"Jadi kau membenciku?"
Tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara pria yang berasal dari belakangku. Mirip suara Nox, tapi dia tidak mungkin ada di sini, siang bolong begini. Aku menoleh karena penasaran dan benar saja! Pria yang kumaksud tengah menyorotiku dengan tatapannya yang tajam. Tanpa disuruh, aku langsung berdiri. Ya, saking kagetnya.
"Salam untuk Yang Mulia Lord... Seperti Yang Mulia dengar, saya tidak suka jika ada yang mencampuri urusan pernikahan saya." Gill bangkit dari duduknya dan terlihat lebih santai dari pada aku yang langsung mematung saat melihat Nox di sana.
Bagaimana mengungkapkannya? Aku seperti sedang dipergoki oleh kekasihku sedang berduaan dengan pria lain. Ya, semacam itulah, terkejut dan sangat tegang. Apalagi itu pria itu adalah Nox!
"Aku tidak ingin membahasnya di sini."
Pria berambut perak itu berbicara dengan sinisnya, bahkan dengan adiknya sendiri. Harusnya aku tahu kalau hubungan mereka berdua tidak baik.
"Ada yang ingin kubicarakan dengannya."
Nox lalu melirikku dengan ekspresi yang menakutkan.
"Besok aku akan menemuimu lagi, Jene."
Gill memasang wajah kesalnya dengan sangat jelas dan segera meninggalkan tempat itu, diikuti oleh Bass, asisten Nox yang dari tadi membuntutinya. Sekarang tinggal Nox dan aku di balkon itu.
"Jene?"
Dia seperti mengulangi ucapan Gill barusan. Wajahnya terlihat tidak senang dengan panggilan itu. Ada apa dengannya? Dia lalu menyorotiku dari atas sampai ujung kakiku. Aku jadi takut untuk membuka mulutku.
"Apa kau selalu seperti ini saat menemuinya?" Pria itu melipat tangannya di dada dan tidak melepaskan pandangannya dariku.
Aku baru ingat hanya mengenakan jubah tidur dan rambut acak-acakan begini. Kenapa juga pria itu muncul tiba-tiba di sini, padahal sebelumnya aku tidak pernah berantakan seperti ini. Aku kesal sekali. Aku harus bilang apa?
"Duduk."
Dia tiba-tiba menyuruhku duduk dengan tatapan dingin. Mungkin karena aku tidak menjawab pertanyaannya barusan. Aku menurutinya, lalu pria itu perlahan juga duduk di depanku.
"Sepertinya nyawamu masih berada di alam mimpi..."
"Terima kasih... karena telah membantu saya semalam... Yang Mulia." aku tahu dia menyindirku tapi tidak kupedulikan karena aku langsung ingat belum sempat berterima kasih padanya. Walaupun malu, tapi aku harus mengatakannya.
"Apa kau sudah tahu dari Gill? Tentang Lady Doranza..."
Dia sedikit mengalihkan pandangannya. Kurasa dia juga malu membicarakan ciuman intim yang kami lakukan semalam. Aku mengangguk menahan kecanggungan ini. Dia ke sini hanya untuk memberitahukan itu?
"Kurasa kau bisa menangani masalahmu sendiri sekarang, sampai wanita itu datang."
Apa maksud ucapannya? Maksudnya dia tidak akan membantuku lagi? Aku agak sedih mendengarnya.
"Sekali lagi... apa Anda bisa menolong saya sekali lagi?" Lagi-lagi aku langsung mengucapkan apa yang ada di pikiranku saat itu. Ini sama saja dengan aku memintanya menciumku lagi, tapi aku tidak menyesal telah mengatakannya.
"Sepertinya tidak," jawabannya membuatku kecewa, "Sebagai gantinya, besok malam datanglah ke perayaan di istana."
"Perayaan? Ke-kenapa tiba-tiba...?"
Ada angin apa dia tiba-tiba mengajakku? Aku menelan ludahku. Apa karena dia tidak memiliki pasangan? Antara senang dan bingung. Aku lupa terakhir kali menghadiri suatu pesta. Tapi perayaan apa itu?
"Kau pikir aku sengaja mengajakmu? Kau beruntung karena orang dari Barbaria itu menginginkanmu hadir di perayaan besok." Dia terlihat kesal saat membicarakannya.
Alfred maksudnya?! Alfred bilang seperti itu pada Nox? Tidak kusangka dia terang-terangan begitu. Wajahnya seolah bertanya-tanya kenapa pria itu tertarik padaku. Aku sempat terdiam sejenak. Tapi perayaan apa sebenarnya? Kerjasama kah? Barbaria merupakan kerajaan besar dan maju, pasti Nox akan melakukan apa saja agar bisa bersekutu dengannya.
"Aku akan memberimu gaun. Kuharap kau menjaga sikap selama perayaan itu."
"Apa Anda bersungguh-sungguh?"
Aku langsung mengembangkan senyum di wajahku. Akhirnya aku bisa pergi ke pesta lagi. Tapi apa yang diinginkan Alfred? Dia pasti sengaja karena ingin berbicara denganku. Dia pernah bilang akan membantuku! Tunggu, tapi malam ini... berarti aku tidak tidur? Nox barusan mengatakan tidak mau membantuku lagi. Baiklah.
"Jangan sampai aku melihatmu seperti ini lagi."
Wajahnya tiba-tiba semakin sinis saat mendengar tanggapanku. Ada apa dengannya? Tadi malam dia baik sekali, sekarang sudah berubah lagi seperti serigala. Apa penampilanku benar-benar buruk kali ini?
Aku terpaksa tersenyum menatapnya, "Baiklah, terima kasih Yang Mulia..."
Dia lalu berdiri dari tempat duduknya dan melengos pergi begitu saja. Aku sedikit menundukkan kepalaku dan tidak bisa berhenti tersenyum. Aku senang karena melihatnya hari ini dan bahkan diundang ke istana! Walaupun dia tidak akan menemuiku lagi malam ini, setidaknya besoknya aku akan bertemu lagi dengannya dan Alfred... Pria itu... apa dia benar-benar akan membantuku keluar dari sini?
Tak lama, Catia menghampiriku dan mengajakku kembali ke kamar. Tidak sia-sia Catia mengumpulkan buku di kamarku, malam itu aku begadang semalaman membacanya. Sesekali aku teringat dengan ciuman Nox kemarin. Kenapa saat bertemu denganku tadi dia biasa saja? Seperti tidak pernah terjadi apa-apa diantara kami. Entah kenapa aku jadi kesal sendiri. Apa cuma aku yang merasakan debaran tidak jelas saat bertemu dengannya? Aku benar-benar sudah gila.
Aku mengangkat kepalaku saat langit sudah mulai terang. Aku berhasil menghabiskan waktuku seharian dengan buku dan berguling-guling di tempat tidur. Pasti kantung mataku muncul lagi. Hari ini aku akan pergi ke istana, makanya aku sedikit bersemangat. Kukira Albatraz tidak memiliki bangunan besar berupa hall istana, ternyata mereka memilikinya tepat di belakang tower utama, Catia yang mengatakannya padaku.
"Nona!"
Pintu kamar itu terbuka dengan agak keras. Catia datang sambil membawa kotak besar saat itu, "Lihat! Yang Mulia memberikan ini untuk Anda."
Kotak berwarna putih itu diletakkannya di tempat tidur, persis di hadapanku. Aku tahu apa isinya, dia sudah bilang akan memberikan gaun untukku. Gadis yang tengah berdiri di pinggir itu lalu membukanya dan tampak senyum sumringah di wajahnya.
Gaun berwarna putih dengan leher tinggi dan beberapa aksen ungu di bagian roknya. Aku sedikit mengangkat alisku melihatnya. Putih? Jika ada warna hitam aku lebih memilih warna gelap itu. Kurasa gaun ini terlalu klasik dan seperti gaun pengantin yang sangat sederhana. Tapi aku tidak punya pilihan lain.
Berkebalikan denganku, ekspresi Catia sangat tidak terduga melihat gaun itu. "Anda akan semakin cantik memakainya, Nona. Saya tidak sabar..." katanya sambil melebarkan kain itu. Aku terpaksa memasang senyum di wajahku.
"Tapi, apa ini tidak terlalu... formal?"
Aku sudah membayangkan sebuah gaun model terkini dengan bagian dada setengah terbuka, berwarna gelap atau sedikit gelap dan beberapa taburan kristal di sana.
"Tidak, Nona. Ini gaun yang sangat elegan, apalagi Anda yang memakainya. Saya tidak menyangka Yang Mulia mengundang Anda hari ini..."
Aku memilih tidak menjawabnya, gadis itu tidak tahu saja kalau Nox mengundangku karena terpaksa. Entah kenapa aku jadi sedikit bersemangat walaupun tidak tidur semalam hanya dengan mengingat pesta itu. Rasanya sedikit gugup mengingat ini adalah pesta pertamaku sejak aku terbangun terakhir kalinya.
"Terkadang saya berpikir bahwa Yang Mulia sepertinya menyukai Nona..." tiba-tiba Catia melemparkan senyuman genit padaku.
"Menyukaiku?" Memikirkannya saja sudah membuat pipiku merah.
"Lihat saja perlakuannya pada Anda. Biasanya tahanan yang berada di sini tidak bertahan lama..."
Jantungku jadi agak kacau lagi. Nox menyukaiku? Pria berhati dingin itu? Tidak. Kurasa aku yang mulai jatuh hati padanya. Apa yang kupikirkan? Entah kenapa seperti ada dua pemikiran yang sangat bertolak belakang di kepalaku saat ini. Jelas-jelas aku membencinya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
apa saja
lanjut bacaaa
2023-01-21
0
Yenn
gue download noveltoon biar bisa baca ini
2022-03-27
0
momy ida
antara benci Dan cinta itu beda tipis jene😁😁😁
2022-01-15
0