Churro melangkah dengan ceria. rasa lapar diperutnya tak dihiraukannya. 2 keping ryo emas telah dikantonginya, dannitu lebih dari sekedar cukup. sebagiannya akan dibelanjakan kebutuhan selama seminggu, sedamg sisanya akan disimpannya untuk mengumpulkan dana tebusan kepada Gonsuke yang telah mengangkangi sawahnya.
lelaki itu terus melangkah dengan harapan segera tiba di kampungnya. namun langkahnya terhenti.
beberapa jarak dihadapannya menggeletak seorang lelaki, menelungkup dengan darah yang membasahi tanah. perlahan Churro mendekat untuk memastikan. kelihatannya lelaki yang menggeletak itu seorang ronin yang terlibat bentrok tunggal. kemungkinannya ia tewas dirampok atau dikeroyok entah oleh ******** darimana. Churro berjongkok dan meraba urat nadi dileher pria itu.
berdetak! ronin itu masih hidup, meski sekarat!
tanpa pikir panjang, Churro segera menggendong tubuh lemah itu dipunggungnya kemudian dengan setengah berlari, lelaki itu menyusuri hutan, menghindari jalan utama. Churro berupaya jangan sampai ia terjejaki. lelaki itu mengambil jalan pintas menuju kampungnya.
Churro menyelinap lewat belakang dan meletakkan tubuh ronin itu di ruang utama. Akane yang terganggu dengan hiruk-pikuk kemudian terbangun. tiba-tiba Churro masuk ke kamar mendapati Akane kemudian berlutut dan menyilangkan telunjuknya didepan bibirnya meminta Akane untuk diam.
setelah itu Churro mengajak Akane melintasi kamar menuju ruang utama. mendapati sesosok tubuh disana sempat membuat Akane terkesiap, namun buru-buru Churro menenangkannya.
" Siapa dia?" bisik Akane dengan risau.
" Aku tak tahu. aku menemukannya dijalan. masih hidup." jawab Churro berbisik pula, " Kelihatannya ia terlibat bentrok atau semacamnya."
Akane memperhatikan penampilan tubuh yang tergeletak itu. melihat sepasang pedang tersampir disabuk membuat suasana hati wanita itu makin runyam.
" Dia samurai, kan? kau mau cari gara-gara?" bisik Akane dengan ketakutan.
melihat ketakutan diwajah kekasihnya, Churro kembali mengajak Akane ke kamar dan meminta Akane tutup mulut. setelah itu Churro kembali ke ruang utama. lelaki itu dengan hati-hati meloloskan pedang dari sabuk pemiliknya dan meletakkannya disudut ruangan. lelaki itu membuka pakaian bagian atas si korban dan memandangi luka tebasan yang memanjang dari dada hingga perut. sebagian tulang iganya terlihat.
berbekal sedikit pengetahuan tentang ilmu pengobatan, membuat Churro mengambil langkah berani. ia keluar menuju hutan untuk mencari dedaunan yang diyakini mampu menghambat aliran darah yang membanjir. tak berapa lama, lelaki itu muncul lagi membawa bahan yang diyakininya itu.
Churro mengambil cobekan kemudian mulai ******* dedaunan itu hingga halus dan mengeluarkan lendir hijau kehitaman. lelaki itu meraciknya sedemikian rupa dan membubuhkan racikan tersebut pada luka menganga yang memanjang itu. selesai meratakan ramuan, Churro kembali meraba nadi pria tersebut.
"Semoga lekas sembuh." gumamnya.
lelaki itu kembali bangkit meninggalkan tubuh yang tergolek di ruang utama. ia kembali mendapati Akane di kamar.
" Aku baru saja menemukan pekerjaan." kata Churro seraya merogoh sakunya mengeluarkan 2 kepingan ryo emas itu. " Majikan baruku puas dengan pekerjaanku dan ia memintaku untuk bekerja padanya."
Akane tersenyum lalu meraih sekeping ryo emas ditelapak tangan suaminya. kepingan berharga itu dibawanya ke pipinya, dibasahinya dengan air mata bahagia.
" Simpanlah sekeping untuk mencukupi dana agar sawah kita bisa kita tebus kembali." kata Churro.
Akane mengangguk, sementara Churro kembali mengantongi sekeping ryo lainnya dibalik pakaiannya. setelah itu dengan isyarat, Churro hendak kembali ke ruang utama hendak memeriksa pria disana. Akane mengangguk.
diruang itu, Churro dengan jelas melihat tubuh lelaki itu mulai bergerak-gerak pelan. lelaki itu duduk bersila disamping ronin itu menunggunya siuman. lelaki yang tergeletak itu mengerang sejenak dan tak lama kemudian kedua matanya perlahan membuka. kelihatannya ia heran karena nyawanya belum berpisah dari tubuhnya. tatapan lelaki itu menyamping, mendapati seorang lelaki lain yang duduk bersila disampingnya.
" Ah, anda sudah bangun." sapa Churro dengan lega.
pria itu hendak bangun, namun dadanya kembali ditahan oleh Churro.
" Sebaiknya anda beristirahat dulu. kelihatannya anda banyak kehilangan darah. dewa di kahyangan rupanya masih mengijnkan anda hidup ketika saya menemukan anda dan membawa anda kemari." tutur Churro.
lelaki itu diam menatap Churro dan mengungkapkan rasa terima kasihnya lewat sorot mata yang teduh. Churro mengangguk-angguk sambil tersenyum.
" Saya akan segera menyembuhkan anda. permisi, saya hendak ke pasar sejenak. bahan-bahan dapur sudah habis." jawab Churro dengan wajah lucu lalu membungkuk dan meninggalkan lelaki tersebut.
sepeninggal Churro, lelaki itu mengedarkan pandangannya untuk mengenali lingkungan sekitarnya. ia mendapati sepasang pedangnya tersandar disudut ruangan. kelihatannya, ini gubuk sederhana. lelaki itu membatin, berarti dirinya sekarang berada di perkampungan kecil.
lelaki itu meringis menahan sakit atas luka yang dideritanya. perlahan ia bangun dengan cara menyamping untuk mengurangi rasa sakit yang menyengat, kemudian duduk bersila. tak lama kemudian Akane muncul dan terkejut melihat lelaki itu sudah duduk.
" Ah, anda sudah bangun." ujarnya, mengulangi kembali perkataan yang pernah dilontarkan suaminya. lelaki itu tersenyum.
" Terima kasih telah menolong saya." ujar lelaki itu dengan sopan dan membungkuk. Akane tertawa kecil dan menggeleng.
" Ah, kebetulan saja Churro, suamiku menemukan anda. ia yang mengobati anda." sahut Akane dengan sopan pula dan membungkuk.
" Nama suamimu itu Churro?" tanya lelaki itu seraya menatapi pintu.
" Benar." sahut Akane membenarkan. lelaki itu mengangguk-angguk pelan.
" Kalau boleh tahu, anda ini samurai atau ronin?" tanya Akane dengan hati-hati. karena jika salah, dan ternyata lelaki itu seorang samurai, tentu merupakan pelanggaran serius dalam adab etika.
" Aku seorang samurai." jawab lelaki itu dan semakin membuat Akane dilanda rasa takut dan langsung pula membungkuk dengan dalam.
" Maafkan ketidak sopanan saya ini." seru Akane dengan ketakutan.
lelaki itu terkekeh dan meminta Akane menegakkan duduknya. ia meminta wanita itu menenangkan diri dan menghapus kekhawatiran dirinya. lelaki itu kembali melanjutkan perkataannya.
" Namaku Ibuki dari Ninokuruwa. saya mengabdi kepada Yang Dipertuan Hojo Tsunashige di Kastil Kanbara." tutur Ibuki dengan ramah. " Saya sedang dalam misi penyelidikan. Nekomata Gumi sangat menantikan laporan saya."
Akane tahu benar nama lembaga yang disebutkan samurai itu. Nekomata adalah sebuah lembaga kepolisian yang dimiliki oleh keluarga Hojo. awalnya, lembaga ini didirikan di Rokuhara pada jaman Heian dan mengabdi secara penuh kepada keluarga Hojo Awal. lembaga ini dibentuk untuk mengamankan kota Kinai di Yamashiro. lembaga itu begitu lekat dengan gambar tribal seekor kucing yang memanggul lambang 3 sisik ikan milik keluarga Hojo. lembaga ini dipimpin oleh samurai berpangkat kitakata (komandan) yang dibantu oleh seorang minamikata (asisten). ketika keluarga Hojo yang dipimpin Takaoki tumbang, lembaga ini dengan sendirinya runtuh pula. setelah Ise Moritoki kembali melanjutkan trah keluarga Hojo, lembaga ini kembali dihidupkan, untuk mengikuti tradisi sesuai dengan kebiasaan keluarga Hojo pertama.
suara tangisan bayi memaksa Akane memutuskan pembicaraan. ia membungkuk dalam. " Maaf, saya hendak menyusui putra saya."
Akane meninggalkan Ibuki di ruang utama untuk melaksanakan kewajibannya sebagai ibu. tak berapa lama pintu utama bergeser dan muncullah Churro yang membawa karung berisi beras dan beberapa bahan-bahan dapur lainnya. lelaki itu tidak membeli sayur karena mengandalkan kebunnya yang berada ditepian hutan. Churro sejenak terkejut melihat Ibuki yang duduk. ia lalu terkekeh.
" Rupanya anda sudah bangun. apakah sakitnya sedikit berkurang?" tanya Churro dengan ramah.
" Churro? kau sudah pulang?" potong Akane dari balik biliknya.
" Iya. aku bawa beberapa bumbu dapur." jawab Churro kemudian melangkah menuju dapur dan meletakkan karung disana.
" Maaf, aku tak bisa membantumu. Kotaro harus kusapih. ia menangis tadi." sahut Akane lagi dari balik kamar.
" Biar kubantu..." kata Ibuki hendak bangkit, tapi langsung dicegah oleh Churro.
" Jangan! anda masih belum sehat. biarlah saya saja. saya masih mampu." tolak Churro sembari membereskan dapur, menuangkan beras dari karung ke tong, meletakkan bumbu-bumbu masak ke kendi-kendi kecil dan langsung menyiapkan perapian untuk memasak nasi.
" Biar saya merawat anda dulu." sahut Churro dari bilik dapur. " Permisi, saya ke kebun mengambil sayuran."
terdengar pintu bergeser dan suara langkah kaki menjauh. beberapa saat kemudian suara langkah kaki lelaki itu terdengar lagi disusul dengan suara pintu bergeser. di dapur, Churro menggenggam beberapa Pakcoy dan wortel dan meletakkannya dipapan gepeng. dengan cekatan, lelaki itu memotong dan mencincang sayuran tersebut kemudian memasaknya. berikut kemudian ia menuangkan beras dan menapisnya, menyingkirkan debu dan sisa kersik padi. dengan cekatan lelaki itu menanak nasi. setengah jam kemudian, makanan telah terhidang di meja.
" Maafkan saya tuan. hanya segini saja kemampuan kami laki-istri dalam melayani anda. silahkan." kata Churro mempersilahkan tamunya untuk menyantap hidangan sederhana tersebut.
" Tidak mengapa. ini sudah sangat cukup untuk saya." jawab Ibuki segera mengambil mangkuk dan sumpit kemudian Churro membantu mengisi mangkuk tamunya dengan nasi. samurai itu mulai makan, namun ia sejenak menahan hasratnya ketika menyadari tuan rumah tidak ikut makan.
" Anda tidak ikut makan?" tanya Ibuki.
Churro menggeleng dan tersenyum. " Silahkan anda makan lebih dahulu. saya dan istri akan makan kemudian." jawab lelaki itu sambil membungkuk beberapa kali.
Ibuki menghela napas sejenak lalu mulai makan. dan Churro makin senang ketika melihat Ibuki benar-benar menikmati hasil karyanya. setelah kenyang dan menaruh sumpit serta mangkuk di meja, Ibuki langsung bangkit dan melangkah ke sudut ruangan. ia meraih sepasang pedang miliknya dan menyelipkan benda itu ke sabuk.
" Anda sudah hendak pergi?" tanya Churro dengan cemas.
Ibuki mengangguk. " Saya tidak boleh lama-lama disini. para pembunuh sewaan keluarga Mogami sedang malang-melintang disekitar sini. sedapat mungkin saya harus segera melapor ke Kastil Kanbara untuk memaparkan keadaan disini. mohon maaf atas ketidak sopanan saya ini."
" Saya tidak akan menahan anda. namun harap berhati-hati karena luka anda belum benar-benar sembuh." kata Churro.
Ibuki merogoh sesuatu dari balik kimono dan mengeluarkan sebiji batu kemala buatan pengrajin dari negeri Ming. samurai itu memberikan benda tersebut kepada Churro. petani itu menerima pemberian Ibuki tanpa bertanya sambil membungkuk, merasa terhormat menerima hadiah dari seorang samurai.
" Saya akan menjaga benda ini, tuan." kata Churro dan memasukkan benda berharga itu ke balik baju. samurai itu mengangguk.
" Saya sangat berterima kasih atas pertolongan anda. semoga dilain waktu, saya bisa membalas budi anda. selamat tinggal. " kata Ibuki, pamit meninggalkan tempat itu.
sepeninggal samurai itu, Akane kekuar dari kamar mendapati Churro yang bengong sendirian. wanita itu menepuk pundak suaminya.
" Kelihatannya, beliau terburu-buru." kata Churro.
petani itu mengambil mangkuk bekas makan Ibuki dan mengisinya dengan nasi. Akane duduk berhadapan dengan suaminya, ikut mengisi mangkuk dengan nasi.
" Dia samurai kepolisian Nekomata." kata Akane.
Churro mengeluarkan batu kemala dari balik bajunya. " Samurai itu menghadiahi benda ini."
Akane terbelalak dengan kagum. " Wah, indah sekali." ia hendak meraih batu giok itu namun Churro langsung mengatupkan tangannya. Akane mengerutkan keningnya.
Churro tersenyum dan meletakkan batu itu di meja. Akane memungutnya dan memperhatikan batu giok tersebut.
" Kalau dijual, berapa harganya?" tanya Akane dengan sumringah. buru-buru Churro merenggut batu itu dari genggaman Akane.
" Kenapa mesti dijual? ini barang berharga!" tandas Churro. " Semiskin-miskinnya kita, jangan menjual pemberian orang." Churro kembali menatapi batu kemala dalam genggamannya. petani itu tersenyum. matanya berbinar. " Aku akan membuatkan kalung dengan batu ini, untuk Kotaro." gumamnya.
" Wah, kau cerdas juga." puji Akane.
keduanya tertawa dan melanjutkan kegiatan makannya yang sempat tertunda.
***
Ibuki berlutut dilantai. dihadapannya, Hojo Tsunashige, mengenakan pakaian resmi yang dihiasi lambang keluarga, berdiri dengan tatapan yang kalut.
" Ada kabar dari Yang Dipertuan Imagawa?" tanya Hojo Tsunashige seraya mencondongkan dirinya mendekati Ibuki.
" Bantuan dari Sumpu sepertinya tak bisa diharapkan. beliau juga sementara sibuk menyiapkan pasukan untuk menyerang Oda Nobunaga." jawab Ibuki.
" Agak susah juga kelihatannya." sahut Hojo Tsunashige dengan sendu. ia menatapi pelayannya. " Mengapa kau lama sekali melapor?"
Ibuki sekali lagi membungkuk. " Sekali lagi maafkan kelemahan saya, paduka. saya sempat terlibat konflik dengan para pembunuh gelap. kelihatannya mereka adalah orang-orang sewaan keluarga Mogami. untung saya dapat ditolong oleh salah satu penduduk desa yang menyembunyikan saya dirumahnya."
Hojo Tsunashige sejenak menatapi langit malam dan menurunkan pandangan ke kaki langit kemudian mendesah.
" Aku tak ingin masalah ini berlarut-larut." penguasa itu berbalik dan melangkah menuju balkon. " Sudah 2 tahun paska wafatnya ayahanda, membuat keluarga ini mulai kehilangan kendali atas wilayah sekitaran. aku khawatir, apa yang dibangun sejak lama oleh kakek So-Un akan berakhir sia-sia."
yang dimaksudkan oleh Hojo Tsunashige adalah Hojo Ujitsuna, ayahnya yang berhasil meluaskan kekuasaan sehingga menjadi penguasa wilayah-wilayah di timur Jepang. setelah merebut Kastil Edo dari keluarga Uesugi, meskipun harus mengorbankan kota Kamakura yang terbakar, setelah itu membagi pasukan untuk menghadapi keluarga Uesugi dan keluarga Takeda. kemenangan atas mereka membuat Kastil Kawagoe dikuasai keluarga Hojo. kampanye militer keluarga Hojo menuju timur, terlibat konfrontasi dengan keluarga Satomi, membantu sekutunya, keluarga Chiba untuk merebut Shimosa. pemenangan ini membuat posisi keluarga Hojo menjadi kuat di wilayah timur. Hojo Ujitsuna memerintah di Odawara dan membangun kembali kota Kamakura. saat ini kepemimpinan keluarga Hojo dipegang oleh Hojo Ujiyasu.
Ibuki hanya diam dan tak bereaksi. Tsunashige menatapi anak buahnya yang setia itu.
" Ibuki, menurutmu, apa yang harus aku lakukan?"
" Saya tidak punya kewenangan memberikan saran apapun kepada tuanku. sebab, tuankulah yang memiliki jawaban sepenuhnya. segalanya hanya melihat isi hati." jawab Ibuki dengan jujur.
" Kalau begitu, kita hanya bisa menunggu saja." kata Tsunashige dengan wajah terkesan tak bersemangat.
...ooOOOoo...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
sasip
terkadang orang susah lebih manusiawi daripada yg kaya ya? 😅
2021-02-21
1
M Syafiq Apiss
Kren Thor up terus
2021-01-26
1