Black Hair

Sesuai rencanaku, siang ini aku menunggu sosok wanita berambut cokelat itu hadir di dekat taman. Catia mengatakan padaku bahwa Gill hari ini tidak menghampiriku. Claran Doranza pasti mengira kalau pria itu sedang bersamaku sekarang.

"Nona, ini sudah lewat dari jam makan siang. Ayo kita kembali." Catia mendekatiku dengan wajah cemas.

Aku yang dari tadi mondar-mandir di taman itu terpaksa menghentikan langkahku. Entah sudah berapa lama aku menunggunya, rasanya belum puas jika belum menemuinya. Apa dia sudah menemui Gill? Tapi sudah beberapa hari ini dia selalu menemuinya di sini.

"Ya, sepertinya semua sedang sibuk sekarang," gumamku gusar.

Dari kejauhan aku melihat beberapa kereta kuda berjajar rapi di gerbang tower utama. Mungkin mereka sedang mengadakan rapat penting atau semacamnya.

"Iya, Nona, saya dengar perwakilan dari Barbaria datang hari ini."

"Barbaria?"

Aku tahu Albatraz baru-baru ini menjalin hubungan baik dengan kerajaan militer seperti Barbaria. Astaga, pasti Claran Doranza juga menghadirinya. Rupanya ini bukan hari yang tepat.

"Nona tidak tahu? Saya hanya mendengar cerita, kata pelayan di sana orang dari Barbaria tampan sekali. Dia memiliki rambut hitam yang sangat langka."

Aku terdiam begitu mendengar kata 'rambut hitam'. Aku jadi teringat seseorang yang dulu pernah menjadi kekasihku. Rambut berwarna hitam dan berasal dari Barbaria. Tapi dia seorang prajurit. Bukan dia, kan?

"Apa kau tahu siapa namanya?"

"Entahlah, Nona, saya tidak sampai tahu namanya. Anda juga penasaran, ya?"

Bagaimana kalau itu memang dia?

Aku bertemu dengan pria itu saat dia tersesat di Morrac. Waktu itu umurku baru 17 tahun, kira-kira 3 tahun yang lalu. Hanya aku yang tahu bahwa dia orang Barbaria saat itu. Hubunganku dengannya sangat singkat tapi begitu mengena. Namun karena ayahku tidak suka aku berteman dengan rakyat bisa, aku terpaksa mengakhiri hubunganku dengannya.

Aku hanya perlu menunggu mereka keluar dari tower itu dan mengetahuinya. Namun, itu merupakan jalur keluar masuk wilayah ini. Aku tidak akan bisa bertahan di sana. Tunggu, bisa saja perkataan Gill tentang magis yang berikan Nox padaku itu hanya tipuan. Agar aku tidak pergi dari sini.

Apa aku harus mencobanya?

Sial, ini menyangkut hidup dan mati. Katanya aku akan kehilangan nafas jika melewati wilayah ini. Namun, jika benar pria dari Barbaria itu adalah orang yang kukenal dulu, aku pikir dia bisa menyelamatkanku. Ya, ini jalan keluar satu-satunya!

"Nona, jangan bilang Anda mau ke sana?" Catia tampak panik saat aku berjalan menjauhinya.

"Tunggulah di sini. Aku ingin memastikan sesuatu."

"Nona! Astaga..."

Aku berjalan di dekat pepohonan rindang yang tumbuh di tepi. Aku berusaha menyembunyikan diriku, dalam hati aku takut jika tiba-tiba aku mati di tengah jalan. Jarak ke sana tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat, tapi berhasil membuatku seperti habis berlarian di lapangan.

Sebelum aku sampai, rupanya beberapa orang keluar dari gerbang tower utama. Aku buru-buru menyembunyikan diriku di balik tembok besar dekat sana. Benar saja, salah satunya aku melihat seorang pria berambut hitam berjalan ke arah kereta kuda paling besar di sana. Tapi aku tidak jelas melihat wajahnya.

Aku mencoba mendekat lagi. Mengendap-endap ke arahnya. Begitu aku sampai di pohon paling dekat dari gerbang itu, aku langsung kehabisan kata-kata. Tanganku berusaha menyembunyikan mulutku yang menganga terkejut. Pria berambut hitam itu rupanya menyadari keberadaanku di sana. Dia sepertinya tahu aku mengintainya dari jauh dan yang paling mengejutkanku, dia adalah orang yang sama di masa laluku!

Alfred Winterson.

Aku tidak lupa dengan namanya. Itu dia! Wajahnya masih sama seperti dulu, hanya tampak lebih dewasa saja. Dia semakin tampan dengan baju serba hitam yang dikenakannya. Apakah dia masih mengenaliku? Matanya yang berwarna coklat keemasan itu terlihat sama terkejutnya denganku.

Dia menghentikan langkahnya ketika hendak memasuki keretanya, lalu sepertinya berjalan ke arahku. Aku hampir tidak percaya melihatnya di sini. Baru saja aku ingin memanggil namanya, anehnya, tenggorokanku seperti tercekat.

Astaga, aku seperti terkunci dalam sebuah kotak besar. Tidak. Ini seperti tenggelam! Aku tidak bisa menghirup udara di tempat terbuka ini. Jadi magis itu sungguhan? Aku akan mati? Padahal aku belum sepenuhnya keluar dari wilayah tower ini. Menggerakkan tanganku saja aku tidak bisa, seperti ada tangan yang menarik tubuhku dari dalam tanah. Sial. Padahal satu-satunya orang yang bisa menyelamatkanku sudah di depan mata. Kenapa begini?

"Hhhaaah..."

Dalam sekejap seseorang menarikku hingga akhirnya aku bisa menghela nafas panjang.

"Gi- Gill?"

Di depanku kini sudah tidak ada pria tadi, melainkan pria berambut emas yang terlihat cemas. Dia berdiri sambil memelukku dari belakang dan tiba-tiba aku sudah berada di depan towerku. Dia pasti buru-buru menyelamatkanku dan berpindah tempat dengan magisnya. Aku menoleh ke sekitarku, kecewa saat menyadari bahwa aku sudah kehilangan Alfred. Namun, berkat Gill aku selamat. Aku hampir saja mati kehilangan nafas di sana. Paling tidak Alfred sempat melihatku tadi. Kuharap dia masih mengenaliku.

"Terlambat beberapa detik saja, kau tidak selamat." Suara Gill terdengar parau.

Astaga, aku baru sadar dia masih memelukku. Aku langsung melepaskan diri saat itu juga.

"Terima kasih, Yang Mulia. Ternyata... magis yang Anda katakan benar," ucapku, sedikit menunduk.

"Berapa kali kubilang, panggil aku Gill. Kau tidak percaya padaku?"

"Aku hanya... penasaran."

"Jangan sampai kau melakukan itu lagi. Untung saja kakakku tidak melihatmu."

Aku tersenyum padanya. Untuk kesekian kalinya dia menyelamatkanku.

"Apa kau mengenali seseorang di sana?"

Rupanya Gill mencurigaiku juga. Apa yang harus ku katakan? Aku tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya padanya, kan? Atau jangan-jangan Catia yang memberitahunya? Tidak, Gill tidak boleh tahu.

"Tidak... apakah ada orang penting di sana?" Aku terpaksa berbohong.

"Tuan Muda Winterson itu... kau kenal dengannya?"

Skakmat.

Dia seperti sedang membaca pikiranku. Tanpa berkedip pun aku tetap menjawab tidak. Berbohong adalah keahlianku selama menjalani kutukan kematian ini.

"Winterson ya... jadi pria berambut hitam itu bernama Winterson?" tanyaku balik. Aku tidak mungkin memberitahunya bahwa dia adalah mantan kekasihku.

"Tch. Semua pelayan juga sepertinya penasaran dengan dirinya."

"Benarkah? Mungkin karena rambutnya... Emm, tapi aku benar-benar tidak mengira Anda ada di sini." Aku sengaja mengalihkan pembicaraannyaagar pria itu berhenti menanyaiku.

"Ya. Aku melarikan diri dari wanita itu."

"Claran Doranza?"

Baru saja aku menyebutkannya. Pemilik nama itu muncul. Aku menunggunya dari tadi di sini, sudah kuduga dia datang ke kediaman Gill dan sekarang mengejarnya sampai ke sini.

"Suatu kehormatan, bisa bertemu Yang Mulia Pangeran di sini." Claran membungkukkan sedikit tubuhnya dan tersenyum manis.

Gill sepertinya juga tidak menduga bahwa wanita itu sudah berada di sini. Wajahnya seperti melihat hantu. "Seperti yang kau lihat, aku sedang menemani Putri Jene. Aku tidak bisa membiarkannya kesepian di sini," kata Gill, datar.

"Oh, maaf mengganggu, tapi jika diperbolehkan saya ingin meminjam Putri Jene sebentar saja."

Meminjam?

Aku dan juga Gill otomatis terkejut. Bukankah dia ke sini untuk mencari Gill? Dia malah mau berbicara denganku?

...****************...

Terpopuler

Comments

♥⃟❥ʟᴏᷞᴜͦʏͮɪͤ☘

♥⃟❥ʟᴏᷞᴜͦʏͮɪͤ☘

jadi ikutan nyesek..saking khusu bacanya...😂😂
kaya nahan napas juga..😂😂😂

2021-02-06

2

S.N

S.N

hati hati jane

2021-02-04

2

anggita noviar Saputri

anggita noviar Saputri

alfred siapa nya leon ya ? 😅

2020-11-03

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!