Suasana perang yang menyelimuti seantero negeri ikut menyumbangkan udara beracun yang membawa pergi bebauan dari mayat-mayat prajurit yang bergelimpangan dan membusuk akibat pertempuran yang tergelar demi ambisi pribadi yang dilandasi nafsu hewani setiap Penguasa yang ingin menguasai sepetak kata yang disebut 'kekuasaan'.
sedikit banyak peperangan telah berhasil menjebak seantero negeri ke dalam kejatuhan ekonomi yang parah. pemberontakan kaum petani silih berganti dengan peperangan antar para penguasa wilayah.
intrik dalam keluarga keshogunan Ashikaga memancing kerusuhan dalam negeri, memaksa setiap daimyo mendirikan benteng dan menggelar perang, menandakan lemahnya kendali pihak keshogunan terhadap bawahannya sendiri. suasana makin diperparah dengan teror politik yang dijalankan segolongan pendeta yang berdiam di gunung Hiei, memaksa agar mereka juga diberikan kekuasaan untuk mengontrol negeri bersama kaum samurai yang mengabdi kepada keshogunan sebagai perpanjangan kekuasaan dari pihak istana selatan.
saat ini, Uesugi Kenshin memegang jabatan Kanrei yang membawahi wilayah sekitar Kanto sebagai utusan kekaisaran jepang. beliau menggunakan pangkat Danjo Shohitsu mendapat tugas untuk mengamankan wilayah kekuasaannya dari teror suku Emishi. bagaimanapun, kekaisaran jepang hanya sebagai lambang pemersatu negeri. selebihnya, segala kekuasaan dipegang oleh pihak keshogunan secara turun temurun sejak jaman Kamakura.
insiden Meinoseiken sangat melemahkan kedudukan pihak keshogunan Ashikaga yang berdiam di Kamigyo. dan peperangan dipicu oleh peristiwa Kamigoro, semakin membuat negeri carut marut.
Nobunaga dari keluarga Oda kemudian tampil menyuarakan Tenka Fubu, yaitu persatuan kekuasaan dibawah kepemimpinan Kaisar Jepang. propaganda ini berjalan bagus, meskipun sebenarnya hanya merupakan alat untuk mendapatkan dukungan dari pihak istana selatan. sedangkan keluarga Hojo kemudian bersekutu dengan keluarga Imagawa dan keluarga Takeda dalam perjanjian Kososun untuk menghadapi Uesugi Kenshin paska perang Kawanakajima yang telah berlangsung selama 5 periode.
***
Churro mempercepat langkah berpacu dengan waktu ditengah guyuran hujan yang deras. pria itu berusaha mengusir rasa dingin yang lama mengganggu kulitnya. bayangan si jabang bayi yang baru lahir berkelebat terus di ingatannya, terus menerbitkan gembiranya hingga lelaki itu tak sekalipun memperdulikan sengatan hawa dingin yang menusuk kulitnya. yang terpenting saat ini adalah segera mendapatkan upah untuk bekal menghidupi keluarganya yang telah bertambah satu jumlah anggotanya.
langkah Churro tak melambat jua meski sandal jeraminya telah berbalut buntalan lumpur disebabkan menginjak permukaan tanah yang becek sejak semalam tersiram hujan deras akibat badai. ia tak memiliki tujuan lain, kecuali segera tiba dirumah si rentenir, Gonsuke, untuk meminta haknya sebagai buruh tani disawah milik saudagar tersebut.
menjelang subuh, ia tiba di kediaman sang saudagar yang banyak di jagai oleh para 'yojimbo'. para centeng itu dulunya adalah mantan-mantan samurai yang kehilangan hak dikarenakan kalah dalam peperangan. setelah kematian tuannya, hidup mereka tak tentu arah. hanya mengandalkan kecakapan seni pedang mereka, untuk mencari sesuap nasi bagi perut yang setiap hari minta diisi. sebagian mantan samurai menjadi kaum 'ronin' sedang sebagian dari mereka menjadi 'yojimbo' dirumah-rumah judi yang dikelola kaum 'yakuza'.
Gonsuke sebenarnya adalah anggota Genyosai (yakuza) yang menjadikan kedok pedagang sebagai sarana mencuci uang haramnya. dikediamannya, ia menjalankan bisnis renten, menjebak siapapun yang membutuhkan dana cepat untuk menghidupi keluarganya. Churro dan Akane sebenarnya termasuk salah satu korban. Gonsuke melihat sifat ulet dan kerja keras dalam diri Churro membuatnya mengijinkan lelaki itu menjadi buruh disalah satu lahan pertanian yang dikelolanya.
Churro tiba di depan gerbang yang dijaga seorang 'yojimbo' bersenjata tombak. lelaki itu membungkuk dan menyapa.
"Permisi, apakah Tuan Gonsuke ada dirumah?"
"Oh Churro..." balas penjaga itu, "Majikan ada didalam. masuk saja."
Churro membungkuk sejenak lalu masuk. dihalaman ia menggosok-gosokkan sandal jeraminya yang berselimut lumpur kemudian melangkah menuju teras. di dalam ruangan terlihat Gonsuke sedang duduk setengah berbaring dilayani beberapa 'oiran' panggilan dari rumah bordil milik kenalannya.
Churro sekali lagi membungkuk. pria itu berdiri saja didepan teras menjaga sandal jeraminya yang berlumpur agar tidak mengotori 'tatami' di dalam ruangan itu.
"Selamat pagi, Tuan." sapa Churro.
Gonsuke hanya mengangguk. "Kenapa kamu disini, Churro? setahuku kau disawah. apakah sudah waktunya panen? apakah hujan semalam tak mengganggumu?" tanya saudagar itu.
Churro kembali membungkuk, "Maaf sekali lagi Tuan. malam tadi, istriku melahirkan... jadi..." kata-katanya tak berlanjut ketika Gonsuke langsung bangkit dan membentak.
"Berarti kau meninggalkan pekerjaanmu?" seru saudagar itu dengan marah. Churro langsung membungkukkan tubuhnya beberapa kali.
"Maafkan saya Tuan. setelah itu saya kembali melaksanakan tugas saya mengawasi persawahan. hujan semalam syukurnya tak membuat banjir pematang. hanya saja, panen baru bisa dilakukan pekan depan." kata Churro.
"Lalu, apa urusanmu disini?" todong Gonsuke dengan datar.
Churro kembali membungkuk, "Saya datang mengharap gaji saya, Tuan."
kedua mata Gonsuke melebar, "Apa? meminta gaji? kau sudah gila ya?!" saudagar itu maju beberapa langkah hingga jarak keduanya menjadi dekat. "Kau sudah banyak berhutang padaku, Churro! tahu berapa hutangmu? 300 ryo...300 ryo! kau takkan bisa membayarnya!"
Gonsuke jongkok dan menatapi Churro yang menunduk diteras. tatapannya bengis, "Semuanya sudah kupotong pada penghasilanmu, ditambah bunga atas gadaian sawah yang hingga saat ini tak mampu kau lunasi. kau, tidak memiliki gaji...Churro." jawab Gonsuke dengan seringai mengejek.
Churro langsung bersujud diteras itu. dengan wajah pucat menyingkirkan rasa malu, ia menghiba.
"Sekali ini, mohon kasihani saya, Tuan. saya sangat membutuhkan uang itu. istri saya baru saja melahirkan. bayi kami butuh asupan yang layak."
Gonsuke tertawa. " Churro, kurasa kau meminta saja ditempat lain. kau nggak punya hak disini." saudagar itu berdiri. " Kerjakan saja tugasmu dan menyingkir sajalah dari sini." ujarnya seraya berbalik dan mengibas-ngibaskan tangannya, mengusir lelaki itu.
Churro tetap berlutut dan tegar dalam sikapnya. " Kumohon sekali ini Tuan. kasihanilah saya. uang itu sangat saya butuhkan."
namun kelihatannya Gonsuke tak mendengarnya, atau pura pura menganggap lelaki itu tak ada. ia menjauh di ikuti para ******* tersebut meninggalkan Churro sendirian diteras. lelaki itu begitu kecewa, mengangkat kepalanya, menatapi langkah santai si majikan yang tak tahu diri itu. Churro bangkit dan menyapu debu yang menempel di lututnya. dengan gontai, ia melangkah meninggalkan kediaman tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Ragen Zhang
Kejam. Baru tahu kalau yakuza sudah ada sejak zaman Jepang kuno.
Wuah. Ryo itu mata uang emas, ya? Satu ryo = berapa yen, ya?
2023-04-01
0
sasip
lanjut ya 'thor..
2021-02-21
1