BAB 18 - SAMURAI PEGUNUNGAN

atas perintah Shingen, sang selir menaiki tandu yang dijunjung 6 orang joki. 2 orang pendeta wanita berseragam putih dengan hakama merah mengendarai kuda, mengiringi tandu yang dinaiki oleh Chiyojo. ketua partai Ku no Ichi itu mengenakan kimono resmi dengan bedak tipis yang menempel diwajahnya. tujuan perjalanan mereka adalah Kaizu di Shinano, menemui Kasuga Taratsuna.

Kasuga Taratsuna terkenal di Kaizu dengan nama Kosaka Masanobu. ia adalah anggota keluarga Kosaka yang mengabdi kepada keluarga Nezu. bersama keluarga Mochizuki, kedua keluarga tersebut menjadi sekutu keluarga Shigeno sehingga dikenal dengan sebutan Shigeno Sanshi.

selain itu dijaman Heian, keluarga Kosaka merupakan abdi setia Kaisar Go-Daigonpada abad ke 13. setelah tersingkir dalam suksesi politik, membuat keluarga ini berdiam dipegunungan, dikenal dengan sebutan kaum Suppa.

sehari penuh tandu itu menyusuri pegunungan hingga akhirnya mereka menemui sebuah perkampungan yang dipagari batangan bambu menyerupai benteng. itulah perkampungan kaum Suppa. seorang penjaga di menara melongokkan wajah memastikan pendatang yang menyambangi kampung mereka.

dari dalam tandu yang diturunkan, keluarlah Chiyojo yang kemudian menatapi penjaga menara tesebut. melihat siapa yang datang dan status sosialnya yang berkelas, penjaga menara itu melambaikan tangan. beberapa saat kemudian pintu gerbang membuka. Chiyojo memberi isyarat kepada pembawa tandu untuk beristirahat dipondok jaga.

kedua pendeta miko turun dari kuda dan melangkah mengawal Chiyojo yang sementara berjalan menyusuri jalanan desa. Kaizu lebih layak disebut dusun karena ditempat itu hanya ditempati 25 pondok kecil yang dinding nya terbuat dari kulit pohon tua sedang atapnya dati daun palma yang dikeringkan.

kastil diujung dusun merupakan bangunan tua yang ukurannya lebih besar daripada pondok-pondok didusun tersebut. didepan kastil itu sudah berdiri seorang lelaki yang sangat dikenal Chiyojo.

lelaki itu mengenakan pakaian dari kulit beruang. topinya terbuat dari kepala beruang yang diawetkan. dagu lelaki itu ditumbuhi cambang tipis yang tak teratur.

"Selamat datang Nyonya Chiyojo." sambut lelaki tersebut.

"Taratsuna..." balas Chiyojo dengan nada datar.

pria bercambang yang tak lain adalah Kasuga Taratsuna itu tersenyum saja, "Bukan sebuah kebetulan jika anda datang kemari bukan?" tebak lelaki itu.

orang ini memang ceplas-ceplos dan tak memandang etika.

Chiyojo menarik napas kemudian mengangguk pelan, "Ada perintah dari Tuan Takeda kepadamu. "

sejenak Kasuga Taratsuna menatapi kedua wanita pendeta yang mengawal Chiyojo lalu tersenyum dan melambaikan tangan, mengisyaratkan ketiganya untuk masuk ke kastil.

sebelum masuk, Chiyojo mendekati kedua wanita itu. "Kalian awasi sekitaran. jangan bersikap yang mencurigakan. "

kedua wanita itu mengangguk kemudian Chiyojo masuk kedalam kastil. ruangan dalam kastil ternyata tak sekumuh yang dibayangkannya. pada dinding tepi pintu tergantung jambangan yang ditumbuhi bunga anggrek hitam. ditengah ruangan terhampar permadani berbulu, hadiah dari pedagang Portugis. diujung ruangan terdapat bantal kecil dan sebuah katanakake yang digunakan menyangga sebuah pedang besar tsurugi.

tanpa permisi, Taratsuna mengambil sebuah guci besar berisi sake dan dua gelas terakota yang besar. benda itu diletakkannya di lantai dihadapan Chiyojo yang sedang duduk dalam gaya zarei. Kasuga Taratsuna kemudian duduk bersila, membiarkan cawatnya tersingkap. dengan santainya dia menyandarkan lengannya pada lututnya.

dasar tidak sopan! bagaimana bisa Takeda Shingen menjalin persekutuan dengan kelompok tak beradab ini?

"Sekarang katakan." pinta Taratsuna. "Apa maksud tuan Takeda mengutus anda kemari?"

sejenak Chiyojo menarik napas lalu mengangguk pelan, "Takeda Shingen memintamu untuk menyebarkan mata-mata ke Hachigata dan Hachioji." kata wanita itu.

Kasuga Taratsuna mengangkat telunjuknya meminta jeda. lelaki itu menuangkan sake ke gelas terakota kemudian menegaknya kemudian kembali menatapi Chiyojo mengisyaratkan wanita itu untuk meneruskan bicaranya.

brengsek benar laki-laki ini. mengapa sih Shingen tidak mengutus saja orang lain untuk menemui lelaki primitif ini?

Chiyojo kembali menarik napas, ketika hendak berbicara kembali ia tertahan ketika Taratsuna mengangkat jarinya.

"Untuk alasan apa?" tanya Taratsuna kemudian berbaring menyangga kepalanya dengan lengannya dan menghadapkan tubuhnya ke arah Chiyojo.

benar-benar tidak mengenal tata krama

"Memantau tindak-tanduk Hojo Tsunanari dan Hojo Ujiteru, sekaligus melakukan huru-hara mengganggu ketenangan mereka." jawab Chiyojo yang mulai jengkel melihat sikap Taratsuna yang kurang adab.

"Mengapa bukan Nyonya saja yang kesana?" kata Taratsuna kembali mengambil guci dan meminum sake langsung dari mulut guci itu. sake mengalir sebagian, jatuh melalui pinggiran mulut si orang gunung itu.

"Kau berani menolak perintah majikanmu?!" tanya Chiyojo dengan geram.

lelaki itu tidak memperdulikan wanita dihadapannya melainkan sibuk menghabiskan isi guci. dengan kejengkelan yang memenuhi hatinya, Chiyojo bangkit dan memandang lelaki tersebut.

"Aku akan memberitahukan penolakanmu kepada beliau..." kata Chiyojo seraya berbalik meninggalkan ruangan.

tiba-tiba Kasuga Taratsuna bangkit dan langsung memeluk Chiyojo dari belakang. karena kaget, wanita itu langsung meronta berupaya melepaskan pelukan kasar lelaki udik itu. dengan kasar Taratsuna yang memiliki sepir-sepir otot itu mengangkat tubuh Chiyojo dan menghempaskannya ke atas permadani.

wanita itu merasa seluruh udara keluar dari paru-parunya ketika tubuhnya menghempas dipermadani. belum sempat Chiyojo mempersiapkan diri, Kasuga Taratsuna telah menerkam dirinya. tangannya dengan cekatan memaksa membuka kimono Chiyojo hingga wanita itu sudah yakin dirinya akan dipecundangi secara kelamin, dengan sigap wanita itu mencabut sebilah kunai dan menempelkannya di leher Taratsuna.

"Sekali saja kau menyentuh tubuhku, kukoyak lehermu fan kupaksa nyawamu loncat dari tubuhmu sekarang juga!" ancam Chiyojo dengan kegeraman dan kejijikan yang luar biasa. untuk membuktikan gertakannya tak main-main, ia menekan kunai itu lebih dalam, menimbulkan luka di leher lelaki kasar itu.

Taratsuna menggeram namun tak mampu berbuat apa-apa. dengan sigap Chiyojo menendang perut lelaki itu hingga ia terjungkal. buru-buru ia bangkit dan memperbaiki kimononya. Chiyojo tetap berdiri dan mengarahkan kunai kearah Taratsuna yang duduk dengan tatapan penuh kemarahan yang tak mampu terlampiaskan.

Chiyojo menatapi cawat yang menggembung besar pertanda lelaki itu sebenarnya sudah hampir mencapai puncak nafsunya namun tak dapat dilampiaskan. wanita itu tersenyum mengejek.

"Aku akan mendiamkan pelecehan yang kau lakukan padaku dihadapan tuan Takeda." kata Chiyojo dengan dingin. "Segera laksanakan perintahnya!"

wajah tegang Taratsuna mulai mengendur dan senyuman kembali terbit dibibirnya. "Kalau aku tak mau?" tantangnya menggoda wanita itu.

"Maka kau akan menghadapi kemarahan tuanku karena berani melecehkan selirnya dan menistakan harga dirinya." kata Chiyojo.

Taratsuna sudah bisa membayangkan apa yang akan dilakukan Takeda Shingen ketika mengetahui peristiwa itu. Kaizu akan terbakar habis dan seluruh warga Suppa akan dipenggal.

"Baiklah...baiklah... " ujar Taratsuna pada akhirnya, "Tak usah mengancamku sedemikian rupa. aku akan segera memimpin pasukanku dan membaginya ke Hachigata dan Hachioji... nah kau puas?!" dengus Taratsuna dengan kesal.

Chiyojo menarik napas kembali untuk menenangkan diri dan memendam kembali kemarahan yang sempat membuncah dari hatinya. yang penting saat ini, orang udik itu tak berhasil menggagahinya. wanita itu mengangguk dengan angkuh

"Kalau begitu, aku akan kembali." kata Chiyojo.

"Mengapa Nyonya tidak bermalam saja disini. esok saja anda baru kembali ke Kofu." kata Taratsuna kembali memperlihatkan kesopanannya.

"Dan menerima pelecehanmu kembali?" sindir Chiyojo.

"Nyonya terlalu curiga terhadapku. Nigei-Taratsuna ini tak berani mengganggu anda." kata Kasuga Taratsuna membungkuk dengan takzim.

bagaimanapun orang dusun ini merupakan salah satu dari orang kuat di 24 jenderal Takeda. ada 3 orang yang dianggap lebih mumpuni. mereka adalah Sanada Yukitaka, si pakar tombak bernama Hoshina Masatoshi dan terakhir adalah Kasuga Taratsuna. menolak tawarannya akan menyinggung harga diri lelaki ini dan imbasnya tentu akan berpengaruh pada hubungan antara Taratsuna dengan majikannya.

akhirnya dengan diantar oleh seorang utusan, Chiyojo dan dua pengawalnya melangkah menuju pondok kecil yang dipersiapkan untuk tempat menginap para tamu.

...***...

dengan langkah yang pelan dan tanpa beban, Raimaru menyusuri jalanan yang menuju desa Nezu. malam ini ia harus menginap dan memperoleh laporan mendetail dari Takiyasha perihal peta kekuatan partai Ku no Ichi.

desa Nezu adalah perkampungan yang sebagian besar warganya adalah shinobi yang mengabdi kepada keluarga takeda. selain itu didesa inilah organisasi Ku no Ichi berada.

desa Nezu dalam suasana tenang ketika pendeta kelana itu tiba. beberapa penduduk sempat memperhatikan pendeta yang sementara melangkah sambil meniup seruling shakuhachi, melantunkan melodi yang sendu.

seperti penyamaran yang sudah-sudah, Raimaru mengenakan penutup wajah dari keranjang sebagaimana aturan yang melarang para komuso (pendeta pengelana) memperlihatkan wajahnya kepada khalayak. ia tetap menyusuri desa sambil melagukan melodi melankolis hingga langkahnya berhenti didepan kuil pagoda.

kemunculan si pendeta kelana dihalaman kuil sempat menarik perhatian beberapa wanita cenayang yang berseliweran dipelataran kuil. Raimaru berupaya bersikap biasa untuk menghilangkan kecurigaan mereka.

salah satu pendeta miko itu mendekati Raimaru. pendeta kelana itu membungkuk takzim.

"Maaf telah merepotkan anda." kata Raimaru

"Ada apa tuan biarawan? ada yang bisa dibantu?" tanya wanita cenayang itu.

"Saya dalam perjalanan menuju Etchu, namun kemalaman dan membutuhkan tempat berlindung. jika nona pendeta berkenan, bolehkah hamba menginap di kuil ini barang semalam agar bisa melanjutkan perjalanan besok pagi?" kata Raimaru dengan santun.

tak barapa lama muncul seorang wanita cenayang yang lainnya, "Ada apa?" tanya wanita itu sambil memperhatikan Raimaru.

"Pendeta kelana ini kemalaman dalam perjalanannya menuju Etchu. ia memohon untuk di ijinkan menginap." jawab wanita cenayang yang menyambut Raimaru pertama kalinya.

"Bawa dia ke pondok isolasi. suruh Taki untuk mengantar makanan padanya." jawab wanita itu dengan datar kemudian berbalik meninggalkan kedua orang itu.

akhirnya Raimaru dikawal menuju tempat yang dimaksudkan.

"Sebenarnya, pantang kuil ini menerima pengunjung lelaki. tapi kakak saya menyuruh anda bermalam di pondok kecil yang digunakan untuk mengurung pendeta yang sedang datang bulan... anda tidak keberatan?" kata wanita cenayang itu dengan wajah memelas.

mereka tiba dipondok yang dimaksudkan. Raimaru membungkuk takzim. "Terima kasih atas kepemurahan anda. biar saya bermalam dipondok ini saja."

pondok itu dibuka dan Raimaru masuk kedalamnya. bau amis bekas darah haid memenuhi ruangan itu. Raimaru mendengus pelan mengusir bau yang menyucuk lubang hidungnya itu. cenayang yang mengantar Raimaru sudah meninggalkannya.

tak berapa lama Takiyasha muncul membawa baki makanan tanpa daging. gadis itu mengetuk pintu dan menyorongkan baki ke tengah ruangan.

tanpa sepengetahuan para cenayang, Takiyasha menyisipkan selembar kecil kertas berisi informasi penting kedalam bakul makanan itu. sebelum makan, Raimaru terlebih dulu mengorek dasar bakul dan menemukan kertas pesan itu.

ia menyimpan carikan kertas itu lalu merangkapkan tangan didada dan mulai menyantap makanan tersebut untuk mengisi perutnya yang sejak siang belum terisi apapun.

...***...

Chiyojo mengerjap-ngerjapkan matanya mengusir silau cahaya yang menerobos dari lubang-lubang kecil di pondok itu. wanita itu bangu dan merenggangkan tubuhnya mengusir rasa pegal yang menyemuti tubuhnya. Chiyojo memandang sekitar ruangan dan menyadari kedua pengiringnya tidak berada ditempat.

dengan malas dan gontai wanita itu bangkit dan melangkah ke pintu kemudian menguaknya dengan pelan. suasana sejuk langsung menyerbu masuk ketika Chiyojo membuka daun pintu kemudian ia melangkah keluar hendak menikmati udara pagi dan sinar mentari yang menerobos disela-sela pepohonan bambu disekitar kampung itu.

pendengarannya menangkap suara-suara aneh dari kejauhan. wanita itu memandang arus sungai dangkal ditepian gerumbul bambu. Chiyojo menyusuri tepian sungai menuju hulu. semakin menuju hulu, semakin jelas terdengar suara-suara itu.

perasaannya menjadi tidak nyaman dan pikirannya terpusat pada nasib kedua pengiringnya yang sering mengganggu. dengan rasa cemas sambil menghunus sebilah kunai, Chiyojo tetap menyusuri tepian sungai.

tibalah ia di hulu sungai yang merupakan kolam dabgkal dengan air terjun yang deras. perasaan khawatirnya langsung berganti dengan kemarahan yang berupaya dipendamnya sekuat mungkin ketika menyaksikan pemandangan yang tersaji ditepian kolam dangkal itu.

disana terpampang dua pasang manusia yang sedang melampiaskan hasrat purba mereka terhadap kedua wanita pendeta yang memang mereka culik tanpa sepengetahuan Chiyojo.

bagaimanapun Chiyojo tidak menerima kerelaan kedua pengiringnya melayani kebejatan dua lelaki udik itu. ia menggeram menahan kemarahannya yang memuncak.

brengsek kalian berdua Kaede...Suisen... setelah ini lihatlah apa yang akan diperbuat pada kalian..

dengan jijik, Chiyojo memutar dan membalikkan tubuh dan berlalu dari tempat terlaknat itu sebelum kedua pasang binatang itu menyadari keberadaannya. wanita itu berlari kecil menyusuri tepian sungai hingga tiba kembali dijalanan desa. disana ia menanti kedua pasangan itu menyelesaikan permainan birahi keduanya.

untuk menghilangkan rasa bosan dan mengusir rasa jijik, Chiyojo mengeluarkan pipa kiseru dan membakar tembakau didalamnya kemudian merokok dengan nikmat.

lama juga Chiyojo menanti. akhirnya ia melihat dua pasang manusia itu mendekat.

"Sudah selesai?!" sindir Chiyojo memandang kedua lelaki itu dengan mendelik.

seakan tahu maksud sindiran itu, Kosaka Shinmei tertawa, "Sampaikan salam kami kepada tuan Takeda. perintah beliau segera kami laksanakan."

sambil tertawa, kedua lelaki itu meninggalkan Chiyojo dan kedua pengiringnya yang berdiri dengan sikap takut dan malu. chiyojo menunggu kedua lelaki udik itu benar-benar jauh dan setelah itu Chiyojo memandangi kedua wanita cenayang itu.

PLAK! PLAK!

ADUUH... IIHHH...

kedua wanita itu memegang pipinya yang merah ditampar oleh Chiyojo yang sedang gusar.

"******! dungu! kalian berdua benar-benar sudah tak memiliki etika lagi!" sembur Chiyojo, "Jadilah ******* saja kalau begitu. kalian bisa puas bermain-main dengan setiap lelaki dan juga mendapatkan bayaran yang pantas!"

kedua cenayang itu langsung bersimpuh dihadapan Chiyojo yang gemetaran menahan kemarahan. saking marahnya ia tanpa sadar meneteskan air mata.

"Maafkan ketidak mampuan kami, ketua. maafkanlah kami." kata kedua wanita itu sambil bersujud menyembah Chiyojo.

Chiyojo memalingkan wajah dan menghapus air mata yang membasahi pipinya. wanita itu berupaya menenangkan dirinya. setelah napasnya mulai teratur, ditatapinya kembali kedua wanita itu.

"Dalam setiap tugas kita, memang kadang kita berlaku seperti *******. " kata Chiyojo dengan datar dan dingin. "Namun jangan salah menafsirkan kelemah-lembutan kita dihadapan lelaki sebagai penyerahan total terhadap kaum lelaki...kalian paham?!"

kedua wanita itu kemudian disuruh bangkit. Chiyojo menatapi mereka lagi. "Mulai saat ini, berhentilah menggunakan milik kalian untuk kesenangan yang tak berarti."

kedua wanita itu masih menundukkan wajahnya. Chiyojo menarik napas lagi, "Milik kalian adalah aset partai kita. aku yang memiliki otoritas untuk mengijinkan lelaki mana yang berhak menggauli kalian."

selesai menumpahkan uneg-unegnya, Chiyojo berbalik meninggalkan kedua wanita yang masih terdiam penuh rasa malu itu. begitu tersadar, Kaede dan Suisen bergegas menyusul pimpinannya yang sudah menjauh menuju gerbang desa.

...ooOOoo...

Terpopuler

Comments

Lili Alfian

Lili Alfian

nasib kunoichi

2022-01-24

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1- KELAHIRAN YANG DIHARAPKAN
2 BAB 2- PENGHARAPAN YANG DIHANCURKAN
3 BAB 3- HARAPAN YANG MASIH BELUM SIRNA
4 BAB 4 - TAMU TAK DI UNDANG
5 BAB 5- ANAK SILUMAN ?
6 BAB 6 - GURU DAN MURID
7 BAB 7 - WARGA DESA RAPPA
8 BAB 8 - WAHAM
9 BAB 9 - KARMA
10 BAB 10 - KINNARA
11 BAB 11- INARI
12 BAB 12 - TUGAS PERDANA
13 BAB 13 - PARA SILUMAN ANGIN
14 BAB 14 - PERBURUAN
15 BAB 15 - IKLIM YANG MEMANAS
16 BAB 16 - KOMPROMI
17 BAB 17 - SI PERAYU
18 BAB 18 - SAMURAI PEGUNUNGAN
19 BAB 19 - TENGU
20 BAB 20 - MAWAR SILUMAN
21 BAB 21 - RANTING RAPUH YANG PATAH
22 BAB 22 - TEBUSAN
23 BAB 23 - SERGAP
24 BAB 24 - SERANGAN
25 BAB 25 - MIMASETOGE # 1
26 BAB 26 - MIMASETOGE # 2
27 BAB 27 - MIMASETOGE # 3
28 BAB 28 - BENCI TAPI CINTA
29 BAB 29 - SEBATANG BAMBU YANG RUBUH
30 BAB 30 - ANGIN KERING DI ISTANA ODAWARA
31 BAB 31 - CINTA SESAT YANG MEMBARA
32 BAB 32 - PERNYATAAN CINTA SANG KAZAMA
33 BAB 33 - GANJALAN YANG TAK TERUNGKAP
34 BAB 34 - AWANG YANG MENELUNGKUP
35 BAB 35 - MIKATAGAHARA
36 BAB 36 - MEGA KUSAM DI BUMANTARA KOFU
37 BAB 37 - PESAN RAHASIA SANG PANGERAN
38 BAB 38 - BENCANA DI KEDIAMAN MOCHIZUKI
39 BAB 39 - SI PENGANCAM
40 BAB 40 - KEBIMBANGAN
41 BAB 41 - PERUNDINGAN PENENTU SIKAP
42 BAB 42 - TAWARAN KERJA SAMA
43 BAB 43 - GADIS DISARANG PENYAMUN
44 BAB 44 - SIAPA KAU SEBENARNYA?
45 BAB 45 - PERTEMPURAN DITENGAH MALAM
46 BAB 46 - SEKUNTUM MAWAR YANG LAYU
47 BAB 47 - KEBIMBANGAN DALAM KEPASTIAN
48 BAB 48 - TERBONGKAR SEMUA AIB.
49 BAB 49 - JODOH SANG KAZAMA
50 BAB 50 - KONSPIRASI BALASAN
51 BAB 51- PEMBAIATAN BERBALUT KUDETA
52 BAB 52 - PENGKHIANATAN DITENGAH MALAM
53 BAB 53 - KEMBANG YANG JATUH KE TANAH
54 BAB 54 - KUDETA DI ISTANA OTATE
55 BAB 55 - MENGUNGSI KE SAMEGAO
56 BAB 56 -KUNJUNGAN KE UTARA
57 BAB 57 - PANGERAN YANG EKSENTRIK
58 BAB 58 - ANCAMAN BAGI PUTRI KAI
59 BAB 59 - MENGGULUNG TIKAR YANG HALUS
60 BAB 60 - MEROBEK KEMBANG YANG JATUH.
61 BAB 61 - TEBUSAN DALAM KESEDIHAN
62 BAB 62 - KEPUTUSAN YANG CEROBOH
63 BAB 63 - KARMA YANG BERULANG
64 BAB 64 - BELUKAR BERDURI DISISI JALANAN
65 BAB 65 - ANCAMAN PERANG
66 BAB 66 - PAMERAN KEKUATAN MILITER
67 BAB 67 - AROGANSI SANG KUCING BESAR
68 BAB 68 - HARAPAN YANG TERUNGKAP
69 BAB 69 - PENYUSUPAN LEWAT SUNGAI KISE
70 BAB 70 - GERILYAWAN SUNGAI KISE
71 BAB 71 - PEMBANTAIAN DI IGA
72 BAB 72 - PENGEMBARAAN SANG PENGUASA
73 BAB 73 - UNGKAPAN CINTA PADUKA SAKYO DAYU
74 BAB 74 - BAGAI SUAMI ISTRI
75 BAB 75 - MEMBEBASKAN PUTRI YANG TERTAWAN
76 BAB 76 - CELAH DIANTARA DUA TUNGKAI
77 BAB 77 - EKSPANSI KE BARAT
78 BAB 78 - PERTEMUAN DUA PASUKAN
79 BAB 79 - PALAGAN KOZUKE
80 BAB 80 - WISTERIA DALAM KACA
81 BAB 81 - PENANTIAN
82 BAB 82 - DUEL TANDING IBLIS HANZO DENGAN SILUMAN ANGIN
83 BAB 83 - PAMERAN TENAGA DALAM MAKHLUK ADIKODRATI
84 BAB 84 - PERTEMPURAN YANG MEMANAS
85 BAB 85 - KUBENCI KAU DENGAN CINTAKU
86 BAB 86 - PERSETUJUAN DENGAN SEBUAH SYARAT
87 BAB 87- SENANDUNG SENDU REMBULAN
88 BAB 88 - PERUNDINGAN CINTA
89 BAB 89 - PERGUMULAN DI BAWAH CAHAYA REMBULAN
90 BAB 90 -KESEPAKATAN ATAS NAMA CINTA
91 BAB 91 - GALUR ASLI SEBUAH SENI
92 BAB 92- KUDETA TANPA WUJUD
93 BAB 93- PEMERINTAHAN BARU
94 BAB 94 - ORANG DARI BARAT
95 BAB 95 - KONSPIRASI POLITIK BERKEDOK AGAMA
96 BAB 96 - MELENYAPKAN PENGHALANG YANG BERAT.
97 BAB 97 - PENJAJAHAN GAYA BARU
98 BAB 98- PERGANTIAN REJIM
99 BAB 99 - TOYOTOMI HIDEYOSHI
100 BAB 100- KESHOGUNAN OYUMI
101 BAB 101- AROGANSI ASHIKAGA YOSHIAKI
102 BAB 102 - TEGURAN YANG BERMUNCULAN
103 BAB 103- EKSPANSI KELUARGA HOJO
104 BAB 104- PEMBALASAN SANG WALI NEGARA
105 BAB 105-AWAL TIBANYA SENJA
106 BAB 106- PATAHNYA PEDANG OYUMI
107 BAB 107 - PENGEPUNGAN ODAWARA
108 BAB 108 - HAMPARAN SISIK IKAN DI MEJA MAKAN
109 BAB 109 - IKAN BESAR YANG SULIT DITAKLUKKAN
110 BABA 110- SANDYAKALANING KLAN HOJO
111 BAB 111-GADIS DALAM KABUT
112 BAB 112 - SEBENARNYA CINTA?
113 BAB 113 - SILUMAN ANGIN DAN PENGUASA KABUT
114 BAB 114 - SISIK IKAN YANG LEPAS
115 BAB 115 - MEMULAI KERUSUHAN DARI SEBERANG LAUTAN.
116 BAB 116-KABAR GOEMON KEPADA KOTARO
117 BAB 117 - MAINKANLAH UNTUKKU, KITA MENYATU
118 BAB 118 - KEMELUT DALAM KELUARGA TOYOTOMI
119 BAB 119 - KETEL GOEMON
120 BAB 120 - KEBAHAGIAAN BARU
121 BAB 121 - PUTRI SANG KAZAMA
122 BAB 122- MEMPERSIAPKAN REUNI
123 BAB 123- PALAGAN SELAT SOU
124 BAB 124- SEMILIR ANGIN YANG MENIUP RUMPUN BAMBU
125 BAB 125-KEGALAUAN NYONYA BESAR
126 BAB 126- ANGIN PANAS DI ISTANA FUSHIMI
127 BAB 127- SUAMI KECILKU
128 BAB 128 - MONYET YANG MEMAKAN TUBA
129 BAB 129-AWAL PENGGEROGOTAN KEKUASAAN
130 BAB 130-MENUJU SEKIGAHARA
131 BAB 131-PERANG PENENTU KEPEMIMPINAN JEPANG
132 BAB 132- LELAKI PENDENDAM DARI GUNUNG
133 BAB 133- BELATUNG YANG MENGGEROGOTI LUKA
134 BAB 134- PEWARIS PARTAI FUMA
135 BAB 135 - CINTA YANG TAK BERBALAS
136 BAB 136 - INSPIRASI CINTA
137 BAB 137 - ASAP MESIU DITENGAH HAMPAR KABUT
138 BAB 138- TAKLUKNYA SILUMAN ANGIN
139 BAB 139 - PENCARIAN YANG SIA-SIA
140 BAB 139 - PENCARIAN YANG SIA-SIA
141 BAB 140 - KEDAMAIAN DIUJUNG TARIKAN NAPAS
142 EPILOG
Episodes

Updated 142 Episodes

1
BAB 1- KELAHIRAN YANG DIHARAPKAN
2
BAB 2- PENGHARAPAN YANG DIHANCURKAN
3
BAB 3- HARAPAN YANG MASIH BELUM SIRNA
4
BAB 4 - TAMU TAK DI UNDANG
5
BAB 5- ANAK SILUMAN ?
6
BAB 6 - GURU DAN MURID
7
BAB 7 - WARGA DESA RAPPA
8
BAB 8 - WAHAM
9
BAB 9 - KARMA
10
BAB 10 - KINNARA
11
BAB 11- INARI
12
BAB 12 - TUGAS PERDANA
13
BAB 13 - PARA SILUMAN ANGIN
14
BAB 14 - PERBURUAN
15
BAB 15 - IKLIM YANG MEMANAS
16
BAB 16 - KOMPROMI
17
BAB 17 - SI PERAYU
18
BAB 18 - SAMURAI PEGUNUNGAN
19
BAB 19 - TENGU
20
BAB 20 - MAWAR SILUMAN
21
BAB 21 - RANTING RAPUH YANG PATAH
22
BAB 22 - TEBUSAN
23
BAB 23 - SERGAP
24
BAB 24 - SERANGAN
25
BAB 25 - MIMASETOGE # 1
26
BAB 26 - MIMASETOGE # 2
27
BAB 27 - MIMASETOGE # 3
28
BAB 28 - BENCI TAPI CINTA
29
BAB 29 - SEBATANG BAMBU YANG RUBUH
30
BAB 30 - ANGIN KERING DI ISTANA ODAWARA
31
BAB 31 - CINTA SESAT YANG MEMBARA
32
BAB 32 - PERNYATAAN CINTA SANG KAZAMA
33
BAB 33 - GANJALAN YANG TAK TERUNGKAP
34
BAB 34 - AWANG YANG MENELUNGKUP
35
BAB 35 - MIKATAGAHARA
36
BAB 36 - MEGA KUSAM DI BUMANTARA KOFU
37
BAB 37 - PESAN RAHASIA SANG PANGERAN
38
BAB 38 - BENCANA DI KEDIAMAN MOCHIZUKI
39
BAB 39 - SI PENGANCAM
40
BAB 40 - KEBIMBANGAN
41
BAB 41 - PERUNDINGAN PENENTU SIKAP
42
BAB 42 - TAWARAN KERJA SAMA
43
BAB 43 - GADIS DISARANG PENYAMUN
44
BAB 44 - SIAPA KAU SEBENARNYA?
45
BAB 45 - PERTEMPURAN DITENGAH MALAM
46
BAB 46 - SEKUNTUM MAWAR YANG LAYU
47
BAB 47 - KEBIMBANGAN DALAM KEPASTIAN
48
BAB 48 - TERBONGKAR SEMUA AIB.
49
BAB 49 - JODOH SANG KAZAMA
50
BAB 50 - KONSPIRASI BALASAN
51
BAB 51- PEMBAIATAN BERBALUT KUDETA
52
BAB 52 - PENGKHIANATAN DITENGAH MALAM
53
BAB 53 - KEMBANG YANG JATUH KE TANAH
54
BAB 54 - KUDETA DI ISTANA OTATE
55
BAB 55 - MENGUNGSI KE SAMEGAO
56
BAB 56 -KUNJUNGAN KE UTARA
57
BAB 57 - PANGERAN YANG EKSENTRIK
58
BAB 58 - ANCAMAN BAGI PUTRI KAI
59
BAB 59 - MENGGULUNG TIKAR YANG HALUS
60
BAB 60 - MEROBEK KEMBANG YANG JATUH.
61
BAB 61 - TEBUSAN DALAM KESEDIHAN
62
BAB 62 - KEPUTUSAN YANG CEROBOH
63
BAB 63 - KARMA YANG BERULANG
64
BAB 64 - BELUKAR BERDURI DISISI JALANAN
65
BAB 65 - ANCAMAN PERANG
66
BAB 66 - PAMERAN KEKUATAN MILITER
67
BAB 67 - AROGANSI SANG KUCING BESAR
68
BAB 68 - HARAPAN YANG TERUNGKAP
69
BAB 69 - PENYUSUPAN LEWAT SUNGAI KISE
70
BAB 70 - GERILYAWAN SUNGAI KISE
71
BAB 71 - PEMBANTAIAN DI IGA
72
BAB 72 - PENGEMBARAAN SANG PENGUASA
73
BAB 73 - UNGKAPAN CINTA PADUKA SAKYO DAYU
74
BAB 74 - BAGAI SUAMI ISTRI
75
BAB 75 - MEMBEBASKAN PUTRI YANG TERTAWAN
76
BAB 76 - CELAH DIANTARA DUA TUNGKAI
77
BAB 77 - EKSPANSI KE BARAT
78
BAB 78 - PERTEMUAN DUA PASUKAN
79
BAB 79 - PALAGAN KOZUKE
80
BAB 80 - WISTERIA DALAM KACA
81
BAB 81 - PENANTIAN
82
BAB 82 - DUEL TANDING IBLIS HANZO DENGAN SILUMAN ANGIN
83
BAB 83 - PAMERAN TENAGA DALAM MAKHLUK ADIKODRATI
84
BAB 84 - PERTEMPURAN YANG MEMANAS
85
BAB 85 - KUBENCI KAU DENGAN CINTAKU
86
BAB 86 - PERSETUJUAN DENGAN SEBUAH SYARAT
87
BAB 87- SENANDUNG SENDU REMBULAN
88
BAB 88 - PERUNDINGAN CINTA
89
BAB 89 - PERGUMULAN DI BAWAH CAHAYA REMBULAN
90
BAB 90 -KESEPAKATAN ATAS NAMA CINTA
91
BAB 91 - GALUR ASLI SEBUAH SENI
92
BAB 92- KUDETA TANPA WUJUD
93
BAB 93- PEMERINTAHAN BARU
94
BAB 94 - ORANG DARI BARAT
95
BAB 95 - KONSPIRASI POLITIK BERKEDOK AGAMA
96
BAB 96 - MELENYAPKAN PENGHALANG YANG BERAT.
97
BAB 97 - PENJAJAHAN GAYA BARU
98
BAB 98- PERGANTIAN REJIM
99
BAB 99 - TOYOTOMI HIDEYOSHI
100
BAB 100- KESHOGUNAN OYUMI
101
BAB 101- AROGANSI ASHIKAGA YOSHIAKI
102
BAB 102 - TEGURAN YANG BERMUNCULAN
103
BAB 103- EKSPANSI KELUARGA HOJO
104
BAB 104- PEMBALASAN SANG WALI NEGARA
105
BAB 105-AWAL TIBANYA SENJA
106
BAB 106- PATAHNYA PEDANG OYUMI
107
BAB 107 - PENGEPUNGAN ODAWARA
108
BAB 108 - HAMPARAN SISIK IKAN DI MEJA MAKAN
109
BAB 109 - IKAN BESAR YANG SULIT DITAKLUKKAN
110
BABA 110- SANDYAKALANING KLAN HOJO
111
BAB 111-GADIS DALAM KABUT
112
BAB 112 - SEBENARNYA CINTA?
113
BAB 113 - SILUMAN ANGIN DAN PENGUASA KABUT
114
BAB 114 - SISIK IKAN YANG LEPAS
115
BAB 115 - MEMULAI KERUSUHAN DARI SEBERANG LAUTAN.
116
BAB 116-KABAR GOEMON KEPADA KOTARO
117
BAB 117 - MAINKANLAH UNTUKKU, KITA MENYATU
118
BAB 118 - KEMELUT DALAM KELUARGA TOYOTOMI
119
BAB 119 - KETEL GOEMON
120
BAB 120 - KEBAHAGIAAN BARU
121
BAB 121 - PUTRI SANG KAZAMA
122
BAB 122- MEMPERSIAPKAN REUNI
123
BAB 123- PALAGAN SELAT SOU
124
BAB 124- SEMILIR ANGIN YANG MENIUP RUMPUN BAMBU
125
BAB 125-KEGALAUAN NYONYA BESAR
126
BAB 126- ANGIN PANAS DI ISTANA FUSHIMI
127
BAB 127- SUAMI KECILKU
128
BAB 128 - MONYET YANG MEMAKAN TUBA
129
BAB 129-AWAL PENGGEROGOTAN KEKUASAAN
130
BAB 130-MENUJU SEKIGAHARA
131
BAB 131-PERANG PENENTU KEPEMIMPINAN JEPANG
132
BAB 132- LELAKI PENDENDAM DARI GUNUNG
133
BAB 133- BELATUNG YANG MENGGEROGOTI LUKA
134
BAB 134- PEWARIS PARTAI FUMA
135
BAB 135 - CINTA YANG TAK BERBALAS
136
BAB 136 - INSPIRASI CINTA
137
BAB 137 - ASAP MESIU DITENGAH HAMPAR KABUT
138
BAB 138- TAKLUKNYA SILUMAN ANGIN
139
BAB 139 - PENCARIAN YANG SIA-SIA
140
BAB 139 - PENCARIAN YANG SIA-SIA
141
BAB 140 - KEDAMAIAN DIUJUNG TARIKAN NAPAS
142
EPILOG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!