"Kau memasuki wilayah terlarang! hentikan langkahmu!" seru sosok itu.
Sanada Kuranoshin memperhatikan 5 orang tengu yang menyandang pedang lengkung, dua diantaranya menggenggam hachiwara, sejenis senjata besi bercabang yang digunakan untuk menjepit pedang.
Kuranoshin tertawa, "Ogah! aku justru mau menanyakan sesuatu. bisakah?"
keempat tengu saling berpandangan. salah satunya maju. "Apa yang hendak kau tanyakan?"
"Dimana aku bisa menemukan mawar siluman?" tanya Kuranoshin sambil cengengesan.
tengu itu tertawa sejenak. "Apa kau pikir bisa menemukan tanaman itu disini?"
Sanada Kuranoshin menggaruk-garuk kepalanya. "Nggak juga sih... tapi tanaman itu masih ada bukan?"
tengu itu mendengus. "Tanaman itu tumbuh disekitar bekas kuil tuan Yoshitsune." jawabnya, namun menyilangkan pedangnya didepan, "Tapi kau takkan bisa mencapai tempat itu."
"Kalian ini mengganggu orang yang sedang berupaya menyelamatkan orang lain." gerutu Sanada Kuranoshin tapi disamarkan dengan tertawaan. "Tak bisakah kalian berperilaku dermawan? aku hanya butuh sekeranjang saja."
"Tidak tanpa melangkahi mayat kami." seru tengu yang satunya maju menerjang Kuranoshin.
terprovokasi dengan serangan salah satu Tengu membuat Tengu yang lainnya ikut maju mengeroyok Kuranoshin. dengan geram Kuranoshin maju menyongsong serangan mereka.
pemuda itu berhasil menangkap salah satu hachiwara yang diayunkan lawan. berbekal senjata penjepit itu ia melayani para tengu yang maju mengeroyok.
mungkin karena sebuah hubungan kekeluargaan diantara anggota bandit Kansai, mereka merasakan pimpinan mereka dalam bahaya sehingga beberapa orang akhirnya maju menanjaki tanah pegunungan itu.
mereka mendapati Kuranoshin yang sementara dikeroyok oleh 5 orang tengu membuat satu persatu anggota bansit Kansai itu menggeram marah.
"Beraninya kalian main keroyokan! hadapi kami!!" seru salah satu anggota bandit Kansai yang langsung maju menerjang kumpulan musuh diikuti oleh yang lainnya.
terjadi pertarungan hampir seimbang antara kelima orang tengu menghadapi beberapa anggota bandit Kansai. Kuranoshin menyelusup dari sana dan berhasil meloloskan diri dari pertarungan tersebut.
"Kalian hadapi mereka. aku akan ke puncak mencari apa yang diinginkan oleh pelanggan kita." seru Kuranoshin sambil melambaikan tangan nya.
Sanada Kuranoshin terus berlari mempergunakan kecakapan meringankan tubuh untuk tiba dipuncak dan menemukan kuil bekas persemayaman sang pahlawan perang Dan no Ura, Genkuro Yoshitsune.
ia akhirnya tiba dipelataran lebar. sisi-sisi tempatnya ditumbuhi belukar tinggi. ia menatapi tanah lapang yang dipercaya sebagai bekas kuil yang digunakan Genkuro Yoshitsune untuk menyepi.
Sanada Kuranoshin mengedarkan pandangan mencari tanaman yang diinginkannya. memang tanaman mawar siluman sering berasosiasi dengan tumbuhan lain sehingga sukar dibedakan jika tidak teliti mencari.
Kuranoshin mulai meneliti satu persatu belukar yang tumbuh disekitaran tanah lapang itu. senyum pemuda itu merekah setelah mendapati beberapa batang mawar siluman yang nampak tersamarkan dengan belukar lain.
baru saja, tangannya terulur menjamah tanaman itu, terdengar bentakan dibelakangnya.
" Siapa kau?! berani sekali kau memasuki area ini?!" bentak wanita yang tak lain adalah Mochizuki Chiyojo.
Kuranoshin hanya sejenak memandangnya lalu kembali mulai memetiki tanaman itu. merasa tidak dipedulikan, amarah wanita itu menggelora lagi.
"Kau mau cari mati. ya?!" bentak Chiyojo lagi dengan nada yang keras.
"Maafkan saya... tapi saya harus memetik beberapa tanaman ini untuk tujuan yang penting." kata Kuranoshin.
"Kepentingan apa?" tanya Chiyojo tetap dengan tatapan angkernya.
"Menyembuhkan orang yang sedang sakit." jawab Kuranoshin dengan santai, "Boleh, kan? jangan pelit begitu, nanti tak dapat jodoh lho."
sebenarnya mendengar kata yang menyinggung orang sakit, membuat Chiyojo mengendurkan kewaspadaan, namun akhir perkataan Kuranoshin kembali membuatnya marah.
"Jangan mimpi untuk mendapatkan tanaman itu!!" seru Chiyojo maju sambil mengembangkan tangan. wanita itu membaca jumon.
langit menjadi mendung dan awan bergulung datang mengeruhkan lazuardi langit yang semula biru. rambut Chiyojo yang terurai mengembang ke segala arah menimbulkan kesan dalam hati Kuranoshin bahwa wanita dihadapannya tak ubahnya mirip yokai.
tiba-tiba selarik cahaya halilintar berpadu dentuman guntur muncul dan menghujam tanah dihadapan Chiyojo. sekitaran menjadi silau membuat Kuranoshin menghalangi wajahnya dengan lengan kirinya.
begitu cahaya memudar, pemuda itu melihat sebilah pedang tergenggam ditangan Chiyojo. dengan senyum puas, wanita itu menghunus pedang tersebut dan mencampakkan warangkanya ke tanah. senjata itu kemudian diacungkan kearah Kuranoshin.
"Pedang apa tuh?" tanya Kuranoshin.
"Si Pembunuh Iblis milik mendiang Minamoto Yoshinaka." jawab Chiyojo dengan bangga.
Kuranoshin sendiri mengetahui senjata tersebut. pedang itu termasuk pusaka milik keluarga Genji. dulu dalam perang Ichi no Tani, Minamoto Yoshinaka menggunakan pedang itu untuk meluluh lantakkan armada laut pasukan Taira.
"Pedang yang bagus..." ujar Kuranoshin seraya mengangkat jempolnya kearah Chiyojo.
"Sekarang....kau akan merasakan ketajaman bilahnya." seru Chiyojo hendak maju.
namun langkah wanita itu tertahan ketika mendengar suara seruling. melodi yang mendayu-dayu menghiasi udara. tak lama kemudian seorang pendeta kelana muncul ditempat itu.
"Hei komuso, menyingkirlah..." kata Chiyojo.
"Omitohud..." kata pendeta kelana itu seraya merangkapkan tangabnya didada kemudian mendekati Kuranoshin yang bercakak pinggang.
"Kakek Raimaru... untung kau muncul..." kata Kuranoshin dengan penuh rasa lega.
"Apa? kalian saling mengenal?" ujar Chiyojo kemudian menyilangkan pedang didepannya.
"Pedang yang semestinya digunakan untuk membela keadilan... justru digunakan untuk menghalanginya... sungguh sayang... " kata Raimaru sambil membungkuk.
"Kakek pengelana. Jangan terlalu mengumbar khutbah disini... menyingkirlah jika kau masih menghargai hidupmu." gertak Chiyojo.
melihat si pendeta kelana tak juga beranjak, membuat Chiyojo berkesimpulan keduanya hendak menyerangnya. tanpa menunggu lama, wanita itu maju menerjang dan mengayunkan pedang tersebut.
untuk menghadapi Chiyojo yang berbekal pedang pusaka, kedua lelaki itu memutuskan menyerang wanita itu dari 2 arah yang berbeda. Chiyojo menyadari benar hal itu. ia menyerang kedua orang itu secara bergantian.
tak lama 7 orang anggota bandit Kansai muncul disana. melihat pimpinannya sementara bertarung dengan Chiyojo, mereka hendak membantu.
"Kalau begitu, bantu kakek pendeta ini. aku sementara memetik mawar siluman." seru Kuranoshin.
ketujuh anggota bandit Kansai itu maju menyerang disaat Kuranoshin menarik diri dari pertempuran. Chiyojo semakin memperketat serangannya karena sekarang ia diserbu dari segala arah.
sementara Kuranoshin kembali sibuk memetik batang-batang tanaman mawar siluman. ia mengumpulkannya sesuai dengan permintaan yang diajukan Shin Yoshida, sekeranjang penuh.
merasa sudah memenuhi jumlah yang diinginkan, tiba-tiba Kuranoshin bersuit-suit. sontak ketujuh anggota bandit langsung berpencaran ke segala arah dan menghilang direrimbunan pohon.
"Kakek Raimaru... maaf aku harus pergi mengantar pesanan junjungan kita di Odawara. aku tinggalkan perempuan ini untukmu." seru Sanada Kuranoshin seraya melambaikan tangan dan meninggalkan medan pertempuran.
kini tinggallah Raimaru yang meladeni Chiyojo hanya berbekal seruling shakuhachi saja. dengan cekatan kakek itu menangkis segala serangan yang dilancarkan Chiyojo kepadanya.
Raimaru berpikir untuk menyudahi saja pertempurannya dengan wanita itu. maka kakek itu langsung mengambil sebuah bola kecil dan membantingnya ke tanah.
DUAR!!!!
BLESSSHHHHHH....
dentuman kecil terdengar disusul dengan kumpulan asap yang menyeruak menjadi tabir tebal yang menghalangi penglihatan Chiyojo. wanita itu menyibak-nyibak asap tersebut hingga memudar. keberadaan si pendeta kelana itu tak lagi berada disana.
"Brengsek kau pengelana! aku akan mencincang kamu kalau aku menemukanmu lagi!!!!" teriak Chiyojo dengan kesal sambil menusukkan bilahan pedang ke tanah.
...****...
Mugen tersenyum puas menatapi sekeranjang kecil tanaman mawar siluman. ia berharap tanaman ini mampu meredakan sakit, atau minimal mengurasi rasa sakit dari Hojo Ujiyasu.
dengan tangkas tabib itu mulai menumbuk dan menghaluskan tanaman tersebut kemudian menyaring airnya untuk diminum dan mempergunakan ampas tanaman sebagai kompres.
Shin Yoshida meninggalkan bilik tersebut dengan senyum kemenangan dan melompat-lompat kegirangan karena berhasil melaksanakan misinya.
...***...
Kato Danjo mengumpat-umpat dan menyumpahi Kotaro yang telah mengganggu kesenangannya hendak menggauli Chiyojo. untung saja ki miliknya tidak banyak terkuras akibat hantaman energi Orochi yang dikerahkan Kotaro. Danjo berhasil melarikan diri ketika Chiyojo terlibat pertarungan melawan Kotaro di teras kuil.
sejak itu keberadaan Kato Danjo seakan terhapus dari benak para shinobi. tak ada yang mengetahui dirinya saat ini. namun sang lelaki ini hanya menyamarkan dirinya dan tinggal di Edo.
Lelaki itu merubah penampilannya dan membangun kedai merangkap losmen kemudian melayani para wanita berkelas yang memiliki riwayat perselingkuhan. dari pekerjaan itu Danjo menikmati hasilnya berupa limpahan kepingan-kepingan ryo emas yang menggunung. bahkan Danjo berhasil membuka cabang usahanya di Shimosa, Awa dengan Edo sebagai kantor pusat.
Danjo kini lebih banyak menghabiskan waktu dibalik meja kerja bertemankan sempoa dan kepingan ryo emas. keberadaannya sekarang sulit dilacak para samurai nekomata karena begitu nyaris sempurnanya Danjo merubah penampailannya.
Shin Yoshida sendiri diminta Kotaro untuk mencari keberadaan lelaki pemetik bunga tersebut. hanya secuil yang diketahui para samurai nekomata bahwa Danjo tak pernah meninggalkan kawasan Kanto.
untuk sementara, Danjo merasa aman dari ancaman keluarga Uesugi, keluarga Takeda, dan keluarga Hojo. kepiawaiannya mengatur usaha dagangnya membuat kedai dan losmennya memiliki banyak pelanggan.
Danjo menikmati petualangannya dari satu perempuan ke perempuan lain. pelayanannya begitu memuaskan menjadikannya terkenal diantara wanita-wanita haus birahi.
namun kali ini... ia menemui kesialannya...
Suatu kali Shin Yoshida baru saja kembali dari kastil Hachioji setelah mengawal Hojo Ujiteru dikediamannya. berbekal uang hadiah dari penguasa benteng Hachioji, anak berambut mo-hawk tertarik mengunjungi salah satu losmen yang banyak dikunjungi para lelaki.
anak itu melihat sebuah kedai yang banyak dikunjungi oleh lelaki. merasa tertarik anak itu memasuki bangunan tersebut. Shin Yoshida memutuskan masuk ke bilik di ujung bangunan.
banyak pengunjung yang terheran-heran melihat seorang anak kecil dengan enteng memasuki sebuah bilik. beberapa tertawa. memang Shin Yoshida tak menyadari dirinya menjadi pusat perhatian. tapi anak itu tak perduli. ia terus saja masuk dan langsung duduk di tatami, kemudian bertepuk tangan.
tak lama kemudian seorang pramusaji muncul dan menanyakan menu hidangan yang ingin disantap oleh Shin Yoshida. setelah memesan makanan, ia mengingatkan pramusaji itu untuk minta didatangkan seorang geisha untuk menemaninya.
semula pramusaji itu menatapi Shin Yoshida dengan heran. tapi tatapan mantap anak itu akhirnya membuat pramusaji itu mengangguk.
sepeninggal pramusaji itu, Shin Yoshida mencomot salah satu hidangan dan mencicipinya. beberapa saat kemudian pintu shoji bergeser dan masuklah seorang geisha berusia 20 tahun. ia menggenggam gitar koto kemudian membungkuk dengan takzim. Shin Yoshida memperkenankannya masuk. wanita itu masuk lalu duduk agak berjauhan dengan posisi berhadapan. mulailah wanita itu memainkan alat musiknya dan menyanyikan sebuah lagu.
Shin Yoshida sejenak menikmati lagu itu kemudian meminta geisha itu menemaninya makan.
"Tak usah canggung... temanilah aku.... anggap saja aku adikmu" kata Shin Yoshida sambil cengengesan, "Atau kekasihmu saja..."
geisha itu menutup mulutnya menahan semburan tawa yang dikhawatirkan akan menyinggung perasaan anak itu. bagaimanapun itu adalah tamunya dan ia wajib menghormatinya. wanita itu mendekat dan duduk disisi Yoshida.
"Apakah kau asli sini?" tanya Shin Yoshida, "Siapa namamu?"
"Aku Kaneko, aku asli Hitachi..." jawab geisha tersebut membuka mulut menerima suapan tofu yang disuap oleh Shin Yoshida.
"Oh ya? aku juga dari Hitachi. namaku Yoshida." kata anak itu bersemangat. geisha itu tersenyum.
"Mengapa anda kemari tuan muda? tempat ini tak layak untukmu." tegur Kaneko dengan santun.
Shin Yoshida terkekeh, "Memang...aku hanya tertarik melihat banyak pengunjung disini. jadi aku masuk juga."
Kaneko berinisiatif mengambil sebuah tofu dan menyuapi Shin Yoshida. anak itu senang bukan main.
"Anda tentu heran melihat banyak orang yang tertawa ketika melihat anda memasuki bilik ini." kata Kaneko.
"Oh, jadi aku yang menjadi pusat perhatian mereka? hebat dong." kata Yoshida asal-asalan.
Kaneko menggeleng-gelengkan kepalanya menyadari sikap ugal-ugalan anak itu. Yoshida kembali meminta Kaneko menghabiskan hidangan. anak itu tidak terlalu lapar, ia hanya terkesan dengan banyaknya pelanggan lelaki yang mengunjungi kedai ini membuatnya tertarik untuk mencobanya.
"Sejak kapan kau bekerja disini, Kaneko?" tanya Yoshida.
"Sejak aku berusia 12 tahun." Kaneko maju memijiti pundak Yoshida membuat anak itu menjadi rileks. Kaneko menceritakan kisah hidupnya.
ayah ibunya memiliki hutang yang banyak dan hampir tak mampu dilunasi. sebagai jaminan pembayar hutang, rentenir itu merampas Kaneko dan menjualnya ke kedai ini. sebelumnya wanita itu digagahi oleh pemilik kedai dan setelah itu ia di suruh menjadi geisha.
Yoshida menggeram. ditatapinya Kaneko.
"Boleh kutahu, siapa nama pemilik kedai ini?" tanya Shin Yoshida.
"Mogami Dooki." jawab Kaneko.
Shin Yoshida mengangguk-angguk. anak itu lalu bangkit. ditatapinya Kaneko dengan tatapan teduh.
"Aku permisi dulu, Kaneko." kata Shin Yoshida. "Jika aku kemari lagi, dapatkah kau menemaniku?"
Kaneko tersenyum dan mengangguk pelan, "Sesuai keinginanmu tuan."
...***...
pertemuan dengan Kaneko menimbulkan kesan tersendiri bagi Yoshida. ia mulai intens mengunjungi kedai itu setelah selesai mengawal dan melaksanakan segala perintah Hojo Ujiteru di kastil Hachioji.
bahkan muncul gosip baru di kedai itu. Kaneko menjalin hubungan dengan seorang anak dibawah umur. ramai perbincangan para geisha yang menyinggung pribadi Kaneko. namun wanita itu tak menghiraukannya. ia hanya bersikap profesional.
isu itu semakin gencar manakala setiap Shin Yoshida berkunjung, ia hanya mau dilayani oleh Kaneko. bahkan dengan arogan, Shin Yoshida pernah menumpahkan isi kantungnya membuat kepingan-kepingan ryo emas memenuhi lantai, sekedar menggertak para pelanggan lainnya agar jangan ada yang menyentuh atau membooking wanita pilihannya.
sejak saat itu, tak ada satu pun geisha yang menganggap remeh Kaneko. karena dari sekian penghasilan para geisha, Kaneko yang memiliki pendapatan terbanyak. dan itu sangat menyenangkan pemilik kedai.
...****...
"Kaneko.... aku ingin menemui majikanmu..." kata Shin Yoshida ketika keduanya bersama dibilik yang sama. anak itu menyandarkan kepalanya dipaha Kaneko. ia menikmati belaian lembut jari lentik wanita itu dirambut mo-hawk berwarna kecoklatan.
"Kalau boleh kutahu...mengapa kau ingin menemuinya?" tanya Kaneko dengan hati-hati.
"Ada saja..." itu saja yang terucap dari bibir anak itu diiringi dengan senyuman khas anak badung. Kaneko sendiri hanya bisa tersenyum.
...***...
"Kaneko... kamu dipanggil majikan" kata pengelola kedai yang menemui Kaneko dibiliknya sedang merias diri.
"Dimana beliau?" tanya Kaneko.
"Dilantai atas. dia menunggumu. sekarang!" perintah pengelola kedai itu.
Kaneko melangkah menuju lantai 3. disana hanya ada bilik khusus berukuran luas yang ditinggali pemilik Kedai. ketika Kaneko menggeser pintu shoji, dan masuk, nampak si pemilik kedai bernama Kogami Dooki sedang duduk menghitung pendapatan hari itu dengan menggunakan sempoa.
"Duduklah Kaneko..." kata Mogami Dooki mempersilahkan.
Kaneko sendiri kemudian mengambil posisi duduk bersimpuh menghadap kearah Mogami Dooki yang masih tenggelam dalam kesibukannya.
akhirnya ia merampungkannya. Mogami Dooki bangkit dan melangkah menuju perempuan itu dan duduk bersila didepan Kaneko.
"Bagaimana kabarmu hari ini, Kaneko?" sapa Mogami Dooki sambil tersenyum.
"Saya baik-baik saja." jawab Kaneko. "Ada apa tuan memanggilku?"
"Aku mendengar gosip, kau menjalin hubungan dengan seorang anak dibawah umur, begitukah Kaneko?" selidik Mogami Dooki memajukan wajahnya kearah Kaneko.
"Saya hanya bersikap profesional saja, tuan. tak lebih." jawab Kaneko dengan tenang.
"Tapi aku khawatir, anak itu akan menyukaimu." kata Mogami Dooki dengan senyum penuh makna.
Kaneko tersenyum, "Tentu dia menyukaiku, tuan. dia ku anggap seperti adikku sendiri. "
"Baguslah kalau begitu. " kata Mogami Dooki, "Kupikir itu hanya perasaanku saja. tapi biasanya prediksiku benar."
DEG....
jantung Kaneko berdebar mendengar penuturan majikannya. sedalam itukah perasaan Shin Yoshida padanya?
namun Kaneko berupaya menetralisir hatinya. ia tersenyum. "Kuharap apa yang tuan khawatirkan tidak terjadi."
"Kuharap begitu." Mogami Dooki bangkit dan menatapi Kaneko dengan tatapan yang sudah dapat diprediksi oleh geisha itu. "Aku tak ingin anak itu merampas gadisku."
...ooOOoo...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments