Claran Doranza.
Selain memiliki iris biru seindah samudera, dia juga memiliki wajah mungil yang tak bosan dilihat. Siang itu dia memakai cape hijau tua dan gaun berwarna putih klasik. Aku baru tahu dengan hanya berbalutkan gaun sederhana saja, wanita bisa tampak cantik seperti itu.
"Aku sedang menemani Putri Jene. Berkeliling." Gill menatapnya dengan tatapan tidak suka.
"Ah, perkenalkan, saya Claran Doranza. Senang bertemu dengan Anda, Putri Jene."
Apa ini? Aku agak bingung melihat perlakuannya yang begitu manis padaku. Jelas-jelas aku sedang bersama tunangannya. Dia tidak marah? Apa dia memang selalu seperti ini? Tidak, aku tidak boleh cepat menyimpulkan.
"Senang bertemu dengan Anda, Lady Claran." Akhirnya aku membalas senyumnya dengan sapaan hangat.
"Saya banyak mendengar tentang Anda, bagaimana keadaan Anda?"
"Sangat baik. Saya sangat berterima kasih pada Pangeran Gill karena telah menyelamatkan saya."
"Benarkah? Apa Yang Mulia Lord tahu kalau Anda mengajak tahanannya keluar, Pangeran?"
Aku tampak menyungging senyum, tapi Gill terlihat santai dan tidak terlalu menghiraukannya.
"Tidak. Apa kau ingin melaporkannya pada kakakku?" Gill tak mau kalah. Dia juga melemparkan senyum sinisnya.
"Apa maksud Anda? Tentu saja saya tidak akan memberitahukannya."
"Baiklah, apa kau sudah selesai?"
"Selesai?"
"Bukankah kau sudah melihatku? Kau bisa pergi sekarang," ucap Gill lagi.
"Ya. Sepertinya Pangeran sedang sibuk."
"Aku harus mengantar Putri Jene kembali ke kamarnya. Mulai hari ini aku akan sibuk menemaninya."
Aku seperti patung yang sedang mendengarkan percakapan mereka di sana. Sudah jelas Claran datang hanya untuk melihat Gill, tapi pria itu tampak sangat membencinya. Aku yakin wanita itu tahu, tapi dia tidak mempermasalahkannya.
"Tidak apa, saya akan kembali sendiri, Yang Mulia. Mohon lanjutkan."
Tanpa sadar aku membuka mulut. Baru saja aku hendak berbalik, Gill menahan tanganku. Astaga, aku lupa, bukankah aku sedang menjalankan tugasku? Pria itu menatapku dengan sorot mata yang tajam.
"Sampai berjumpa lagi, Claran."
Aku langsung melirik wanita yang berada di depannya. Dia terlihat agak terkejut, apalagi melihat Gill menggenggam erat tanganku. Dia pasti kesal padaku, tapi jelas ini sangat berhasil. Berhasil membuatnya cemburu. Anehnya, wanita itu justru tersenyum.
"Sampai jumpa, Pangeran... dan Putri Jene. Semoga hari Anda menyenangkan," katanya dengan nada santai.
Aku sempat terdiam mengamatinya. Tingkah lakunya benar-benar elegan. Bahkan setelah diusir secara halus, dia masih bisa tersenyum seperti itu. Sebelum Claran meninggalkan tempat itu, Gill rupanya sudah menarikku duluan dan menyeretku pergi. Ya, kami meninggalkannya sendirian di sana.
"Anda bisa melepaskan tangan saya."
Tak lama aku berhenti di depan pintu besar dekat sana. Itu adalah akses utama untuk masuk ke dalam tower yang kutinggalu. Gill lalu melepaskan tangannya perlahan.
"Apa kau lupa?" sergahnya.
"Maafkan aku. Dia wanita yang manis sampai aku tidak tega meninggalkannya."
"Jangan tertipu olehnya, dia adalah ular yang berwujud manusia.
Astaga. Itu ungkapan atau sungguhan?
"Seperti yang kau lihat, dia tidak mudah menyerah dan akan terus mendekatiku walaupun aku mengusirnya," tambah Gill dengan kening mengerut.
"Tapi bagaimana jika Yang Mulia Lord tahu kalau-"
"Aku sudah memikirkannya. Makanya aku harus membuat Claran mundur dengan sendirinya sebelum kakakku tahu. Paling tidak, dia tidak mengunjungiku setiap hari. Itu menyebalkan."
"Sepertinya itu hal yang sulit..."
"Kita harus mencobanya. Aku sudah berbicara dengan semua pelayan di tower ini untuk tutup mulut. Aku tidak mau kakakku mengacaukan semuanya."
Aku hanya mengangguk pelan. Jadi dia ingin menyingkirkan Claran secara diam-diam? Tapi rasanya tidak mungkin jika Lord sialan itu tidak tahu. Claran bisa saja mengadu padanya dan mengatakan bahwa Gill memiliki hubungan khusus denganku.
Apakah Claran bukan tipe orang yang seperti itu?
"Ayo, aku akan mengantarmu ke dalam." Gill kembali menarik tanganku.
Rasanya ada yang ganjal. Bukankah Gill berjanji akan melepaskanku dari kakaknya jika membantunya? Tapi kenapa diam-diam seperti ini. Apa rencananya? Dia benar-benar bisa membantuku atau tidak? Tidak, aku tidak boleh sepenuhnya percaya padanya.
Aku kembali ke kamarku dan anehnya, aku tidak melihat siapa-siapa di tower itu kecuali pelayan. Sepertinya hanya aku yang tinggal di sini.
"Saya akan menyiapkan makan malam untuk, Nona."
Catia tiba-tiba sudah berada dibelakangku tepat setelah Gill meninggalkanku.
"Anda... kenapa?" Dia tampak khawatir saat melihat wajah gelisahku. Begitulah aku jika sedang serius berpikir. Aku lalu mengembangkan senyumku padanya.
"Tidak ada. Oh, aku tidak makan lagi, kau saja yang menghabiskan makananku, ya?"
"Anda juga tidak makan malam? Kenapa? Anda tidak perlu khawatir dengan badan Anda, Nona."
"Aku memang tidak pernah makan malam," sahutku cepat.
"Astaga, bagaimana bisa? Anda bisa pingsan."
"Jangan khawatirkan aku. Kau juga pasti belum makan, kan?"
"Kami, pelayan, paling terakhir menyantap hidangan, Nona. Saya juga tidak diperbolehkan memakan makanan Anda."
"Benarkah? Kalau begitu buang saja."
"Nona... saya bisa dimarahi Tuan Vilencia jika Anda tidak menyentuh makanan Anda."
"Tidak akan terjadi jika kau memakannya." Lagi-lagi aku tersenyum sambil menyandarkan kepalaku di sofa.
"Astaga, baiklah, Nona, tapi tolong rahasiakan pada Tuan Vilencia."
"Tenang saja."
"Terima kasih, Nona. Anda begitu baik."
Aku terkekeh pelan. Catia adalah gadis terpolos yang pernah kutemui. Semoga dia benar-benar bisa dipercaya.
"Aku yang harusnya berterima kasih. Oh, iya, aku penasaran, apa hanya aku saja yang tinggal di tower ini? Aku tidak pernah melihat siapapun di sini," tanyaku kemudian sambil melipat tangan.
"Sejujurnya iya, Nona. Tower ini merupakan tempat tahanan bangsawan dan tamu kerajaan. Yang Mulia Lord dan Pangeran Gill tinggal di dua tower yang lain."
"Tahanan?" Aku mengulangi kata-katanya.
Statusku sekarang sebagai tahanan? Kamar seluas ini untuk seorang tahanan? Mereka juga memberikan makanan enak dan cemilan pada tahanan? Apa tahanan bisa keluar masuk seenaknya begini? Aku melongo, heran. Wah, aku hampir kupa kalau dia juga menyihirku agar tidak bisa keluar dari wilayah ini. Tapi sampai kapan aku di sini?
"Ya, Anda beruntung berada di sini, Nona. Pertama kali melihat Anda saya tidak percaya kalau wanita secantik Anda menjadi seorang tahanan," kata Catia lagi, dengan wajah polosnya.
"Aku bahkan merasa sebagai tamu di sini," balasku, "Apakah mereka memang baik pada semua tahanan bangsawan?"
"Tidak. Saya rasa hanya pada Anda. Pangeran Gill juga mengizinkan kami untuk melayani Anda tanpa kekurangan sedikit pun."
Aku hanya mengangguk-angguk.
"Apakah jarak tower ini dengan tower lain berjauhan?"
"Tidak juga. Kenapa Nona menanyakannya? Jangan bilang kalau Nona ingin pergi ke sana?"
"Kau tahu saja..." Aku tersenyum lirih, sedangkan gadis itu tampak panik.
"Jangan, Nona. Jika Yang Mulia tahu bisa gawat."
"Tenang saja, aku tidak akan ke sana. Tapi aku punya kebiasaan berjalan-jalan dulu sebelum tidur, bagaimana?"
"Astaga, Nona..."
Akhirnya setelah memohon pada Catia, dia menemaniku ke taman malam itu juga. Aku hanya bosan hanya di kamar saja, padahal baru tadi siang aku keluar dari kamarku. Seperti biasa tower yang kutempati ini sepi. Hanya ada Catia dan dua penjaga pintu utama dan pintu samping. Mungkin masih ada beberapa pelayan lain di dapur, tapi aku tidak melihatnya.
"Apa selalu gelap begini setiap malam?"
Aku agak terkejut saat melihat sekitarku sunyi dan minim penerangan. Ini seperti adegan horor saja.
"Tidak, sepertinya lampunya sengaja tidak dinyalakan, Nona. Sebentar saya akan mengambilkan lampu. Nona tunggu saja di sini."
"Tidak perlu, Catia."
Gadis itu tidak mendengar dan langsung berlari ke dalam saat itu juga. Aku menghela nafasku, sama saja aku berjalan sendirian di kuburan kalau begini. Tanpa sadar aku melangkahkan kakiku ke arah satu-satunya cahaya di sana. Tidak menuju taman, melainkan ke utara tower. Di sana terpampang dinding batu besar yang merupakan gerbang masuk tower ketiga ini dan rupanya aku sudah berada di dekat sana. Aku menoleh ke kanan-kiriku. Anehnya tidak ada penjaga.
Dari sana aku melihat dua tower lain. Jaraknya tidak terlalu jauh, tapi seperti yang dikatakan Catia, aku harus waspada. Aku mengurungkan niatku untuk berjalan lebih jauh lagi, tapi ternyata kakiku tidak menurutinya. Aku sudah setengah jalan menuju tower yang paling dekat dari tempatku berada.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
Keheningan malam itu makin mencekam berkat suara yang muncul tiba-tiba di dekatku. Celakanya, suara berat itu, aku tahu siapa pemiliknya. Siapa lagi kalau bukan Nox! Tubuhku seperti tidak bisa digerakkan. Sial. Aku tidak mau berbalik dan melihat wajah pemilik suara itu.
Kenapa dia ada di sini malam-malam begini? Bagaimana ini? Apa aku pura-pura pingsan saja? Dia pasti akan membunuhku.
"Hei!"
Tak kusangka, dia menarik tanganku begitu kasar, sedangkan aku tanpa persiapan apapun. Saat tubuhku terputar, benar saja, itu dia. Rambut perak kebiruan milik Nox berkilauan terkena pantulan sinar bulan. Tubuhku yang tidak sebanding dengannya itu pun menabrak tubuhnya. Dia sendiri sepertinya tidak mengira kalau kepalaku akan menghantam dadanya.
Situasi apa ini?
Aku mendengar dengan sangat jelas detak jantungnya. Tanpa berpikir lagi aku menengadah dan menatap matanya. Astaga, dia terlihat sangat marah! Apa aku benar-benar mati malam ini? Ini tidak boleh terjadi. Aku sudah bertahan sampai sejauh ini.
Kedua maniknya seolah berkata ingin menelanku mentah-mentah. Aku buru-buru memeluknya. Aku tahu ini hal yang tidak senonoh baginya, tapi aku benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Terserah dia mau mengatakan aku gila atau apa. Urat maluku sudah putus kali ini.
Anehnya dia malah terdiam, begitu pula aku. Sial. Apa yang harus kukatakan setelah ini? Sepertinya jalan satu-satunya untuk menghindarinya adalah berpura-pura pingsan. Ya. Aku harus pingsan. Kupejamkan mataku, lalu kulemaskan tubuhku perlahan.
Kuharap ini berhasil. Jangan bunuh aku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Kartika Lina
oh ternyata cara untuk pura2 pingsan tu seperti itu 🤔🤔
2023-12-25
0
Athzee
wkkwkw
2022-04-13
0
Athzee
ya ampun kocak banget si putri
2022-04-13
0