Chapter - 18
20
Chapter - 19
21
Chaper - 20
22
Chapter - 21
23
Chapter - 22
24
Chapter - 23
25
Chapter - 24
26
Chapter - 25
27
Chapter - 26
28
Chapter - 27
29
Chapter - 28
30
Chapter -29
31
Chapter - 30
32
Chapter - 31
33
Chapter- 32
34
Chapter - 33
35
Chapter - 34
36
Chapter - 35
37
Chapter - 36
38
Chapter - 37
39
Chapter - 38
40
Chapter- 39
41
Chapter - 40
42
Chapter - 41
43
Chapter - 42
44
Chapter - 43
45
Chapter - 44
46
Chapter - 45
47
Chapter - 46
48
Chapter - 47
49
Chapter - 48
50
Chapter - 49
51
Chapter - 50
52
Chapter - 51
53
Chapter - 52
54
Chapter - 53
55
Chapter - 54
56
Chapter - 55
57
Chapter - 56
58
Chapter - 57
59
Chapter - 58
60
Chapter - 59
61
Chapter - 60
62
Chapter - 61
63
Chapter - 62
64
Chapter - 63
65
Chapter - 64
66
Chapter - 65
67
Chapter - 66
68
Chapter - 67
69
Chapter - 68
70
Chapter - 69 [Isabella's past]
71
Chapter - 70
72
Chapter - 71
73
Chapter - 72
74
Chapter - 73
75
Chapter - 74
76
Chapter - 75
77
Chapter -76
78
Chapter - 77
79
Chapter - 78
80
Chapter - 79
81
PENGUMUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!