Akane sedang menyusui bayinya ketika Churro tiba dengan wajah letih. pria itu menutup pintu lalu duduk diteras dapur, mengipasi wajahnya yang bermandikan keringat dengan handuk kecil buatan istrinya. tubuhnya kepayahan dikarenakan perjalanan jauh namun tanpa membuahkan hasil. majikan brengsek itu tidak memberikan gaji, dengan dalih menutupi segala pembiayaan yang timbul akibat menjamin sawah milik Churro yang belum dilunasinya. lelaki itu mendesah.
Akane mendengar desahan suaminya. curiganya timbul. " Ada apa Churro? kau kelihatan tidak memiliki semangat."
mendengar teguran istrinya, Churro terkejut dan langsung menyingkirkan kesedihannya kemudian memasang wajah gembira agar sang istri tidak menyadari kesialannya hari itu.
" Aku lelah karena perjalanan jauh." kilahnya seraya membalikkan wajahnya yang memancarkan kegembiraan palsu semata-mata agar istrinya tidak curiga kalau lelaki itu diusir oleh rentenir tersebut.
" Mana gaji yang kau janjikan?" tanya Akane.
Churro tertawa, " Aku belum sempat memintanya. " kata lelaki itu berbohong lagi. " Majikan tidak berada ditempat. mungkin ia melakukan perjalanan ke Kyoto."
" Lalu dengan apa kita makan? lihatlah sisa beras, tidak cukup untuk makan hari ini." keluh wanita itu.
sejenak Churro merutuki kebejatan Gonsuke, namun lelaki itu kembali berdiri tegak.
" Sementara ini, aku akan mencari pekerjaan lain. kamu tenang sajalah." tandas Churro mendekati Akane. sejenak lelaki itu mengerutkan alisnya menatapi wajah Akane yang pucat sewarna tepung kanji.
" Kau sakit? wajahmu pucat." kata Churro seraya membelai pipi istrinya.
Akane tersenyum layu. " Mungkin aku kelelahan. apalagi belum sebutir nasi juga yang masuk saat ini." jawabnya.
Churro mengencangkan rahangnya membendung kemarahan kepada kekurang-ajaran si rentenir yang menolak memberikan haknya. lelaki itu berbalik menuju dapur dan memeriksa tong penyimpan beras. benar saja. tong itu nyaris kosong. dengan tangan, Churro meraup sisa-sisa beras yang sekarang muat dalam genggaman tangannya. lelaki itu tersenyum kecut dan melangkah menuju tungku. ia menuang beras yang tak cukup segenggam itu kedalam panci kemudian menyalakan tungku.
hari itu Churro melayani sepenuh hati sang istri meski dengan ransum yang tidak cukup. ia berinisiatif memasak bubur encer hanya untuk Akane. wanita itu harus mendapatkan asupan gizi agar sang bayi tidak kekurangan zat-zat baik dalam tubuhnya. bubur encer itu telah masak dan lelaki itu menyendok makanan nyaris cair itu kedalam mangkuk kayu kemudian membawa hidangan yang masih mengepulkan asap ke hadapan Akane.
" Untuk saat ini, nikmatilah ini dahulu. nanti kalau aku sudah mendapat pekerjaan lagi, aku akan membeli beras untuk kebutuhan 3 hari mendatang." kata Churro berupaya menghibur istrinya. lelaki itu menyendok bubur itu, meniupnya sedikit dan menyuapkannya kepada Akane.
" Kau tidak makan?" tanya Akane setelah melahap sesendok bubur yang disuapkan suaminya. Churro menggeleng sambil tersenyum.
" Aku tak begitu lapar. mungkin, ini pengaruh luapan kegembiraan karena lahirnya bayi kita." kata Churro dengan senyum lucu. lelaki itu kembali menyuapkan bubur kepada istrinya.
" Kau sudah menamainya?"
" Aku menunggumu memberikannya nama." kata Akane.
Churro diam sambil terus menyuapi istrinya yang kelelahan akibat kehilangan banyak energi ditambah harus menyusui anaknya.
" Bagaimana kalau anak ini kita namai KOTARO?"
" Kotaro?" desis Akane.
" Kotaro!" tandas Churro sambil tersenyum, memamerkan giginya, lalu kembali menyuapi Akane.
" Kotaro...putra Churro..." gumam lelaki itu sambil terus tersenyum.
****
Sehari sudah Churro menjelajahi kampung demi kampung untuk memohon pekerjaan. namun tak ada satupun keluarga desa yang kaya berminat memberinya pekerjaan. kerontokan ekonomi membuat rakyat-rakyat menjadi apatis dan pesismis terhadap pemerintahan negeri. kerusuhan akibat perseteruan politik para tuan tanah memicu hancurnya ekonomi kerakyatan.
mengapa orang-orang di Kamigyo itu tidak segera menemukan penyelesaian untuk mengatasi konflik berkepanjangan ini? rakyat banyak yang menjadi imbas dan tumbal perseteruan tak berkesudahan ini.
bunyi menggeram mulai terdengar diperut Churro. lelaki itu sejak tadi belum makan apapun. ia lebih mengutamakan istrinya. pria itu harus segera mendapatkan uang. dengan gontai ia menyusuri jalanan desa.
tiba-tiba terdengar suara menyapanya.
" Ah, Churro... kau dari mana saja?" tanya pria tersebut yang berpapasan dengannya. Churro gelagapan karena kaget.
" Ah, i..iya. saya baru dari desa seberang." kata Churro dengan ramah.
pria itu sejenak mengamati penampilan lelaki tersebut. ia sudah paham keadaan dari orang dihadapannya, namun tetap juga ia bertanya.
" Apa yang hendak kau lakukan?"
" Aku mencari pekerjaan. namun kelihatannya, orang-orang disana tidak membutuhkan pekerja sepertiku." tanpa sadar, Churro membuka rahasianya.
pria itu terkekeh, " Ah, kau butuh pekerjaan? ikutlah denganku." ajak pria itu. " Pekerjaan ini kelihatannya memang layak untukmu."
Dengan semangat, Churro membungkuk lalu menjajari langkah lelaki disisinya kembali menyusuri jalanan setapak.
...ooOOOoo...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Lili Alfian
benarkah ini story' Kotaro fuma
2022-01-23
0
sasip
penggambaran kondisi sulit di masa sekarang (pandemi dibayangi krisis ekonomi), ditambah minusnya rasa kemanusiaan para saudagar kaya/penggede, dibalut dlm ploting masa lalu.. 👌🏻
2021-02-21
1