tahun ini, 1568, era Keiroku ke 11...
Kotaro memandang hamparan batang-batang pepohonan raksasa yang menjulang tegak bagai tiang pencakar langit yang hendak menggoyahkan singgasana para dewa di swaloka. matanya memejam menikmati aroma karbon yang keluar dari kulit-kulit pohon itu. selama dalam masa pengasingan dan pertapaannya, pemuda raksasa itu benar-benar terasing dari dunia luar. buta geliat peristiwa yang sementara membakar dataran Jepang.
Kemenangan kubu Tenka Fubu yang dipimpin Oda Nobunaga berhasil meruntuhkan kekuasaan keluarga Imagawa di Suruga. gugurnya Yoshimoto, sang Katoku (kepala keluarga samurai) berimbas pada peta politik wilayah Kansai. disamping itu, keluarga Matsudaira mengakhiri hubungan politik dengan keluarga Imagawa, membelot ke kubu Oda Nobunaga.
sebagai mengukuhkan hegemoninya sebagai penguasa daerah Mikawa, keluarga Matsudaira membentuk 'triumvirate' bersama-sama dengan Oda Nobunaga dan Kinoshita Hideyoshi (kelak merubah nama menjadi Toyotomi Hideyoshi) dari Nakamura. ketiga panglima itu kemudian meluaskan pengaruh mereka kedalam barisan aristokrat istana kekaisaran.
keshogunan Ashikaga tinggal menunggu sandyakalaning. hingga saat ini, panglima yang menantang pengaruh 3 serangkai Tenka Fubu itu secara terang-terangan adalah Takeda Shingen dari Kai.
Kotaro membuka matanya dan menyaksikan lagi barisan batang pohon raksasa yang bagai pilar-pilar langit. saat ini, usianya mencapai 18 tahun. tinggi pemuda itu 7,8 Shaku (216 cm) termasuk tinggi yang tak biasa diantara para pemuda sebayanya. rambut merahnya yang panjang sepunggung kini terkuncir, melambai bagai panji yang dihembus angin. bajunya telah lusuh dan sebagian robek besar menampilkan sepir-sepir yang bertonjolan. penampilannya lebih mirip pemuda siluman disebabkan kulitnya yang seputih salju. dihadapannya, sang guru, Zenbo, mengelus janggutnya yang panjang menjuntai ke dada.
"Kau sudah siap, Kotaro. jangan ragukan kemampuanmu." kata pendeta Zenbo dengan mantap. pemuda itu berlutut dan mengangkat wajahnya.
"Terima kasih atas bimbingan guru." kata pemuda itu.
"Satu lagi hadiah dariku." kata pendeta tersebut.
tak lama kemudian tanah yang dipijaki Kotaro terasa bergetar. dari rimbunan pepohonan, menyeruak seekor serigala raksasa berbulu kelabu. serigala itu melangkah mendekati Zenbo dan duduk disisinya. pendeta itu mengelus kepala hewan tersebut dengan lembut.
"Namanya Geki...peliharaanku semasa menjalani pertapaan." kata Zenbo. "Sekarang, dia adalah milikmu."
"Guru tak pernah memberitahukan hewan ini padaku sebelumnya. " kata Kotaro.
"Benar. " akunya, "Lagipula aku memang jarang membutuhkannya sejak melatihmu. tapi...Geki Sekarang akan menemani perjalanan takdirmu."
"Saya akan menjaganya sebaik-baiknya." kata Kotaro.
Zenbo mengangguk. "Nah...selamat tinggal Kotaro... jaga dirimu baik-baik." selesai berkata, tubuh Zenbo memudar hingga hilang tak berbekas.
Kotaro bangkit dan berbalik menuju kuil. ia memasuki bangunan reyot yang tak pantas ditinggali itu. didalam kuil, di belakang altar pada kamiza, pemuda itu menemukan katabira (baju rantai) berpola sisik-sisik reptil. baju itu berlengan panjang. disitu juga ada sepasang pelindung terbuat dari baja pelat yang beruas-ruas.
Kotaro mengumpulkan benda itu dan membungkusnya dalam buntalan kain. setelah itu ia keluar dan mendapati Geki tak kunjung beranjak dari tempatnya seakan menunggu perintah majikan barunya.
Kotaro berbalik menghadap kuil dan kekuarlah suaranya yang menggelegar, "Guru! restuilah saya memimpin desa sebagaimana para pemimpin generasi sebelumnya!!" setelah berkata demikian, ia mengibaskan tangannya. kuil itu perlahan terbakar. Kotaro menatapi serigala raksasa yang berdiri tegak dengan keempat tungkainya.
"Geki... bawa aku ke air terjun!" seru Kotaro.
...***...
para pengintai gempar melihat seekor serigala raksasa mendekat. dipunggung hewan itu duduk seorang lelaki berukuran raksasa. semula para penjaga menara memasang sikap waspada. Kotaro mendongak ke menara dan berseru.
"Buka Gerbang!! Kotaro dari Ashigaragami telah tiba!"
mendengar seruannya sontak para penjaga lebih gempar lagi. dengan kegembiraan bercampur rasa takut ia menggoyang dinding genta. tak lama kemudian gerbang terbuka. Kotaro turun dari punggung Geki dan melangkah seraya menuntut serigala itu memasuki desa.
kedatangan jonin generasi kelima itu disambut sedemikian rupa oleh para warga, terutama golongan shinobi. mereka kagum bercampur segan melihat penampilan Kotaro saat ini. pemuda itu memang telah mengganti penampilannya setelah membersihkan diri di kolam air terjun kemudian mengenakan segala perlengkapan tersebut.
dibangunan utama, berdiri tegak Gojiro, Takiyasha dan beberapa Jiki Deshi dihalaman rumah. ketika Kotaro tiba dan menyuruh Geki duduk ditepi taman, kakek itu melangkah menyambut sang kepala desa yang baru saja kembali dari pertapaannya.
"Selamat datang Go-Daime." sambut Gojiro.
Kotaro tersenyum, "Kakek guru." balasnya
Gojiro menepikan tubuhnya mempersilahkan Kotaro masuk ke dalam rumah. ketiganya memasuki bangunan sementara para jiki deshi tetap dihalaman rumah tersebut. pemuda raksasa itu dipersilahkan Gojiro duduk di kamiza, karena tempat itu memang haknya sekarang. adapun Gojiro duduk bersimpuh bersama Takiyasha menghadap kearah jonin generasi kelima tersebut.
"Ada titah dari Yang Mulia, Pangeran Hojo Shinkuro. Go-Daime-dono (tuanku, ketua generasi kelima) diharapkan segera menghadap kepada Pangeran Hojo Ujimasa di Odawara." kata Gojiro seraya merogoh balik bajunya dan mengeluarkan sebuah surat bersampul kaku dan menyorongkannya kepada Kotaro.
"Hal ini dirasa penting sekali untuk mempersiapkan diri menghadapi kekuatan pasukan Takeda yang didatangkan dari Kofu." sambung Gojiro sementara Kotaro meraih surat bersampul itu kemudian membukanya dan mulai membaca:
^^^kepada^^^
^^^Fuma Dewa no Kami^^^
segera menghadap kepada Yang Mulia Pangeran Hojo Ujimasa di Kastil Odawara untuk merundingkan hal-hal yang perlu demi keamanan dan keselamatan seluruh masyarakat yang berlindung kepada Keluarga Hojo
dari;
Hojo Shinkuro, di Kastil Odawara.
Kotaro melipat surat dan mengerutkan dahinya. "Terangkan nama ini, kakek guru."
Gojiro tersenyum. "Aku melaporkan tentang dirimu yang ditemukan di wilayah pemerintahan Ushu (Dewa) dan saat ini resmi menjadi jonin generasi kelima, menggantikan posisi Taira Oogami."
"Mengapa ada kalimat 'Siluman Angin' didepan namaku?" tanya Kotaro kurang paham.
"Bukankah Zenbo menyebutmu Kazama?" kata Gojiro sambil tersenyum lagi.
kata Kaza atau Kaze yang ditulis dalam aksara kanji merujuk pula pada kata Fu yang berarti angin, karena bentuk hurufnya sama. sedangkan kata Ma dalam aksara romanji berujuk pada kata Siluman.
Kotaro mengangguk paham. Gojiro melanjutkan lagi keterangannya, "Shinkuro adalah putra sulung dari Pangeran Ujimasa. anak itu akan digadang-gadang menggantikan posisi kakeknya, Yang Mulia Hojo Ujiyasu." ujarnya mengakhiri keterangan dengan nada bangga.
"Ada yang bisa kakek guru jabarkan tentang pasukan Takeda?" tanya Kotaro.
Gojiro menghela napas dan merubah sikap duduknya yang semula pola zarei menjadi pola teratai (bersila). lelaki sepuh itu melanjutkan laporannya.
"Tentara Takeda menyerang basis pertahanan kubu Imagawa dibukit Satta. saya pribadi menduga, karena Takeda Shingen telah meyakini bahwa keluarga Imagawa sepeninggal Yoshimoto bukan merupakan momok menakutkan lagi." kata Gojiro.
Isuke tiba-tiba muncul dan langsung berlutut. "Salam kepada Go-Daime. maafkan keterlambatan saya."
"Silahkan duduk Isuke." sambut Kotaro.
pemuda itu mengambil posisi duduk gaya padma (bersila) dibelakang Gojiro.
"Bagaimana menurut Isuke tentang serangan pasukan Takeda di bukit Satta?" pancing Kotaro.
"Setahuku, Yang Dipertuan Takeda adalah pribadi yang mengamalkan ajaran buddha dengan begitu taat." kata Isuke sambil menatapi langit ruangan. "Kurasa motifnya seperti dugaan kakek sesepuh."
"Jangan lupa, serangan itu digagalkan oleh Yang Mulia Pangeran Ujimasa yang memimpin pasukan Hojo." sahut Takiyasha.
Gojiro melipat tangannya kedada dan menekurkan wajah. "Junjungan kita hanya mempertahankan persekutuan Kososun yang pernah digagas oleh 3 keluarga ini. lagipula keluarga Hojo terlibat hutang politik dengan keluarga Imagawa. Pangeran Ujinori adalah tawanan politik yang diberi tempat tinggal di Hamamatsu dalam pengawasan keluarga Matsudaira. kegagalan di bukit Satta pasti menerbitkan kemarahan Takeda Shingen." setelah itu Gojiro menegakkan wajahnya. "Aku curiga, Takeda Shingen akan meneror kawasan Musashi dan Suruga."
Kotaro mengangguk. "Kalau begitu kita segera bergegas." ia kembali memandang Gojiro. " Apakah kita memiliki koneksi dengan beberapa chunnin yang berada diluar desa?"
Gojiro mengangguk. Kotaro kemudian mengeluarkan intruksi sambil berdiri, "Perintahkan kepada seluruh chunnin yang menyebar diluar desa, untuk menemui saya ditapal batas Sagami. sementara ini saya akan bergerak ke Odawara, memenuhi titah Yang Mulia Pangeran Uiimasa."
Takiyasha dan Isuke sempat tercengang melihat tubuh Kotaro yang perlahan mulai memendar dan akhirnya hilang. sedangkan Gojiro hanya tersenyum. sebelum pergi, jonin generasi ke 5 itu memamerkan kecakapan barunya.
bakemono jutsu - jurus halimun (menghilang)
setelah itu, Gojiro berbalik menatapi Isuke dan Takiyasha. "Kalian mendapat tugas." kakek itu menatapi Takiyasha, "Kau selidiki aktifitas pasukan Takeda di Kofu." kemudian Gojiro menatapi Isuke, "Dan kau ke Yamura. pantau perkembangan disana. segera kembali setelah mengumpulkan informasi !"
kedua anak muda itu menundukkan kepalanya lalu bangkit dan memutar tubuh, meninggalkan ruang utama meninggalkan Gojiro duduk sendirian disana.
...***...
Hojo Ujimasa, putra tertua Hojo Ujiyasu, seorang Shugo Daimyo (gubernur jenderal) saat ini mewakili memerintah Odawara-han dikarenakan Hojo Ujiyasu belum dapat melaksanakan kewajibannya sebagai penguasa. banyak tugas yang harus segera diselesaikan paska insiden bukit Satta.
Suwa Shiro Katsuyori, iparnya, menuduh Hojo Ujimasa sengaja mencari masalah dengan besannya. meskipun Uiimasa telah menyurati Takeda Shingen, mengklarifikasi alasan menyerang pasukan Takeda yang hendak menundukkan basis pertahanan keluarga Imagawa serta memohon maaf atas peristiwa tersebut, namun putra kedua Takeda Shingen tersebut tak mau menerimanya.
menurut warta yang tersebar saat ini, pasukan Takeda sedang bergerak menuju Pegunungan Matsuno, untuk menggempur benteng pertahanan yang dijaga oleh Ogi Kiyotaka, salah satu samurai yang tidak menentang gagasan Tenka Fubu milik Oda Nobunaga.
"Selamat bertemu, Tuanku." terdengar suara yang menarik paksa jiwanya yang bermain-main dalam khayalan kembali ke kenyataan dihadapannya. Hojo Ujimasa tersentak. samurai itu gelagapan menoleh kesana-kemari mencari asal suara.
"Siapa itu?" bentak Ujimasa seraya memegang gagang pedang dengan waspada, "Perkenalkan dirimu!"
pandangan sang samurai mengedar menelusuri sekitarannya. akhirnya pandangannya membentur sosok bayangan tinggi besar yang tegak berdiri, terhalang oleh kegelapan malam. sosok itu mendekat dan menampakkan dirinya kemudian berlutut dihadapan Hojo Ujimasa.
"Fuma Dewa no Kami, datang menghadap, siap melayani anda, Tuanku. "
ukuran tubuh Kotaro membuat Hojo Ujimasa terkesima. "Kau... raksasa..." gumamnya tanpa sadar.
Kotaro menegakkan wajahnya. kulit seputih tepung dan hiasan celak yang mempertegas garis mata, dan sepasang taring kecil yang mencuat dari sudut-sudut bibir sang raksasa sempat membuat bulu kuduk sang wali negeri itu meremang.
"Maafkan keterlambatan hamba, Tuanku. sebelumnya, hamba sedang menjalani tapa dan pelatihan di Ashigaragami, sebelum akhirnya kembali dan menerima panggilan." kata Kotaro.
Hojo Ujimasa mengatur sikapnya, "Kau tahu alasan mengapa kau dipanggil?"
Kotaro menunduk takzim, "Tuanku lebih mengetahui sebab musababnya."
Hojo Ujimasa mengangguk,"Warta yang kudapat dari mata-mata mengisyaratkan keluarga Uesugi sedang merencanakan sesuatu. aku menebak, ia akan memaksa dan merebut wilayah Musashi dari kita yang menurut mereka merupakan hak daerah yang disetujui pihak kekaisaran."
"Bisakah hamba lebih mengetahui detailnya?" tanya Kotaro.
"Mata-mata Nekomata bernama Takanosu yang menyampaikan warta itu, berdasar keterangan yang berhasil dikoreknya dari salah satu petinggi militer dalam keluarga Uesugi, ketika ia menyamar sebagai pengurus rumah tangganya." jawab Hojo Ujimasa.
"Kalau begitu, saya pamit untuk memastikan berita tersebut." kata Kotaro.
tak lama kemudian tubuh sang raksasa memudar dan akhirnya menghilang. pameran kecakapan yang membuat Hojo Ujimasa tanpa sadar mendecak kagum. saking terpesonanya samurai itu, tak menyadari kedatangan seseorang.
"Ayah..." sahut suara yang tiba-tiba muncul. Ujimasa membalik dan menatapi Hojo Shinkuro yang berdiri menatapnya.
pemuda berusia 14 tahun, namun tubuhnya ringkih meski tersamar dalam pakaian kebangsawanan yang kelonggaran. ia mengenakan busana kamishimo warna kelabu. rambutnya ditutupi ropi kanmuri. sebilah pedang pendek terselip di sabuknya. Hojo Ujimasa menatapi putranya yang tak biasanya.
"Kau terlihat pucat..." gumam Hojo Ujimasa, "Dari mana saja dirimu?"
"Saya menyelesaikan lawatan." jawab Shinkuro sambil tersenyum layu, "Kasihan rakyat-rakyat... mereka sangat kelaparan... ketakutan. " pemuda itu mengedar tatapannya pada pagar istana. "Sebagaimana seorang calon pemimpin, aku wajib menenangkan kawulaku."
"Tapi... kau terlihat... sangat kelelahan." sahut Ujimasa.
"Mungkin...aku memang terlalu lelah..." gumam cucu sulung dari Hojo Ujiyasu tersebut.
...***...
Obai In adalah putri Takeda Shingen yang dinikahkan dengan Hojo Ujimasa ketika persekutuan Kososun diresmikan. selanjutnya, Hojo Ujiyasu menikahkan saudara tiri Ujimasa, Fujin, dengan Suwa Shiro Katsuyori sebagai jaminan politik agar persekutuan tetap langgeng. namun, beberapa kali keluarga Takeda menciderai perjanjian tersebut dan hanya diladeni dengan sabar oleh Hojo Ujiyasu.
mulanya biasa saja, lama-kelamaan menjadi cinta. Obai In melahirkan putra pertama. Ujiyasu yang memimpin upacara genpuku anak itu kemudian menganugerahkan nama Shinkuro, mengikuti nama kakeknya, pendiri kedua dari keluarga Hojo. saat ini Ujimasa sangat mendambakan putranya menjadi seorang hanshi menggantikan Ujiyasu yang terlalu letih. berturut-turut kemudian Obai In melahirkan lagi 2 orang perempuan dan 6 orang anak laki-laki.
...***...
rumor tentang pasukan siluman yang dimiliki keluarga Hojo menyebar dengan cepat dipenjuru negeri. bahkan, keluarga Matsudaira dari Mikawa langsung memerintahkan Hanzo dari Iga untuk menyusup ke Odawara dan Edo hanya untuk membuktikan kebenaran isu tersebut. golongan ulama di Hiei bahkan goncang ketika menyadari Kazama yang memang telah diramalkan ternyata berpihak kepada Keluarga Hojo.
bila hal itu menjadi sebuah kenyataan, maka sudah bisa ditebak, kedudukan keluarga Hojo sebagai penguasa wilayah-wilayah timur tak akan bisa digeser dengan mudah, bahkan bisa jadi justru akan meluas ke wilayah-wilayah barat secara perlahan, tapi pasti. para ulama di gunung Suzuka dan Kurama menghimbau kepada para penguasa wilayah untuk mempertebal keyakinan mereka dalam rangka menghadapi pasukan Hojo yang dibantu para siluman yang mengabdi pada mereka.
respon paling reaktif justru dilancarkan pihak Takeda. mereka menyebarkan kepada seluruh negeri bahwa pasukan yang disiagakan di Kai adalah pasukan terkuat yang paling ditakuti seantero negeri, mengalahkan pamor Tenka Fubu yang sering disuarakan Oda Nobunaga di sidang aula krisan di istana kekaisaran, Kyoto. Takeda Shingen merahasiakan jumlahnya, semakin membuat para daimyo didera penasaran yang mendalam.
...ooOOOoo...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Golgotha Calvatorch
itu disebut perang propaganda
2021-02-20
0
Kokoro No Tomo
mantap
2021-01-04
0